Suasana pagi yang cerah membuat Vicko sedikit melupakan kesedihannya. Ia mencoba mengawali hari barunya dengan semangat. Saat tiba di sekolah, ia langsung disambut oleh senyuman Tania. Senyuman yang akhir-akhir ini membuatnya rindu.
"Pagi Kak Vicko!" sapa Tania ceria.
"Pagi juga Tania!" jawab Vicko tak kalah ceria. Tania langsung mengernyit heran. "Kenapa?"
"Kak Vicko tumben ceria banget?" ujar Tania polos membuat Vicko tertawa gemas.
"Kamu tuh gimana sih, Tan? Kemarin aku diem kamu susah, sekarang giliran aku ceria kamu heran. Terus aku kudu piye?"
"Ya bukannya gitu. Cuma kaget aja. Tapi baguslah kalo Kak Vicko udah ceria lagi!" Tania berjalan mendahului Vicko.
"Eh, Tan. Tawaran kamu yang kemaren masih berlaku nggak?" seru Vicko tiba-tiba membuat Tania menghentikan langkahnya.
"Tawaran? Tawaran yang mana?"
"Yang mau ngajak jalan-jalan ke Malioboro?"
"Oh, itu. Masih kok, Kak. Kenapa? Kak Vicko berubah pikiran ya?"
"Iya. Aku mau kok. Nanti pulang sekolah kita langsung let's go!" seru Vicko membuat Tania melompat kegirangan.
"Yeaayy!! Jalan-jalan! Jalan-jalan!" pekik Tania senang.
"Hahaha, kamu lucu banget sih?" Vicko menarik hidung Tania. "Ya udah ke kelas sana!"
"Iya. Sampai ketemu nanti, Kak Vicko!" pamit Tania masih dengan cengirannya membuat Vicko tersenyum.
⛈⛈⛈
Tania keluar kelas dengan amat riang. Rara yang mengikutinya dari belakang hanya menggeleng pelan.
"Seneng nih akhirnya Kak Vicko luluh juga?" goda Rara.
"Ya iyalah. Susah tau bujukin Kak Vicko biar mau. Tapi agak heran juga sih, kok Kak Vicko bisa secepet itu berubah pikiran!" Tania mengetuk-ngetuk dagunya dengan ujung jarinya.
"Ya udahlah nggak penting itu mah. Yang penting kamu udah bisa bikin Kak Vicko sedikit ceria." Hibur Rara. Tania manggut-manggut dan segera menarik Rara menuju kamar mandi. Ketika di persimpangan koridor ia bertemu dengan Dimas dan Tommy.
"Seneng banget nih, Tania. Kenapa nih?" sapa Tommy pura-pura tidak tahu.
"Kak Vicko mau jalan-jalan sama kita, Kak. Tungguin di depan sekolah ya, Kak?" pinta Tania sambil mengguncang lengan Dimas.
"Kan ada Rara. Kok minta kita yang nungguin sih?"
"Rara mau jalan sendiri sama Kak Rendi!" ujar Tania sedikit ketus membuat Rara nyengir.
"Oh, pantesan tadi Rendi buru-buru banget pas keluar dari kelas. Ternyata mau kencan sendiri toh." Sindir Tommy seraya berkacak pinggang.
"Ya udah buruan ganti baju. Kita tungguin di sini aja deh!" Dimas berangsur duduk di bangku semen yang ada di dekatnya.
"Bentar ya!" secepat kilat Tania berlari ke kamar mandi dan meninggalkan Rara begitu saja.
"Lah, tadi minta dianterin sekarang malah ninggalin gitu aja." Gerutu Rara kemudian berlalu pergi.
"Yee, pergi gitu aja! Ya udah deh biarin lah!" ujar Dimas seraya menatap kepergian Rara sampai Rara benar-benar hilang dari pandangannya.
"Kayaknya gue tau siapa cewek yang lo suka!" seru Tommy tiba-tiba membuat Dimas mendelik ke arahnya.
"Emang he-eh? Siapa coba?"
"Ya pokoknya gue tau. Soalnya keliatan banget dari tatapan mata lo ke cewek itu. Ya gue cuma ngasih saran aja, jangan dilanjutin. Lo kan tau di hatinya dia udah ada cowok lain. Daripada elo terluka nantinya." Saran Tommy sambil menepuk-nepuk pundak Dimas. Dimas tertegun. Mengapa Tommy bisa mengetahui semuanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Khayalan Hujan
Teen Fiction"Ketika Kata Tak Mampu Terucap, Hujan yang Akan Menyampaikan Semuanya" ~ Cinta datang dari segala arah dengan begitu saja. Ketika hati tak mengijinkan mulut tuk mengucapkannya, mata hanya menjelaskan pada rintikan hujan yang selalu datang di setiap...