bagian 10 End

4.9K 168 15
                                    

Lalu lalang pengunjung di lorong-lorong rumah sakit tak membuat Widya memperlamabat langkahnya. Widya berjalan tergesa-gesa menuju bangsal anak. Dia sudah terlambat 15 menit. Keterlambatan yang sudah tak bisa ditoleransi. Siang ini Widya pasti akan mendapat teguran karena keterlambatannya. Tak pernah sekalipun Widya terlambat selama masa kerjanya yang hampir 5 tahun. Di rumah sakit harapan sehat, disiplin adalah nomor satu.

Saat sampai di bangsal anak, 2 rekan Widya yang lain sedang membagikan air hangat untuk mandi pasien. Widya langsung bergabung dengan rekannya dengan wajah penyesalan. Kedua rekan Widya langsung menyambut Widya dengan senyum maklum. Mereka mengerti dengan keterlambatan Widya.

"Maaf ya, Mbak aku terlambat," Widya mengambil bak kecil dan mengisinya dengan air hangat.

"Nggak papa Wid, yang penting kamu tetep datang." Riana memberikan air ke salah satu kamar pasien.

"Makasih, Mbak." Beban di mata Widya langsung terangkat. Dia menjadi semangat untuk melaksanakan tugasnya sore ini. Penerimaan teman-temannya adalah segalanya untuk Widya.

Selesai membagikan air, Widya membantu memandikan pasien yang terpasang banyak lat medis. Dia memandikan anak-anak yang orang tuanya tak tega untuk memandikannya. Widya dengan lembut membersihkan kotoran pada tubuh anak yang sakit dan menggantinya dengan baju yang bersih. Widya melakukannya dengan penuh senyum.

Semua rutinitas sore selesai saat adzan asayar berkumandang dari mushola di dekat tempat parkir. Widya langsung bergabung dengan rekan kerjanya di ruang perawat mengerjakan laporan dan menunggu keluarga pasien memanggil saat membutuhkan bantuan. Sedangkan untuk terapi injeksi dan oral akan diberikan saat pukul 17.00. mereka bisa menyelesaikan laporan tertulis sambil menunggu tindakan keperawatan selanjutnya.

"Wid, kamu nanti mendampingi visit dokter Reno ya untuk pasien baru sebelum dikonsulkan. Aku mau ke apotik dulu. Dewi sedang menyiapkan injeksi untuk jam 5 sore." Riana sedang merapikan rak buku di lemari, dia tak bisa melihat ekspresi Widya karena kata-katanya.

"........" wajah Widya langsung menjadi pias setelah mendengar permintaan dari Riana. Permintaan yang berat untuknya sekarang. Niat hati ingin menghindari Reno tetapi kenapa takdir seperti sedang mempermainkannya sekarang. Kenapa harus dirinya disaat rekan-rekan yang lain bisa menggantikannya.

"Gimana Wid?" Riana menoleh ke arah Widya.

"Eh..Iya Mbak," Widya sedikit tergagap saat menajawab. Dia tak bisa menolak, tak ada pilihan lain untuknya. Ingin sekali Widya mengambil alih pekerjaan yang dilakukan rekan-rekannya tetapi Widya tak ingin rekan-rekannya mengetahui jika dia sedang menghndari Reno.

"Sebentar lagi dokter Reno kesini. Ini status pasiennya sudah aku siapkan. Aku ke apotik dulu, Wid," Riana meninggalkan Widya sambil membawa tas besar untuk membawa obat-obatan. Widya masih duduk dengan wajah puat dan sibuk dengan pikirannya sendiri sampai tak menyadari kehadiran Reno.

Reno sudah berdiri di depan meja perawat mengenakan jas putih dan berkalung stetoskop. Di sampingnya berdiri seorang perempuan cantik seumuran Reno mengenakan pakaian formal. Mereka berdua menatap Widya sambil tersenyum.

"Dokter Reno udah dateng!" seru Dewi dari arah pintu masuk saat melihat Reno.

Detik itu juga Widya langsung tersadar dan bergegas mengambil status yang ada di meja. Karena tergesa-gesa, status pasiennya pun berjatuhan. Widya segera berjongkok dilantai untuk memungutinya. Rasanya sakit harus bertemu dengan Reno lagi saat dirinya tak bisa merengkuh Reno dalam hidupnya.

"Tak perlu tergesa-gesa, Mbak. Saya masih punya banyak waktu," Reno menenangkan Widya. Widya sama sekali tak menatap Reno. Widya merasa terluka karena Reno bersikap formal lagi kepadanya.

Antara Aku Dan Dia S1 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang