Bab. 14 - Sandaran Hati

4.3K 1.2K 231
                                    

Bab. XIV - Sandaran Hati

LANGIT biru perlahan mulai tertelan oleh awan gelap, menandakan cuaca menuju malam ini akan sangat tidak bagus.

Itachi melirik arlojinya yang menunjukkan pukul 17:20. Sudah hampir gelap. Tetapi, dia masih belum menemukan sosok wanita berambut pirang dengan dua buah koper besar yang dibawanya. Bukan tanpa alasan Itachi tak mengunjungi rumah Minato untuk menanyakan keberadaan wanita itu, Itachi takut jika Naruto tak ada di sana dan pada akhirnya Minato malah cemas, lalu apa yang harus dia katakan pada Minato?

" .... " Pria bersurai panjang itu menyentuhkan keningnya pada setir mobil seraya menghela napas berat. Itachi benar-benar bingung harus mencari ke mana lagi, nomor Naruto pun sulit untuk dihubungi. Sungguh, Itachi tidak akan bisa tidur tenang malam ini. Ya, lebih tepatnya dia tidak akan tidur sebelum menemukan Naruto.

💍

Dengan wajah yang tertunduk, wanita itu terus menyeret langkah kakinya yang berat pada sebuah kursi batu di depan sebuah taman air mancur. Entah ini di mana, Naruto tidak tahu. Dia hanya ingin beristirahat sebentar, mendudukkan dirinya di sana.

Naruto menatap lurus ke depan. Dia merasa rambutnya perlahan semakin basah hingga mengeluarkan beberapa tetes air dari setiap ujungnya. Begitu pun dengan pakaian dan syal yang dia kenakan seiring air hujan yang terus mengguyur taman. Iris birunya dapat melihat beberapa orang yang sibuk berlarian mencari tempat untuk berteduh.

"Nona, apa yang sedang Anda lakukan di sini? Mari ikut denganku. Kita berteduh di kedai sana!" Seorang wanita dewasa mengajaknya.

Naruto bisa melihat payung hitam yang dibawa oleh wanita itu. "Tidak. Terima kasih," jawabnya dengan seulas senyum yang sangat tipis.

Untuk apa berteduh?
Bukankah akan lebih bebas jika kau bisa menangis di bawah hujan seperti ini?

Dalam hati Naruto tertawa pahit, menertawakan dirinya sendiri.

Bahkan langit pun ikut menangis.
Semenyedihkan inikah diriku?

💍

"Bagaimana Itachi?"  Terdengar suara seorang wanita dari sebuah ponsel, suara itu benar-benar menyiratkan rasa cemas yang mendalam. "Apa kau sudah menemukan Naruto?"

"Belum." Itachi menyahut lirih.

"Kau bisa melihatnya, 'kan? Malam ini hujan sangat deras." Suara itu semakin parau karena menahan isakan. "Ibu takut dia kenapa-kenapa, Itachi. Malam semakin larut. Bagaimana jika sesuatu terjadi padanya?"

"Aku tahu Ibu sangat mengkhawatirkannya. Tapi, tenanglah. Aku pasti akan menemukan Naruto."

"Ba-baiklah. Hati-hati, Itachi."

Panggilan terputus. Itachi mengusap wajah dengan letih sebelum memarkirkan mobilnya di depan sebuah kedai teh. Dia merasa butuh minuman semacam kopi atau teh panas untuk menghangatkan tubuhnya.

Iris hitam Itachi bergulir memandang padatnya kedai teh itu. Mungkin karena cuaca yang dingin, kedai-kedai kopi atau teh seperti ini menjadi lebih ramai dari biasanya. Atau mungkin sebagian dari mereka hanya ikut berteduh saja tanpa memesan apa pun. Entahlah dia tak tahu.

Itachi berjalan cepat memasuki kedai. Namun, baru saja dia akan memesan segelas teh panas, sebuah jeritan memekakkan telinga memenuhi pendengarannya.

"YA TUHAN! KENAPA DIA!?"

"APA DIA PINGSAN? BADANNYA DINGIN SEKALI!"

"CEPAT TOLONG!"

The Dream Wedding Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang