Bab. 12 - Terlambat Jatuh Cinta

5.1K 1.2K 145
                                    

Author's Note : tanda [*] adalah dimulainya flashback, sedangkan tanda [***] adalah berakhirnya flashback.

————————

Bab. XII - Terlambat Jatuh Cinta

SEJAK malam itu, malam di mana Sakura mengatakan tentang kehamilannya. Naruto benar-benar menghindari Sasuke. Dia selalu bangun lebih pagi dari biasanya, bahkan dia tidak lagi membuatkan sarapan untuk sang suami. Dan dia selalu pulang sangat larut malam. Sungguh, sikapnya yang seperti ini menunjukkan secara terang-terangan bahwa dia memang tidak ingin bertemu dengan Sasuke.

Beberapa hari berlalu dengan keadaan yang tak kunjung membaik. Sampai tiba di hari ini, Sasuke memutuskan untuk mengikuti Naruto, dia ingin tahu ke mana istrinya itu pergi setiap pagi begini hingga pulang larut malam. Naruto bangun sangat pagi, bahkan sebelum ada sinar mentari yang menerangi. Dan Sasuke memutuskan untuk tidak memakai mobil. Pria itu berjalan mengikuti langkah sang istri yang lumayan cepat.

Langkah Sasuke terhenti seketika saat langkah Naruto juga tiba-tiba berhenti. Sasuke segera menyembunyikan diri di balik gang kecil saat sang istri akan menolehkan wajahnya ke belakang. Naruto pasti menyadari bahwa dirinya tengah diikuti.

Aku harus lebih berhati-hati. Jika sampai ia melihatku, aku tidak akan tahu ke mana sebenarnya ia selalu pergi selama beberapa hari ini.

Sasuke mengintip, sedikit memastikan bahwa Naruto kembali melangkah. Setelah wanita itu kembali berjalan dia pun mengikutinya lagi dan seketika itu juga Sasuke menyerngit heran saat melihat Naruto memasuki sebuah pemakaman tua yang berlambangkan sebuah lingkaran tak berujung, jika Sasuke tidak salah ingat itu adalah simbol keluarga Uzumaki.

Berdiri tak jauh darinya namun masih dengan posisi bersembunyi, Sasuke memperhatikan setiap gerak-gerik sang istri. Naruto duduk bersimpuh, jemari lentiknya mengusap perlahan salah satu pusara. "Ibu ...," gumamnya setelah sekian menit terdiam. Sasuke mulai mendengarkan setiap kata yang Naruto ucapkan.

Naruto menghela napas pelan, "Ternyata aku tidak seberuntung dirimu, Ibu."

" .... " Sasuke masih bergeming melihatnya. Dia masih belum paham apa yang sedang istrinya bicarakan.

"Kau sangat dicintai olehnya. Ya, Ayah sangat mencintaimu. Bahkan sepertinya dia tidak pernah berpikir untuk mencari wanita lain demi mengisi kesepiannya. Padahal kau sudah tidak ada di sisinya, kau sudah hilang dari pandangannya. Tapi, cinta dan kasih sayangnya untukmu tidak pernah berkurang sedikit pun." Naruto mengusap sebelah pipinya yang basah. "Luar biasa, bukan?" Suara wanita itu mulai serak.

Sasuke mengerutkan dahi. Dia... menangis ...?

"Tapi, aku. Sayang sekali, aku tidak mendapatkan pria seperti Ayah. Takdirku benar-benar tidak sepertimu, Ibu. Pernikahan yang kau inginkan ternyata tidak membawa kebahagiaan untukku. Sasuke bukan takdirku, dia tidak mencintaiku, bahkan dia tidak pernah menginginkan pernikahan ini." Isakan Naruto pun perlahan mulai terdengar.

"Jadi, maaf Ibu. Maafkan aku. Aku harus mengakhiri ini semua. Aku harus melepaskan Sasuke."

Hati Sasuke begitu tersayat sakit mendengar kalimat terakhir Naruto. Benarkah Naru ingin mengakhiri semua ini? Tapi, kenapa? Bukankah ia mencintaiku? Lalu kenapa ia ingin melepaskanku begitu saja?

Seketika Sasuke merutuki pertanyaan-pertanyaan bodoh dalam benaknya itu saat tiba-tiba dia kembali teringat akan perkataan Gaara. Ya, Gaara benar. Semua orang memiliki rasa jera. Mungkinkah Naruto sudah jera mencintainya? Sudah jera mempertahankan semua ini?

💍

Pria berambut putih mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja. Wajahnya menyiratkan rasa kesal dan bosan. Sudah hampir satu jam ia duduk di sini, tapi seseorang yang ditunggunya belum datang juga. Namun, tepat saat ia bangkit berdiri untuk pergi dari tempat itu, suara seseorang menginstrupsinya.

The Dream Wedding Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang