Lai Kuan Lin

81 6 2
                                    

Aku memasuki sekolah dengan mata terfokus pada sepatuku. Aku baru mulai sekolah 3 hari lalu, ayah pindah ke Seoul sekitar  seminggu yang lalu.

Memasuki kelas dan duduk dikursi yang baru ku tempati sejak 3 hari lalu. Menatap semua murid disana yang sibuk menyalin PR sejarah yang belum mereka kerjakan.

"Kumpulkan tugasnya"

Kutatap pria tinggi yang kutahu adalah ketua kelas. Yang mulai menagih buku buku yang masih diperebutkan itu.

Aku menatap bukuku aku bimbang antara memberikannya pada ketua kelas atau menunggu teman temanku yang lain.

Tuk!! Tuk!!!

Aku mendongak menatap ketua kelas yang menunggu aku memberikan buku tugas ku.

"Aku tahu, tenang saja aku akan menunggu yang lain selesai"

Aku mengangguk lalu memberikanya buku tugasku.

"Ahhh iya kau dipanggil keruang kepala"

Dia menyimpan 2 buku yang ku tahu hanya ada buku milikku dan miliknya.

"Ketua kelas maaf.."

Aku memanggilnya dengan kaku, aku belum mengenal semua teman sekelas ku.

"Biar ku tebak, kau mau ku antar ke ruang kepala kan?"

Aku menggeleng, tidak benar semuanya sih aku hanya mau menanyakan dimana ruang kepala itu.

"Ayoo ku antar"

Pria itu tersenyum manis padaku. Aku gugup sekali, yang aku tahu dia adalah pria tampan disekolah ini.

"Cepat bangun, kau mau terlambat masuk kelas?"

Aku buru buru bangun menyusulnya keluar kelas.

Selama perjalanan ke sana hanya ada keheningan, aku yang memang pemalu dan sulit bersosialisasi dan dia yang cuek dan tak mau perduli.

"Sulit juga yaa mengajakmu keluar"

Aku menatapnya bingung.

"Maaf tapi aku berbohong tidak sepenuhnya bohong, kau dipanggil nanti setelah jam istirahat"

Dia tertawa-tawa sambil memegang perutnya menatap aku yang menatapnya sebal.

"Aku kembali kelas kalau begitu"

Dia menarik tanganku menghadapnya.

"Maaf, tapi kau selalu sendiri. kenapa? Kau bahkan tidak mengenalku kan"

Skak mat aku malu sendiri, saat aku sadar kalau tanganku masih ada digenggamannya buru buru aku melepasnya.

"Guanlin, ketua kelas dan mungkin teman pertamamu"

Aku menatapnya bingung aku baru dengar namanya.

"Namaku Lai Kuan Lin"

Aku mengangguk mengerti.

"Aku tahu namamu tapi aku sudah siapkan satu nama khusus untuk mu"

Aku mendelik bingung dia banyak maunya.

"Biar aku memanggil mu sayang bagaimana"

Heehhhh

Dia dengan santai bisa bicara seperti itu tanpa tahu candaanya membuat aku jantungan.

"Kalau bicara tatap wajahnya"

Dia mulai berjalan mendekatinya aku.

Bahaya siaga darurat bagaimana kalau guru melihatnya dan berfikir yang tidak tidak.

"Kau, mau menjadi temanku?"

Aku bertanya saat dia berhasil memojokkan aku di tembok lorong sepi ini.

"Tentu"

Aku menahan senyum ku, dia orang pertama yang mau berkenalan denganku.

"Ada satu hal yang ingin aku lakukan"

Aku menatapnya bingung.

Dia mau apa memang sampai bertanya terlebih dahulu.

"Tanyakan saja aku akan jawab"

Dia menahan ku yang terjebak sekarang, dia menyimpan kedua tangannya di sisi kanan dan kiri ku.

Dia mau bertanya apa memang?

"Kau percaya cinta pandangan pertama?"

Guanlin bertanya dan aku tentu mengangguk.

"Tentu saja aku percaya, bagaimana mungkin tidak, cinta anugerah Tuhan dan Sayang yang menemaninya"

Dia tersenyum sambil mengangguk tanda paham.

"Kau punya kekasih?"

Dengan santai aku menggeleng, bagaimana aku mau punya kekasih berinteraksi saja aku malu.

"Belum punya yaa"

"Nanti akan aku kenalkan jika aku sudah punya yaa"

Dia malah tersenyum menunjukkan lesung pipi dia kanannya yang manis.

"Biar aku wujudkan"

"Maksu...."

Chuu~

"Haii aku kekasihmu sekarang"

Tunggu tadi dia mencium ku?

Ciuman pertamaku?

Imagine With Wanna OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang