33.Life or Die

1.5K 88 0
                                    

Suara nyaring deteksi denyut jantung menggema, dan memenuhi seisi ruangan.

Di ranjang itu, seorang yeoja tengah terkulai lemas dan setia dengan alam bawah sadarnya.

Tepat pada malam tadi, dan di usia kandungan yang menginjak 8 bulan Hana mengalami kontraksi hebat.
Jin sangat panik bukan main.

Bahkan di area paha Hana mengalir darah segar.

Semalaman suntuk Jin hanya mondar-mandir di depan ruang ICU dengan tampilan yang tak karuan.

Hingga seorang dokter keluar dan meminta konfirmasi pada Jin, jika Hana harus melahirkan premature dengan cara operasi.

Dan setelahnya ia diberi pilihan, siapa yang harus di selamatkan.
Jin diam seribu kata.
Namun keegoisannya menjawab.

Ia memilih Hana yang selamat.
Hampir 2 jam lampu ruang operasi menyala, dan dalam waktu tersebut seluruh keluarga datang.

Termasuk Yuri, sepupu Hana.
Jin berkali-kali menjambak rambutnya sendiri.

Dan berkali-kali pula mertua dan juga orang tuanya membantu menenangkannya.

Lampu itu padam, Jin membeku di tempatnya. Samar terdengar suara tangis bayi di dalam sana.

Bayinya, apa itu bayinya?
Lalu,apa yang terjadi dengan Hana?

Perawat keluar dengan menggendong seorang bayi mungil yang masih menangis.

Semua anggota keluarga nampak senang, kecuali Jin. Bukannya ia tak senang namun. Ia ingin Hana.

Kemudian dokter Hwang keluar dengan peluh di area mukanya.
Diturunkannya maskernya.

"Selamat Tuan, anak anda perempuan" ucap Dr.Hwang.

"Hana" ucap Jin terdengar parau.

"Mereka selamat, hanya saja istrimu tengah kritis karena ia mengalami pendarahan, ditambah kelahiran anakmu yang premature"

Jin memejamkan erat kedua matanya. Dan mengusap wajahnya gusar.

Melihat kondisi saudaranya, Kyuhyun menghampiri Jin.

"Jin, kau masuklah temui istrimu. Aku, Noona, Imo dan Samchon akan mengurus semua keperluan anakmu"

Jin menatap sendu ke arah Kyuhyun, dan mengangguk.

Dan disinilah Jin sekarang.
Duduk di bangku samping ranjang Hana.

Menggenggam erat tangannya, dan berbicara seperti orang gila.

"Tidakkah kau ingin membuka matamu? Apa kau tak ingin melihat putri cantik kita?"

"Kau tahu, dia memiliki mata mirip denganmu. Bahkan kulitnya putih sepertimu, pipi dan bibirnya merah. Menggemaskan bukan?"

"Bangunlah, ayo kita lihat bersama"
Ucapnya penuh harap.

Tak ada respon dari lawan bicaranya. Hanya hening yang didominasi dengan suara alat bantu medis disana.

Pintu terbuka, menampilkan seorang wanita berumur kurang lebih setengah abad. Ia melangkah ke arah Jin.

Kim Seokjin:My marriage story(complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang