Bab. 7 - Sebuah Rasa

3.8K 1.1K 60
                                    

Author's Note : Tanda [*] adalah dimulainya flashback dan [**] adalah berakhirnya flashback

—————————

Bab. VII - Sebuah Rasa

SEBUAH mobil hitam tampak melaju begitu cepat. Sasuke sang pengemudi tak peduli pada cacian orang-orang yang dilewatinya. Ia tetap memfokuskan pandangan pada sebuah mobil putih di hadapannya. Dan kecepatan laju mobil Sasuke semakin meningkat saat mobil putih tersebut menghilang di balik sebuah tikungan.

Seketika Sasuke menginjak rem saat mobil putih yang dikejarnya juga berhenti. Dengan sangat tergesa dia keluar dari mobil. Bahkan, Sasuke sama sekali tidak mempedulikan pintu mobilnya yang masih terbuka. Fokus dan langkahnya hanya tertuju pada wanita di hadapannya yang tengah terisak seraya membuka sebuah pintu rumah.

Namun, pintu rumah itu tertutup rapat kembali saat seseorang menariknya lagi dengan kuat.

"Sakura, kau salah paham!" Sasuke berujar tegas dengan satu tangan yang masih menggenggam kenop pintu. Sementara tangan lainnya menyentuh pundak sang wanita yang tengah membelakanginya lalu menarik pundak itu dengan lembut agar berbalik padanya.

"Pergi!" Sakura mengepalkan tangannya dengan kuat. Mata hijaunya enggan menatap sang kekasih.

"Tidak sebelum kau mendengarkan penjelasankanku!"

"Penjelasan apa!?" Kali ini Sakura menatapnya tajam dengan lelehan bening yang tergenang di pelupuk matanya. "Kau bilang kau tidak menyukainya! Kau tidak pernah menyentuhnya! Tapi, apa yang tadi kau lakukan!?"

Sasuke menghela napas pelan seraya menyentuh kedua bahu Sakura dengan penuh kelembutan. "Dengar, Sayang. Kuakui aku memang pernah memeluknya, menciumnya. Tapi, itu semua hanya aku lakukan di hadapan keluargaku saja."

"Tapi, kau pernah bilang padaku bahwa kau tidak pernah menyentuhnya sama sekali!" Suara Sakura meninggi dengan napas tersengal-sengal. "Kau ... berbohong!"

"Ya, kau benar. Aku memang sengaja berbohong padamu." Sasuke menangkup wajah Sakura lalu mendekatkan wajah mereka hingga kening mereka silih bersentuhan. "Aku tahu kau pasti akan sangat cemburu jika mengetahui hal ini, maka dari itu tak kuceritakan sedikit pun padamu tentang sandiwaraku dengannya." Perlahan, dia menarik tubuh Sakura ke dalam pelukannya. "Kau tenang saja. Aku tidak pernah berbuat lebih jauh dari itu."

Dalam pelukan Sasuke, Sakura masih terisak-isak. Dia sungguh tidak mau lagi melihat Sasuke mesra dengan istrinya seperti tadi.  "Aku tidak suka melihat kau seperti itu dengannya."

" .... " Untuk sesaat Sasuke hanya diam lalu mencium pelipis Sakura dengan mesra. "Jangan menangis lagi, ok?" bisiknya sembari mengusap kedua pipi Sakura menggunakan kedua ibu jarinya. "Maafkan aku." Kali ini ciuman mesra Sasuke mendarat pada bibir.

"Kumohon, jangan lagi." Sakura meremas bagian depan baju milik Sasuke kemudian menenggelamkan wajahnya di sana. "Jangan lagi melakukan kemesraan sekecil apapun dengannya."

Sasuke lagi-lagi hanya terdiam. Dia tidak memberi jawaban yang memastikan untuk Sakura. "Kenapa tadi kau bisa ada di depan rumah kami? Apa yang sudah kau lakukan di sana?" tuturnya memberi pertanyaan tanpa mengindahkan rengekan Sakura agar dia tak lagi bermesraan dengan Naruto.

The Dream Wedding Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang