; O1

486 54 6
                                    

Jeon Wonwoo.

Salah satu siswa tingkat akhir di Pledis High School, yang akhir akhir ini stress berat karena memikirkan tugas-tugas sialan-nya.

Oh, maafkan Wonwoo yang memang suka mengumpat. Salahkan saja gurunya yang memberi dia berbagai tugas, padahal dia ada ujian sebentar lagi.

Sepulang sekolah, Wonwoo berjalan dengan gontai, tak tentu arah. Ia sungguh tidak ingin pulang ke rumah, karena itu berarti ia harus berkutat lagi dengan tugasnya. Bahkan dengan memikirkannya saja, kepala Wonwoo rasanya ingin pecah.

Wonwoo berhenti sejenak di depan kedai bertuliskan "Hom's Coffee Shop". Melangkahkan kakinya kedalam tanpa ragu, seolah ini ada rumah kedua baginya. Ya, kedai ini adalah kedai kopi langganannya sejak ia masuk sekolah tingkat pertama, tempat mencurahkan segala penat dan lelah sepulang sekolah.

'Klining Klining'

"Selamat sore, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" seorang pelayan menghampiri Wonwoo yang tengah mencari tempat duduk favoritnya.

"Ah, saya pesan seperti biasa saja," jawab Wonwoo, yang membuat pelayan itu mengangguk paham, dan langsung menuju bilik dapur.

Pesanan Wonwoo datang setelah beberapa menit, Wonwoo hanya memandangi sekitar untuk menghabiskan menit-menit ia menunggu. Ia mulai menyesap kopinya dengan tenang, sebelum sebuah teriakan menginterupsinya.

"WONWOOOOO!!" 

Jangan khawatir, itu bukan suara ibu kos, apalagi ibu tiri. Itu suara Kwon Soonyoung, sahabat yang ia dapatkan di kedai ini. Soonyoung berlari ke meja Wonwoo, dan memeluknya sampai Wonwoo kehabisan napas. Wonwoo tidak habis pikir, mengapa ia menemukan sahabat yang berisik seperti Soonyoung, kontras sekali dengan kelakuannya yang lebih memilih diam daripada menghabiskan tenaganya untuk berbicara hal yang tidak penting.

Wonwoo melirik sekilas, malas. "Apa, Kwon? Kau membuat masalah apa lagi, huh?"

"Aniya, tidak tidak. Bukan seperti itu. Kau tahu, pelanggan tetap di kedai ini semakin bertambah. Dan yang aku dengar dari pemilik kedai, ia akan mengadakan event untuk merayakannya! Sang pemilik bilang, kalau hari ini datang pengunjung ke-13, kita akan bermain truth or dare." Soonyoung mengambil jeda sedikit untuk mengambil napas.

"Dan ia juga menambahkan, akan memberi hadiah kepada seluruh peserta! Kedengaran menarik kan?" lanjut Soonyoung antusias.

"Tidak juga. Yang aku tangkap dari pembicaraan ini adalah kau yang menguping pembicaraan pemilik dengan pelayan disini. Karena setauku, sang pemilik belum memberi pengumuman apapun. Apakah aku salah?" Skakmat kau, Soonyoung!

Soonyoung hanya memasang cengiran polosnya. "Hehehehe, bukan itu poinnya. Kau tahu, kau adalah pelanggan ke-12 hari ini. Itu berarti, pelanggan setelahmu akan datang, dan boom! Kita akan mengikuti event ini! Yippie!" Jentikan jari Soonyoung membuat Wonwoo geleng-geleng kepala, 'ada-ada saja anak ini'.

"Lalu? Toh belum tentu pelanggan ke-13 akan da-" ucapan Wonwoo terputus saat mendengar bunyi bel dari arah pintu masuk.

Pelanggan ke-13 telah datang.

Oh, kau harus mendengar betapa histerisnya Soonyoung berteriak 'YES!', dan melihat bagaimana pemilik kedai mempersiapkan ini-itu untuk memulai event-nya. Suasana kedai menjadi sedikit ricuh karenanya.

Tapi tidak dengan Wonwoo. Pemuda itu justru tengah memandangi Pelanggan ke-13 itu. Bagaikan magnet, mata Wonwoo tidak mau terlepas dari wajah sang pelanggan. Pelanggan itu memang tampan —namun Wonwoo gengsi untuk mengakuinya— dengan rambut hitam, hidung mancung, bibir tipis, dan oh! jangan lupakan kulit tan-nya yang sedikit err sexy, dibalut dengan kemeja hitam dan celana jeans. Penampilan yang mampu membuat Wonwoo terpaku dalam sekali lihat. 

Wonwoo tidak percaya akan ungkapan 'cinta pada pandangan pertama', ia selalu menyangkal bahwa hal itu tidak mungkin ada.  Namun sepertinya, setelah ini ia akan membuang jauh-jauh pikiran itu.

"Selamat anak muda! Kau terpilih menjadi anggota spesial dalam kedai ini. Kau akan mengikuti event kami, yaitu Truth or Dare bersama 12 pelanggan lain. Kalau boleh tahu, siapa namamu, nak?" Pemilik kedai langsung menghampiri pelanggan itu, hendak mengajaknya berjabat tangan.

Pelanggan itu menjawab ragu, "Aku tidak tahu apa yang terjadi disini, tapi, namaku Mingyu. Kim Mingyu. Senang bertemu dengan kalian."

Wonwoo bersumpah ia akan terus mengingat nama itu dalam pikirannya.

Ups.

Atau lebih tepatnya, dalam hatinya.


  — —— 

Jeng jeng jeng.

baru chap 1 tapi kok aku udah kehabisan ide ya.

ayo dong support aku buat ngelanjutin works ini, buat yg tersayang nih hahaha.

disini aku mau nyampein wish kedua.

semoga kita bisa sama-sama terus, sampe nggatau waktu nya kapan. 

AH UDAH ANGGEP AJA AKU LAGI MABOK. tq

segitu dulu, see ya on next chapter, dear!

Infinity Love ; Meanie ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang