; O3

308 47 0
                                    

Wonwoo tidak tahu harus melakban mulut bocor Soonyoung atau justru harus senang atas perbuatan sahabatnya itu. Pasalnya, setelah kejadian Mingyu mengajukan dirinya untuk menjadi teman kencan Wonwoo, Wonwoo malah senang tiada tara, melupakan sejenak pikirannya untuk membunuh Soonyoung. Mingyu juga menawarkan untuk pulang bersama dengannya, hitung-hitung berkenalan sebelum kencan mereka di akhir pekan.

Matahari sudah bersiap untuk kembali ke sarangnya. Satu per satu pelanggan yang sudah menyelesaikan permainan, diberi hadiah oleh pemilik kedai. Hadiah sederhana, hanya sebuah tas souvenir  berisi kopi bubuk produk baru buatan kedai kopi itu sendiri. 'Ah, rupanya event ini hanyalah ajang promosi produk baru kedainya. Tapi tak apalah, lumayan mendapat kopi gratis' begitu pikir para pelanggan.

Wonwoo hendak berpamitan pada Soonyoung, ia mencari Soonyoung ke seluruh penjuru ruangan, namun hasilnya nihil. Ia melangkahkan kakinya ke belakang bilik kasir, tempat yang tadi tidak sempat ia tengok. Benar saja, ia menemukan Soonyoung sedang berbisik ke Mingyu.

"Pssst. Mingyu-ssi, tolong jaga Wonwoo baik-baik ya. Dia belum pernah berkencan sebelumnya, bisa dibilang dia payah soal cinta atau semacamnya. Lebih bagus lagi kalau kau yang mengajarkannya secara langsung apa itu arti cinta,"

Belum sempat melanjutkan omongannya, telinga Soonyoung sudah di tarik oleh Wonwoo.

"Soonyoung-ah, berhenti meracuni Mingyu-ssi dengan omongan tidak bergunamu. Dan untuk Mingyu-ssi, ku harap kau tidak percaya omong kosong kunyuk yang satu ini. Mari kita pulang." ucap Wonwoo dingin. Ia langsung melesat pergi dari sini, tidak ingin Mingyu tahu bahwa sekarang pipinya sudah memanas.

Mingyu tertawa. Tidak menyangka ia bisa melihat sisi lain dari seorang kutu buku membosankan, Jeon Wonwoo. Rupanya, Mingyu melihat sekilas, perubahan rona pipi Wonwoo, kelihatan sekali di kulitnya yang seputih susu.

"Ya, Mingyu-ssi. Seperti itulah sahabatku. Terlihat dari luar galak seperti singa betina, tapi kalau kau beruntung, kau bisa melihat sisi manis dari seorang Jeon Wonwoo. Trust me, dia adalah teman kencan yang bagus. Seorang Kwon Soonyoung bisa menjamin itu, hahaha." saat ini Soonyoung malah seperti proud mom yang sedang mempromosikan anaknya kepada calon menantu.

Mingyu mengangguk paham, lalu menepuk pundak Soonyoung; tanda bahwa ia pamit pulang. Mingyu langsung mengambil langkah lebar untuk menyusul Wonwoo yang ternyata menunggu nya di depan pintu masuk.

"Uhm, hai! Nama saya Kim Mingyu," Mingyu mengulurkan tangannya, bermaksud untuk mengenalkan diri pada lawan bicaranya secara resmi. Kalau kau ingat, tadi Mingyu belum secara benar mengenalkan dirinya, karena ia jarang membuka mulutnya sewaktu event, kecuali jika ditanya.

"Namaku Jeon Wonwoo, kau pasti sudah tahu karena teman-yang-seperti-musuhku itu pasti banyak bercerita kepadamu. Haaaah, aku tidak tahu lagi harus bagaimana menyikapi mulut besar si Kwon itu," helaan napas Wonwoo terdengar. Kepalanya mau pecah jika terus membicarakan Soonyoung yang membuatnya kesal.

"Omong-omong, jangan terlalu formal kepadaku, Mingyu-ssi. Panggil aku Wonwoo saja seperti yang lain, karena kau lebih tua daripada aku. Tentu aku tahu, kau tadi menyebutkan kau sudah bekerja, sedangkan aku masih siswa tingkat akhir."

"Ah, ya seperti yang kau tahu, Wonwoo. Aku memang pegawai salah satu kantor perbankan di distrik Gangnam. Aku tidak terlalu tua juga, hanya terpaut 5 tahun denganmu, jika aku tidak salah," Mingyu melangkahkan kakinya, sambil menatap kedepan. Wonwoo yang mengetahui bahwa Mingyu sudah meninggalkannya, langsung berjalan cepat, hendak menyelaraskan langkahnya.

Wonwoo tidak berani memandang wajah Mingyu. Sedari tadi ia hanya memandang ke bawah, ke arah kakinya, sambil mendengar celotehan Mingyu. Celotehan panjang, tentang dirinya, tentang pekerjaannya, dan bahkan tentang nenek yang ia bantu menyeberang jalan, tetapi ia malah dimarahi karena si nenek hanya ingin melihat mobil lewat, bukan menyeberang. Ia tertawa sesekali karena lelucon yang dibuat Mingyu. Namun, ia buru-buru menatap ke lain arah, takut memperlihatkan rona merah di pipinya. 

Mingyu berdehem, merasa celotehannya terlalu panjang, sedangkan lawan bicaranya tidak ia beri kesempatan untuk berucap. 

"Ehm, bagaimana denganmu? Apakah kau juga punya cerita menarik?"

Wonwoo tampak berpikir sejenak, "Kurasa tidak. Aku hanya seorang siswa tingkat akhir Pledis High  School. Hidupku monoton, hanya dipenuhi dengan tugas, tugas, dan tugas. Ah, dan aku terkenal dengan julukan kutu buku culun. Pas sekali dengan penampilanku yang memakai kacamata bulat dan suka membawa buku kemana-mana." wajah Wonwoo terlihat sendu, namun sedetik kemudian ia tertawa.

"Hahahaha, jangan dibawa pikir. Aku tidak se-menyedihkan itu kok, kak!" Wonwoo refleks menutup mulut dengan kedua tangannya. Ia merutuki mengapa ia memanggil Mingyu dengan sebutan 'kak'. 

"Aaah, maaf. Aku tidak sengaja memanggilmu kak." Habis ini, ia berjanji akan belajar cara memfilter omongan. Berteman dengan Soonyoung, menularkan 'sindrom mulut bocor' nya kepada Wonwoo.

Mingyu gemas sendiri melihat kelakuan Wonwoo; menurutnya itu cukup manis. Ia tidak berpikiran sama sekali bahwa Wonwoo culun karena berkacamata bulat. Justru itu menambah kesan manis dirinya, apalagi setelah mengetahui sifat asli Wonwoo. Dan Mingyu juga tidak mempermasalahkan panggilan 'kak' dari Wonwoo.

Mingyu hanya tertawa renyah dan mengusak rambut Wonwoo. Gemas dengan tingkah orang disampingnya. Meski baru beberapa jam kenal Wonwoo, ia sudah merasa nyaman mengobrol bersama. 

Mungkin bukan Mingyu yang akan mengajarkan 'apa itu cinta' pada Wonwoo; seperti yang Soonyoung katakan kepadanya,

tetapi,

Jeon Wonwoo lah yang akan mengajari Kim Mingyu —secara tidak langsung— apa arti cinta sesungguhnya.



-tbc-

———

OH TIDAAAAAk. UDAH CHAPTER 3 MUEHHEHE.

mau sampai chapter berapa nih?

aku takut kalo kepanjangan, pada bosen bacanya :(

thanks yg udah baca, ini karya aku pertama, jd heboh banget ya aku :(

ily <3

Infinity Love ; Meanie ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang