bagian 5 : Hilang

96 23 4
                                    

Telah berhari-hari berlalu dengan rasa yang sama, di setiap hari hanya sakit yang ku rasa. Terkadang aku sering bertanya pada Tuhan mengapa sungguh tak adilnya hidupku, aku pernah bahagia namun mengapa kebahagiaan itu  cepat berlau? Dan hanya menyisakan kecewa.. 

.....

"Dira.. ada telpon dari papahmu, dia ingin berbicara sama kamu" teriak bibi dengan nada gembira

"Hah? Papah? Mana bi Dira juga mau bicara, rasanya rindu" jawabku ikut senang

"Ini silahkan bicara sepuas kamu" kata bibi sambil memberikan ponselnya

"Makasih bi"  aku langsung mengambil ponsel milik bibi

....

"Hallo pah ? Nadira rindu papah" ucapku membuka pembicaraan

"Hallo dira ? Apa kabar sayang?"

"Baik pah, papah apa kabar?"

"Baik nak,"

"Kapan papah pulang? Gimana sama Mamah pah? "

"Nanti ya nak, sudahlah dira lupakan mamahmu itu anggap saja dia sudah tiada"

Belum sempat ku menjawab tiba-tiba telpon terputus, entah kenapa mungkin saja papah masih  sakit hati ,.

"Bi nih ponselnya"

"Loh kok cepet banget"

"Iya bi telponnya terputus"

"Oh yasudah"

.......

"Dira, kamu ngapain di situ?" Tanya bibi mengagetkanku

"Eh.. hmmmmm engga kok bi Dira ga ngapa ngapain" jawabku mengalihkan

"Bener kamu ga papa? Dari tadi bibi liat kamu bengong terus."

"Iya bi Dira ga papa kok," jawabku membalas senyum

"Yasudah kalau ada apa-apa kasih tau bibi ya nak, jangan buat bibi khawatir"

"Iya bi... maaf ya Dira bikin bibi khawatir"

"Iya Dira sayang"

Sebenarnya aku masih memikirkan bagaimana kelanjutan hidupku, satu persatu cahaya hidupku mulai menghilang bahkan saat ini aku hanya punya bibi satu-satunya orang yang ku sayang, papah dan mamah entahlah bagaimana mereka sekarang, teman-temanku pergi ketika aku benar-benar susah.. aaaarrrrgggghhh aku sudah muak memikirkan semua ini..
Bahkan untuk senyum saja rasanya berat, untuk apa aku tersenyum lagi? Malas rasanya harus mengembangkan senyum..

Senyum Dibalik DukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang