Seorang wanita anggun dan cantik berjalan memasuki bangunan utama rumah sakit. Wanita itu memakai haigheels dan midi dress dengan potongan formal warna salem. Sungguh pas sekali dengan bentuk tubuhnya. Di tangan kanannya tergantung sebuah tas warna senada dengan merk terkenal. Di tangan kirinya melingkar sebuah jam tangan mewah. Rambut hitam lurus sebahunya dibiarkan tergerai dengan bebas. Gayanya benar-benar mempesona. Semua orang yang berpapasan dengannya langsung terpukau. Butuh waktu beberapa detik untuk bisa sadar kembali.
Wanita itu terus berjalan melewati IGD dan poliklinik dan menuju sebuah lift yang khusus disediakan bagi jajaran direksi rumah sakit. Wanita itu sangat percaya diri. Semua orang dilewati begitu saja tanpa sapaan ramah. Tapi senyum menawan itu tak pernah lepas dari bibirnya.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis ramah saat melihat kedatangan Vanesa dari lift khusus direksi.
"Saya ingin bertemu dengan dokter Reno." Ucap Wanita itu dengan tegas.
"Maaf dari Ibu?" Tanya resepsionist lagi sebelum menghubungi ruang dokter.
"Saya Vanesa." Jawab perempuan cantik itu. Suaranya pun terdengar merdu.
"........." Resepsionist melakukan panggilan beberapa saat untuk memastikan bahwa Reno berada di ruangan. "Mari saya antarkan, dokter Reno sedang istirahat diruangannya." Resepsionis dengan ramah membawa Vanesa menuju ruangan Dokter.
Sebelum masuk, Vanesa memberi kode kepada resepsionist untuk meninggalkannya. Resepsionis dengan sopan mengangguk dan meninggalkan Vanesa di depan ruangan Dokter. Kebetulan hari ini Reno mendapatkan jadwal di poliklinik dan pasiennya sudah selesai diperiksa semua. Reno hanya perlu mengerjakan laporan harian sambil menunggu jam kerjanya selesai.
"Tok tok tok..." Vanesa mengetuk pintu.
"Silahkan masuk," terdengar sahutan dari dalam.
Perlahan Vanesa memutar gagang pintu dan mendorongnya supaya terbuka. Reno tetap menunduk saat mendengar pintu terbuka sambil menuliskan sesuatu di buku tanpa melihat siapa tamu yang masuk ke dalam ruangannya. Vanesa masuk dengan percaya diri ke dalam ruangan dan duduk di sebuah sofa yang disediakan untuk para tamu.
"Ternyata dokter Reno sibuk sekali," tegur Vanesa dengan lembut.
Reno mengangkat kepalanya dan menatap Vanesa dengan tatapan datar. Dia sudah tahu siapa tamunya setelah menerima telpon dari resepsionit. Tak ada kegembiraan atau senyuman di wajah ganteng Reno. Reno meletakkan pulpennya dan terus membalas tatapan mata Vanesa. Reno tak menyangka dia akan melihat wajah yang beberapa tahun lalu pernah memiliki hubungan dekat dengannya.
"Sudah lama kita tak berjumpa," Vanesa menatap Reno dengan tatapan kagum. Reno tampak berbeda saat mengenakan jas putih.
"Sudah 3 tahun berlalu. Aku tak menyangka kamu akan menerima tawaran untuk menjadi manajer keperawatan di rumah sakit ini." Reno bangkit dan duduk di depan Vanesa.
"Siapa yang bisa menolak tawaran ini, Ren. Siapapun akan menerima apalagi ada kamu disini," Vanesa tersenyum lebar.
"Selamat bergabung dalam menejemn rumah sakit, Ness," Reno mengulurkan tangannya kepada Vanesa dan Vanesa menerima uluran tangannya itu dengan semangat.
"Terima kasih untuk sambutan yang menyenangkan ini, Ren. Aku senang sekali bisa bekerja bersama kamu. Semoga kita juga bisa seperti dulu lagi. Aku rasa pertemuan ini cukup sampai disini. Aku akan menyapa Bapak Direktur dulu," Vanesa bangkit dan menjabat tangan Reno untuk kedua kalinya. Tapi yang kedua Vanesa menggenggamnya cukup lama sampai-sampai Reno harus menarik tangannya dengan paksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Aku Dan Dia S1 (Completed)
General FictionKetika seorang playboy di rumah sakit tiba-tiba mendekatinya, widya seperti mendapatkan mimpi buruk di siang hari. Laki-laki yang selalu dihindarinya selama ini tiba- tiba masuk ke dalam hidupnya dan mencoba mendobrak pertahanan yang selama ini suda...