Sebuah Kejujuran Yang Manis

207 45 6
                                    

Harusnya Seohyun mendorong Chanyeol ketika pria itu mendekat dan mencoba menciumnya, tapi tidak bisa dibohongi Seohyun merindukan ciuman Chanyeol. Setelah ciuman itu, Chanyeol dan Seohyun kembali saling tatap.

"Aku masih mencintaimu." Kata Chanyeol.

Seohyun diam.

"Sejujurnya, aku tidak bisa melupakanmu, Seohyun. Kau selalu punya ruang khusus di sini. Di jantung hatiku." Chanyeol mengembuskan napasnya perlahan. "Aku tidak tahu kau memakai mantra apa tapi yang jelas kau berhasil membuat hatiku beku selain untukmu."

Seohyun menoleh. "Kita sudah berbeda," katanya dengan wajah sedih.

"Kita harus merayakan perbedaan kita. Bukan menangisi ataupun karena berbeda kita tidak bisa bersama."

"Kita berbeda prinsip dan tujuan hidup Chanyeol. Itu sulit disatukan." Ungkap Seohyun akhirnya dengan air yang menggenangi kelopak matanya.

"Meskipun kita saling mencintai?"

"Aku tidak akan kuat hidup dengan pria yang diinginkan banyak wanita."

Lagi dan lagi Chanyeol mengembuskan napasnya perlahan. "Kau ini terlalu angkuh untuk mengakui cintamu padaku dan terlalu gengsi untuk kembali ke pelukanku."

"Kau hanya menilaiku dari luar."

"Kau akan bersamaku kalau aku melepaskan semua ini kan? Popularitas dan semua yang berhubungan dengan pekerjaanku saat ini."

Air mata itu jatuh juga membasahai pipi Seohyun.

"Asal kau tahu, ibuku adalah seorang aktris dan dia berbohong pada publik soal ayahku, kakakku dan aku. Dia depresi dan bunuh diri. Itu sebabnya aku sangat membenci duniamu, Park Chanyeol! Aku membenci semua tentang kehidupan keartisanmu!" Seohyun berkata dengan berapi-api seakan dia berniat mengeluarkan beban sanksi sosial yang diterimanya karena ulah ibunya yang tak pernah mengakuinya sebagai anak.

Chanyeol tertegun. Selama hidupnya dia baru tahu apa yang sebenarnya menjadi penyebab Seohyun begitu membenci dunia hiburan. Dia terlalu terkejut untuk berkomentar. Akhirnya, Chanyeol memilih memeluk tubuh Seohyun. Dia tahu beban hidup wanita di hadapannya itu berat. Seohyun tidak mendramatisir apa pun, kau pasti akan membenci sesuatu yang telah merubah ibumu menjadi orang lain.

"Aku akan melepaskan semuanya," ucap Chanyeol dan kali ini Seohyun yang terdiam.

"Aku akan melepaskan semuanya," ulang Chanyeol. "Aku mencintaimu dan aku tidak ingin kehilangan dirimu yang kedua kalinya."

"Tidak," Seohyun melepaskan pelukan Chanyeol.

"Jangan, itu sangat berisiko. Kau akan dibenci para fansmu. Kau akan dituntut manajemenmu. Jangan Chanyeol."

"Tidak apa. Aku hanya tidak ingin kehilangan dirimu karena kau adalah segala apa yang aku punya di dunia ini."

***

Ketika Seohyun menceritakan soal Chanyeol pada Luhan, Luhan seakan paham dan dia memilih untuk menjadi pendengar yang baik dibandingkan menginterupsi cerita Chanyeol apalagi mengumpat karena dengan mundurnya Chanyeol dari dunia hiburan itu artinya Luhan juga akan menjadi pengangguran.

Tak apa. Selagi itu untuk membahagiakan adikku.

"Kau tidak bisa menolak Chanyeol, Seohyun. Dia sudah menentukan pilihannya dan pilihannya adalah kau."

"Kupikir kebahagianmu dan Chanyeol saat ini adalah yang terpenting karena kau tidak mungkin bisa bersatu dengan baekhyun."

Seohyun menatap kakaknya dengan tatapan keheran-heranan. "Apa maksudmu, Oppa?"

Luhan menarik napas dalam. Sun Hye telah memberitahunya akan satu rahasia Baekhyun yang membuatnya merasa sedih karena mengetahui kondisi sebenarnya Baekhyun.

"Baekhyun sebenarnya sedang sakit."

Seohyun terdiam mencoba mencerna perkataan Luhan.

"Maksudnya?"

"Baekhyun akan pergi ke Amerika untuk menjalani pengobatan. Dia hanya berakting kalau semuanya baik-baik saja."

Seohyun menelan ludah.

***


My Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang