Bab. 13 - Serpihan Sesal

4K 1.2K 303
                                    

Bab. XIII - Serpihan Sesal

RAMBUT merah muda yang biasa tergerai panjang dengan sebuah bandana yang menghiasi, kini hanya menjadi sebatas bahu dan bandana itu pun tergantikan oleh dua buah jepit kecil.

"Huh." Sakura mendengkus pelan saat menatap pantulan dirinya melalui cermin besar, terutama kala melihat gaya rambutnya yang sekarang. Entah mengapa akhir-akhir ini dia selalu merasa gerah dengan rambut panjangnya. Tidak nyaman. Maka dari itu Sakura lebih memilih memotongnya. "Semoga Sasuke suka dengan rambutku yang sekarang," gumamnya dengan seulas senyum.

Ia meraih ponsel kemudian berdecak kesal karena tak ada satu pun panggilan yang masuk pada Sasuke. Sejak kemarin nomor pria itu tidak bisa dihubungi.

Sakura melempar ponselnya ke sembarang arah dengan raut wajah yang benar-benar murka. "Baiklah, Sasuke. Aku sudah cukup sabar."

💍

Kediaman Sasuke & Naruto, 09:45

Denyutan menyakitkan di kepala saat mencoba untuk membuka mata membuat Sasuke mengerutkan dahi begitu dalam.

"Ugh."

Kali ini bukan karena denyutan itu yang membuatnya meringis, namun Sasuke juga merasakan tubuhnya amat ngilu.

Kelopak mata Sasuke terbuka perlahan. Beberapa detik dia diam sebelum menyadari posisinya yang kini tengah terbaring di atas lantai dengan keadaan yang sangat kacau: kemeja yang hampir terlepas sepenuhnya, rambut yang sangat berantakan dan aroma dari minuman yang semalam menemani kini menusuk indra penciumannya.

Sasuke bangkit perlahan. Namun, saat dia akan mendudukkan diri di ranjang, sebuah benda kecil yang berkilau di atas meja karena pantulan cahaya matahari dari jendela kamar membuat Sasuke mematung untuk beberapa saat.

Salah satu lengan Sasuke terangkat, hendak meraih benda tersebut. Akan tetapi, tiba-tiba saja dia kembali terdiam hingga lengannya pun hanya terapung di udara.

Sasuke menarik kembali lengannya diiringi helaan napas kasar.

💍

Ragu. Itulah yang Sasuke rasakan saat akan meraih knop dari pintu bercat coklat di hadapannya. Sudah dua jam berlalu sejak dia bangun, membersihkan tubuhnya dan selama itu juga dia tidak mendengar aktivitas apa pun yang menunjukkan keberadaan seorang wanita di rumah ini.

Sasuke tidak berani membuka pintu itu. Dia takut jika kamar itu benar-benar kosong: tak ada seorang wanita yang tengah dicarinya.

Namun, jika hanya diam tak memastikan, Sasuke juga tahu, tidak akan ada jawaban yang datang. Dan ...

... clik!

Benar saja, ketika Sasuke membuka pintu tersebut, hal pertama yang Sasuke lihat hanyalah kasur yang sudah tertata rapi seperti tak tersentuh.

Sasuke melangkah cepat memasukinya disertai sepasang oniks yang bergulir memindai ruangan. Sebenarnya tak butuh waktu lama untuk mencari seseorang di ruangan yang sesederhana itu. Tetapi, Sasuke enggan menerima kenyataan bahwa Naruto memang tidak ada di sana.

Memang tak ada yang aneh di kamar itu, semua barang di sana masih lengkap. Bahkan, beberapa barang kecil milik Naruto masih terpajang dengan apik. Namun, pintu lemari yang tidak tertutup rapat menarik perhatiannya. Dengan perlahan Sasuke membuka lemari tersebut untuk memastikan bahwa Naruto memang masih tinggal bersamanya. Tapi sayang sekali, lemari yang kosong, tak berisi apapun membuatnya terpaku. Tidak ada satu pun baju sang istri di sana. Naruto benar-benar sudah pergi meninggalkannya.

The Dream Wedding Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang