; O7

260 31 1
                                    

3 hari berlalu.

Selama itulah Wonwoo mengabaikan pesan maupun telepon dari Mingyu. Berusaha melupakan bayangan Mingyu dari pikirannya, serta hatinya.

Dan selama itu pula Wonwoo menjalani hari seperti mayat hidup. Tidak akan beringsut dari kasur apabila tidak diceramahi ibunya dahulu. Nafsu makannya menurun, tidak mau memakan sarapan barang sedikitpun. Pergi sekolahpun ogah-ogahan. Mengabaikan penjelasan guru di depan kelas, hanya menatap keluar jendela, tanpa memikirkan apapun.

Sepulang sekolah, Wonwoo hanya terbaring di sofa setelah melempar tas dan sepatu asal. Ia menghela napas kasar ketika hpnya berdering.

'Pasti Mingyu lagi. Tidak, Wonwoo. Jangan goyah. Tetapkan pendirianmu untuk tetap mengabaikannya. Ya, kau pasti bisa!' terdengar seperti ia sedang menyemangati diri sendiri.

Tapi dering itu tak kunjung berhenti. Wonwoo yang muak langsung mengambil hpnya. Ia tertegun. Ternyata bukan Mingyu yang menelpon, melainkan Soonyoung.

"Oh, apalagi Kwon? Mengapa kau berisik sekali. Baik di omongan ataupun di telepon, kau tetap mendapat label cerewet."

"Dengarkan aku dulu, Wonwoo. Aku tahu kau tidak ingin bertemu lagi dengan Mingyu, tapi kumohon jawablah teleponnya. Mingyu tadi menemuiku dan berceri—"

Wonwoo menyela perkataan Soonyoung. "Bercerita? Dia mengadu padamu supaya membujukku? Wah sungguh usaha yang menakjubkan, Mingyu-ssi." ucap Wonwoo sarkas.

"Aniyo. Bukan begitu, Wonwoo-ya. Sungguh Mingyu tidak ingin berpisah denganmu. Ia hanya ingin menemuimu sekali saja, bisa jadi ini yang terakhir. Ia akan menunggumu nanti sore di taman perumahan. Aku berharap kau datang, jika tidak ingin mengecewakan Mingyu dan aku." Soonyoung memutus sambungan telepon.

Kedua alis Wonwoo tertaut. Tidak biasanya Soonyoung berkata dengan nada memelas. Ia tidak ingin pergi, tetapi ia takut membuat sahabatnya kecewa. Sahabat yang selalu ada untuknya, menghibur di saat penat menyerangnya, memberikan lelucon garing untuk sekedar membuat wajah dingin Wonwoo menjadi hangat dengan senyumannya.

✴✴✴

Wonwoo memutuskan untuk pergi menemui Mingyu, dengan alasan sahabatnya. Maka, pukul 3 sore, ia sudah bergegas menuju taman. Ia mengedarkan pandangan mencari Mingyu, menemukan Mingyu dengan seseorang disampingnya.

Berjalan pelan, Wonwoo mendekati Mingyu dari belakang.

"Annyeong, Mingyu-ssi." sapa Wonwoo dingin.

Mingyu berbalik dengan senyum ramah. Namun senyumnya seketika luntur ketika mendapati penampilan Wonwoo yang tidak seperti dulu. Mata sembab, tubuh makin kurus, oh! jangan lupakan raut muka lelahnya. Demi apapun, Mingyu khawatir dengan perubahan drastis ini.

"Annyeong, Wonwoo. Kenalkan ini Jeonghan. Jeonghan, kenalkan ini Wonwoo." Mingyu segera memperkenalkan pria disampingnya.

Cantik.

Satu kata yang muncul di otak Wonwoo ketika melihat Jeonghan. Bahkan Wonwoo merasa malu, tadi ia tidak sempat memperhatikan penampilannya; ia tidak tahu jika ia akan bertemu pria secantik Jeonghan.

"Oh hai, Wonwoo-ssi. Aku Jeonghan, Yoon Jeonghan. Seperti yang kau tahu, aku adalah mantan pacar Mingyu-ssi" Jeonghan memberikan senyum terbaiknya.

Wonwoo membalasnya dengan senyum canggung. Jantungnya terasa sesak.

'Oh jadi kau akan memperkenalkan mantan —ah ralat, calon pacarmu kepadaku untuk membuktikan bahwa kau sama sekali tidak tersakiti telah dicampakkan olehku, Kim?' pikir Wonwoo.

"Woah, Gyu! Rupanya kau tidak salah memilih. Sesuai dengan apa yang kau ceritakan padaku, ia memang sangat menawan dan manis!" sahut Jeonghan antusias seraya memegang tangan Wonwoo. Tersenyum menatap indahnya manik mata Wonwoo. Meski terhalang kacamata, tidak mengurangi pesona mata rubah Wonwoo.

Yang ditatap hanya kebingungan, melirik Mingyu meminta penjelasan.

Mingyu berdehem menginterupsi. "Ehem. Wonwoo, seperti yang kau tahu, Jeonghan adalah mantanku. Hubungan kami sudah berakhir beberapa bulan lalu. Kami tetap menjadi teman, namun tidak dengan perasaan kami. Sungguh, kami sudah saling melupakan perasaan satu sama lain. Bahkan Jeonghan sudah mendapat pacar baru, hasil perjodohan dari orangtuanya." dagu Mingyu mengarah kepada mobil yang terparkir di samping taman.

Seungcheol —pacar Jeonghan saat ini — yang merasa dirinya sedang diperhatikan, langsung keluar dari jok kemudi mobil, dan melambai kearah Mingyu.

Mingyu menatap dalam mata Wonwoo seraya mengambil kedua tangan Wonwoo untuk ia genggam. Kedua tangan yang ia rasa diciptakan hanya untuk ia genggam.

Helaan napas Mingyu terdengar pelan.

"Wonwoo, aku ingin jujur padamu. Aku tidak bisa hidup tanpamu meskipun sehari saja. Kau sudah memiliki hatiku dari pertama kali bertemu. Saat itu, aku tidak sengaja bersitatap denganmu dan aku telah jatuh pada pesonamu. Aku tidak rela saat kau menjadi 'bahan lelang' untuk kencan, lalu aku menawarkan diri untuk menjadi teman kencanmu." Mingyu memberi jeda sebentar.

"Jadi, maukah kau menjadi teman kencanku yang sebenarnya, Wonwoo?"

Wonwoo tidak dapat membendung air matanya lagi. Satu persatu air mata jatuh membasahi pipinya. Ia langsung menubruk tubuh besar Mingyu, menggumamkan kata-kata makian.

"Mingyu bodoh! Kak Mingyu jelek! Bodoh bodoh bodoh!! Mengapa kau tidak menjelaskan kepadaku dari dulu, eoh? Mengapa baru sekarang kau menjelaskan semuanya, hiks"

Mingyu membalas pelukan Wonwoo, mengelus kepalanya lembut, dan mengecupnya.

"Ssshh, sudah jangan menangis lagi. Aku baru menjelaskan sekarang karena kau yang susah dihubungi, Won. Kau selalu mengabaikanku. Jadi, apa jawabanmu, hm?" ucap Mingyu menenangkan pemuda dipelukannya.

Wonwoo melepaskan pelukannya dan kembali menyeka air mata. "Maafkan aku, kau jadi punya pacar bodoh sepertiku."

"Pa-pacar?! Maksudmu, kau menerimaku, Won?" Mingyu tidak percaya dengan kata-kata Wonwoo barusan. Ia bertanya lagi untuk memastikan, apakah telinganya salah dengar atau tidak.

"Ti- tidak jadi. Aku tarik kata-kata ku kembali. Sekarang aku yang malu mempunyai pacar bodoh seperti kau." jawab Wonwoo malu-malu. Ia menutup wajahnya Wajahnya pasti sekarang merah seperti kepiting rebus.

Mingyu menarik tangan Wonwoo yang menutupi wajah dan mengecup ujung hidungnya dengan gemas, lalu kedua pipinya, bergantian. Yang dikecup hanya pasrah menerima perlakuan pacar barunya itu.

"Bisa diabetes lama-lama kalau kau disampingku terus, Wonuuu." rengkuhan tangan Mingyu di tubuh Wonwoo membuat pria yang lebih pendek membalas pelukannya.

"Oh jadi kau menyuruhku untuk tetap jauh darimu begitu, Kak?" ucap Wonwoo sarkas. Ia memasang wajah dingin sambil menatap geram. Tapi apa yang dilihat Mingyu malah seperti baby fox sedang merajuk lucu.

Sepertinya Mingyu harus mencari tahu lebih banyak cara menaklukan uke tsundere yang sering merajuk.



-end-


———

HAHAHAHA. Udah end yeu. Ending nya nggabanget :(

Ini chapter terpanjang btw.

Aku mentok sampe sini ideku buat ending nya huhuhu T_T

Tenang, masih ada epilog!

Akhirnya tepat waktu juga tanggal 19 finished.

Big thanks buat yg udah mau baca trashy ff ini, apalagi yang ngevote+comment. You're the best.

See ya on last chapter!

Infinity Love ; Meanie ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang