4

190 7 7
                                    

"Dia menciptakan sebuah rasa kecemasan yang tak berujung, membuatku nyaris tak lagi mengenal bagaimana rasanya jatuh cinta. Aku adalah daun yang gugur, dan dia adalah angin yang gagah."

***

"Kalau emang lo di sini sebagai pelacur. Berapa harga lo permalem?" ucap Bisma dengan raut wajah serius, dan gaya yang terpasang cool. Tatapan Bisma nampak mempesona namun begitu mematikan untuk Manda.

"Tolong, kalau bicara itu hati-hati," ucap Manda serius. Namun di sana Bisma lagi-lagi hanya melemparkan senyum dan tatapan remeh untuk Manda.

"Lo bilang hati-hati?" Ucap Bisma remeh, kemudian Bisma melangkah mendekati Manda. "Dengan kayak gini, gue bakal lebih mudah menyakiti lo jauh lebih dalam, dari rasa sakit yang lo kasih ke gua. Gimana rasanya kehilangan orang yang lo sayang? Lo nggak pernah tau, kan? Tolong dengerin baik-baik, gua nggak akan pernah lepasin lo. Sampai kapan juga gua gak akan pernah biarin lo lepas dari jerat tangan gua." Bisma berujar dengan nada mengancam, membuat Manda sedikit deg-degan mendengar ancaman kecil Bisma yang mungkin akan membahayakan diri Manda untuk ke depannya.

Pertanyaan Bisma justru salah besar. Bisma tidak pernah tahu, bahwa Manda justru lebih mengerti tentang sebuah kehilangan, apalagi kehilangan orang terkasih. Itu sedikit membuat hati Manda terluka, Bisma memang sudah tidak waras, menyakiti dan menghancurkan hati dan perasaan Manda dengan perkataannya yang sadis.

"Terserah kamu mau ngomong apa. Yang jelas, aku bukan pelacur dan aku gak seburuk yang kamu pikirkan," ucap Manda, tanpa menunggu dialog Bisma lagi, Manda pun melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam diskotik tersebut.

Naas, Bisma justru menahan tangannya dan berhasil membuat langkah Manda terhenti.

"Diskotik ini punya gua."

Deg. Perkataan Bisma berhasil membuat sepasang mata indah milik Manda membulat sempurna, seperti sangat terkejut mendengar kalimat Bisma tersebut.

"Jadi ..."

"Ya. Saat ini lo menjadi karyawan gua. Dan gua berhak atas semua kehidupan lo," jelas Bisma tersenyum licik.

Kemudian, Siska datang dengan raut wajah yang sama sekali tidak berdosa. Seketika itu Manda langsung meminta penjelasan pada Siska mengenai semua ini.

"Sis? Tolong jelasin sama aku, ini tuh maksudnya apa?" Tanya Manda, matanya mulai berkaca-kaca, hatinya pun sudah tebal terselimuti kecemasan-kecemasan serta ketakutan yang terus menghantui perasaannya.

"Ya seperti yang lo lihat. Tuan Bisma memang pemilik diskotik ini, Tuan Bisma nyuruh gue buat datengin lo ke sini dengan alasan nawarin kerjaan sama lo. Sorry Manda, gue udah ngejebak lo, karena Tuan Bisa mengancam gue; kalau sampai gue enggak bisa ngelakuin tugas ini, selamanya mungkin gue enggak akan bisa dapetin kerjaan." Siska menjelaskan dengan begitu entengnya, seperti sama sekali tidak memperdulikan kekhawatiran yang dirasakan Manda.

"Jangan bilang kalau kamu ...." Manda tidak sanggup melanjutkan kalimatnya.

"Iya. Di sini gue bukan sebagai Office Girl. Tapi gue sebagai ... Pelacur," jelas Siska.

Sementara Bisma hanya tersenyum samar dengan tatapan tertuju pada Manda. Manda yang kini seperti dikejutkan dengan sebuah problem yang teramat besar dalam hidupnya. Bisma mampu melakukan berbagai cara untuk mendapatkan Manda, karena dendam di dalam hati Bisma teramat besar untuk Manda.

"Kenapa kamu tega, Sis?" Getir Manda.

"Hm. Sorry, Manda, kayaknya gue harus cabut. Sekali lagi gue minta maaf," Siska pun mengalihkan pembicaraan, Siska menghindar dari sebuah pertanyaan yang dilontarkan Manda. Lantas, tangis Manda pun pecah.

DiamondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang