bagian 3

3.4K 176 12
                                    

"Bagaimana urusan berkasnya?" tanya Nina teman perawat di bangsal Bedah saat bertemu Widya di Hall rumah sakit. Mereka berjalan bersama menuju pintu keluar. Tadi siang Widya bertemu dengan Nina saat sedang menunggu giliran di bagian Keuangan.

"Alhamdulillah sudah selesai, Mbak. Sekarang tinggal menunggu saja. Minta doanya saja Mbak," Widya berkata dengan senyum lebar. Dia sekarang sedang bahagia karena akan mendapatkan kenaikan gaji dan status sebagai pegawai tetap. Berita yang akan membahagiakan ibunya selain kabar Widya punya pasangan hidup. Hal yang masih sulit bagi Widya untuk mewujudkannya.

"Mas Adi sudah jemput, Wid. Aku duluan ya," Nina melambaikan tangan ke Widya dan segera menghampiri suaminya yang sudah menunggu di depan masjid di samping rumah sakit.

Lingkungan sekitar rumah sakit masih ramai. Banyak karyawan dan perawat yang berlalu lalang pulang dan pergi. Jam 8 lebih 15 menit. Para pengunjung rumah sakit pun tampak masih berdatangan. Jam efektif untuk menjenguk keluarga yang sakit. Di pintu gerbang samping tampak sebuah mobil bak terbuka berhenti dan menurunkan banyak ibu-ibu dan bapak-bapak. Mereka adalah para penjenguk dari desa-desa yang suasana kekeluargaanya masih sangat kental. Widya tersenyum melihat tingkah para penjenguk yang ramai berebut untuk turun dan segera masuk ke dalam rumah sakit. Beberapa karyawan dan perawat dari bangsal lain juga yang menyapa Widya. Widya membalas semua sapaan mereka dengan anggukan dan senyum ramah atau sapaan ringan.

Hari ini Widya tidak membawa motor. Tadi siang Widya berangkat bersama salah satu temannya yang masuk tanggung yaitu mulai pukul 10.00 siang. Widya berencana akan pulang bersama Ratna, teman beda bangsal . Tetapi ternyata Ratna dijemput pacarnya. Sekarang Widya berdiri di depan rumah sakit menunggu Bus antar kota yang biasa lewat sampai malam.

Beberapa mobil dan motor lalu lalang di depan jalan raya. Tak satupun kendaraan umum yang lewat sejak Widya menunggu. Dia tampak tenang. Entah kenapa Widya tak merasa was-was seandainya dia tidak bisa pulang. Kali ini Widya merasa akan ada seseorang yang menolongnya.

"Mau pulang Wid?" tanya Reno yang sudah ada di samping Widya. Widya sempat tergeragap menghadapi kehadiran Reno yang tidak disadarinya. Widya butuh waktu beberapa detik untuk bisa menjawab pertanyaan dari Reno. Widya juga merasa canggung karena Reno menyapanya dengan nada biasa, tidak formal seperti biasanya.

"Iya Dok," jawab Widya dengan canggung.

"Ayo bareng aku saja, sekarang sudah malam." Reno membuka kunci mobilnya.

"Saya menunggu Bus saja Dok," tolak Widya sambil menatap Reno. Widya mencoba menyembunyikan debar jantungnya yang berdetak tak karuan.

"Sekarang sudah malam, Wid. Berbahaya buat kamu pulang naik kendaraan umum sendirian saat malam." Reno mulai memaksa dengan halus, Widya merasa terintimidasi dengan perkataan Reno. Dia tak menyukai suasana canggung yang dirasakannya sekarang. Sedangkan Reno merasa percaya diri dan tidak canggung sama sekali, seolah-olah Reno sudah sangat mengenal Widya dan sering mengobrol dengan Widya. Karena Reno bercakap-cakap seperti kepada temannya sendiri.

"Tidak apa-apa Dok, saya sering melakukannya," Widya berkata dengan dingin tapi Reno sama sekali tak mau menyerah. Reno tak ingin ditolak Widya lagi.

"Mau pulang bareng aku atau aku temenin naik kendaraan umum sampai rumah kamu. Kamu pilih mana, Wid?" Raut wajah Reno menjadi serius, dia menatap Widya dengan tajam. Widya merasa kalah dan menunduk sambil menggigit bibirnya. Setelah berfikir sejenak Widyapun mengangguk perlahan dan berjalan ke sisi mobil Reno. Mulai malam ini Widya membenci Reno.

"Aku nggak akan pernah membiarkanmu menolakku lagi, Wid," Ujar Reno di dalam hati dan mulai berjalan menuju mobilnya, membukakan pintu untuk Widya dan berjalan menuju sisi kemudi.

Antara Aku Dan Dia S1 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang