Epilog

309 37 0
                                    

Hari ini genap setahun mereka berpacaran. Tidak ada kejutan, memberi hadiah boneka beruang besar, atau perayaan besar lainnya. Mingyu dan Wonwoo sama-sama menyukai kesederhanaan. Karena sebuah kebahagiaan dapat muncul dari kesederhanaan. Yang terpenting bagi mereka adalah kebersamaan dan kasih sayang.

Jadilah mereka sekarang —di hari jadinya yang kesatu— saling bertukar canda tawa di sofa ruang tengah Wonwoo. Sederhana saja. Mingyu main ke rumah pacarnya itu, dan saat ini mereka tengah menonton tv, bermalas-malasan sambil memeluk satu sama lain. Merasakan kehangatan dari hubungan mereka.

Posisi mereka saat ini adalah Wonwoo duduk di bawah sofa, sedangkan Mingyu duduk di atas sofa sambil memeluk leher Wonwoo dari belakang. Sesekali mencium pucuk kepalanya karena bau shampoo Wonwoo adalah kesukaan Mingyu.

Mingyu yang bosan sedari tadi hanya menonton tv saja, berniat untuk mengerjai kekasih emo-nya itu.

"Wonu ku sayaaang, mau tau perbedaan simbol Infinity War sama Infinity Love, ngga?" Mingyu sedang melancarkan aksinya. Ia mencubit pelan pipi Wonwoo gemas.

"Apaan sih, Gyu. Gaje amat."

"Yaudah jawab aja sih,"

"Apa ya," Wonwoo tampak berpikir keras. Dia bukannya bodoh, dia hanya malas berpikir untuk hal-hal (yang menurutnya) tidak penting, seperti ini.

"Kalo Infinity War simbolnya A, kalo Infinity Love simbolnya angka 8?"

"Salah, Nu." Mingyu mengeluarkan smirk-nya —smirk yang bisa membuat semua wanita atau uke tergila-gila padanya, tapi tidak berlaku pada Jeon Wonwoo— dan mendekat ke wajah Wonwoo; membuat sang empunya merona sesaat.

"Kalau Infinity War tuh simbolnya A, kalau Infinity Love tuh simbolnya KITA. Hehehehehe," Mingyu —dengan beraninya— mencuri kecupan kecil dari bibir sang baby fox. Ia belum tahu saja apa bahayanya mencari gara-gara dengan kekasihnya yang cukup galak itu.

Wonwoo langsung lari menuju kamar dengan menutup wajahnya. Salahkan Mingyu-nya yang membuat dia malu setengah mati. Wonwoo kemudian bergegas kembali ke ruang tengah, dengan membawa sebuah bantal.

"APASIH GYU ENYAH SANA MATI AJA SONOH. SIALAN KAMU TUH!!" Wonwoo menghujani Mingyu dengan bertubi-tubi pukulan bantal itu. Tidak peduli kekasihnya merasa kesakitan dibawahnya.

Mingyu mengaduh kesakitan. "ADUH YANG, JANGAN DIPUKULIN TERUUUS!"

Mingyu tahu bahwa kalau tidak di-'ambil alih' olehnya, pukulan Wonwoo tidak akan berhenti. Maka, Mingyu dengan cekatan menarik tangan Wonwoo, menyingkirkan bantal dari tangannya, dan segera memeluknya.

"Uluh, sayangnya akang jangan ngambek gitu dong. Nanti manisnya ilang loh!"

"Bodo."

"Kamu lucu banget sih, kalo lagi blushing gini." Meski terhalang kacamata bulatnya, Mingyu tetap bisa melihat semburat warna kemerahan di pipi putih Wonwoo.

"DIEM ATAU AKU PUKUL BANTAL LAGI?!" ancam Wonwoo dengan nada tinggi.

"Iya ampun ampun ibu negaraku sayang." Mingyu mengeratkan pelukannya. Tak lupa untuk mencuri kecupan dari pout bibir Wonwoo.

Wonwoo yang tidak ingin terlihat tersipu malu, langsung mencubit perut Mingyu. Tentunya tidak pelan karena setelahnya kita dapat mendengar suara mengaduh dari Mingyu.













"KAK MINGYUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU!!"


-end-


———

CIE UDAH FINISH NIH

Bener2 udah kelar

Makasih buat yg udah baca, vomment di karya aku yang pertama ini

See ya on next project! <3 (kalo aku buat ya) ;)

Infinity Love ; Meanie ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang