6

338 9 2
                                    

"Berlian yang terluka."

Tubuh mungil Manda berhasil diterkam Bisma. Manda merintih kesakitan ketika tubuhnya ditindih tubuh kekar Bisma. Manda berusaha berontak, namun tenaga Bisma jauh lebih kuat darinya. Bisma tak henti-hentinya melumat kasar bibir Manda, sehingga Bibir Manda terluka berdarah. Isak tangis Manda semakin kuat, Bisma pun merasakan cairan bening yang menggenang di pipi Manda---air mata yang telah berlinang, sama sekali tidak membuat Bisma menghentikan aksinya. Bisma justru semakin menggila.

Bisma melepaskan pagutannya, lalu menatap Manda dengan wajah dan tatapan penuh frustasi. Manda terlihat seperti tak kuasa menahan Bisma agar tidak melakukan hal gila ini.

Bisma mengelap darah yang terdapat di bibir Manda, karena ulahnya sendiri.

"Lo tahu? Sebenarnya gue udah ngincer lo udah lama. Dan sekarang, gue udah bisa miliki lo dengan sepenuhnya," ucap Bisma bersuara serak.

"To-tolong lepasin aku," ucap Manda berusaha untuk lepas dari posisi saat ini.

"Nggak. Lo nggak bisa lepas dari gue. Kesalahan terbesar lo bukan hanya menghilangkan nyawa Risa, tapi juga Bokap lo yang bermasalah sama gue. Asal lo tau, gue yang udah memenjarakan Bokap lo." Tatapan frustasi Bisma membuat Manda membalasnya dengan tatapan memohon agar Bisma tidak berbuat sesuatu yang akan menghancurkan segenap perasaan dan kehidupannya.

Bisma bicara apa tadi? Ia mengatakan kalau dialah yang telah memenjarakan Ayahnya Manda. Sebenarnya apa yang terjadi?

"Tuan Bisma, aku mohon. Jangan membuat aku semakin takut," Manda memohon, tangisnya memang sudah tidak bisa lagi ditahan. Air matanya sudah terkuras banyak, namun Bisma masih tidak bisa memberikan maaf pada Manda.

"Tidurlah denganku, Manda. Dan tunjukkan cantikmu padaku," ucap Bisma terdengar seperti bisikan. Manda hanya menggeleng pelan tertanda ia tidak menginginkan perlakuan ini dari Bisma.

Tanpa aba-aba lagi, Bisma melanjutkan aksinya, memulai semuanya dengan mencumbu bibir Manda. Namun kali ini permainannya cukup lembut. Akan tetapi, dalam ciuman ini, Manda sama sekali tidak membalas permainan Bisma. Sial. Dari situ, membuat sisi lelaki seorang Bisma sedikit terluka, karena baru kali ini ada seorang gadis yang tidak sudi membalas ciuman seorang Tuan Muda Bisma.

Ciuman Bisma kembali turun ke leher, sementara tangan kanannya memainkan gesekan-gesekan mesra di area dada milik Manda. Bukan malah mendesah, Manda justru semakin terisak.

Bisma berusaha melepaskan paksa dress yang dipakai Manda. Tangannya mulai liar dan menggila, Manda bahkan tidak kuat mendapatkan perlakuan Bisma ini. Entah harus bagaimana caranya agar Bisma bisa menghentikan semua kesakitan ini?

"Aw," Bisma merintih, saat tangannya terkena sesuatu dari samping dress yang dikenakan Manda. Bisma pun bangkit dan mengubah posisinya.

Dengan segera Manda pun ikut mengubah posisinya menjadi duduk dan membenahi dress yang dikenakan---yang nyaris terlepas dari tubuhnya. Mencari kesempatan, Manda bergegas untuk beranjak dari ranjang. Namun nihil, dengan cepat Bisma menahan tangannya.

"Lo nggak bisa kabur!" Tahan Bisma.

"Please, aku mohon, jangan lakukan ini padaku," ucap Manda dengan sedu-sedan yang mesih terdengar memilukan. Tak bisa menghindar dari Bisma, Manda pun hanya menunduk duduk---dengan posisi duduk ala penari tari saman. Manda duduk di samping Bisma, dengan posisi menghadap Bisma. Sementara tangan Bisma mencengkram erat tangan Manda---agar Manda tidak bisa melarikan diri.

Sebelah tangan Bisma menahan tangan Manda, sementara sebelah tangannya lagi menahan rasa sakit. Entah benda apa yang membuat tangan Bisma berdarah, tapi itu terlihat seperti jarum pentul yang menancap sempurna di jemari tengah Bisma.

DiamondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang