Shinta

44 1 0
                                    

POV Shinta

Kata orang aku cantik, aku pintar dan aku juga merupakan idola anak-anak disekolah ini.

Dari kacamata orang lain, aku adalah perempuan yang sempurna dan laki-laki disekolah ini selalu memujaku bahkan selalu melihatku ketika aku berada dalam jangkauan matanya.

Akan sangat menyenangkan jika semua orang menyukaiku tapi kenyataannya hanya para lelaki yang mengidolakan parasku dan para wanita iri denganku.

Saat didepanku, para wanita terlihat baik layaknya kita adalah teman tapi dibelakangku, mereka selalu membicarakan tentang hal buruk tentangku seperti

"Si sinta itu, sok cantik amat sih padahal muka biasa aja"

"Bener tu, mana gebetan gua dia tikung, dia itu wanita penggoda"

"Hahaha bukannya lu sering bicara ama dia"

"Ih nggak banget deh, gua deket ama dia itu cuman biar cowok-cowok ngelihat gua juga"

"Tapi tetep ajakan cowok-cowok nggak ngeliat ke lu tapi ke shinta"

"Emang nyebelin tu cewek, gua berharap dia nggak pernah ada"

Saat mendengar hal tersebut jujur saja hatiku merasa sakit tapi tetap saja aku bukanlah wanita sempurna yang seperti orang-orang pikirkan

Aku tidak memiliki keberanian untuk dibenci orang-orang didepanku, aku tidak berani memaki mereka ataupun membalas balik perilaku mereka padaku

Aku merasa sendirian didunia ini dan merasa tidak akan pernah ada orang yang berpihak padaku ataupun berperilaku jujur kepadaku tanpa maksud apapun

Saat aku merasa sendirian didalam keramaian semu yang mengelilingiku, dia muncul , wanita pemberani yang dengan percaya dirinya melangkah maupun berkata

"Emang biasa, orang pengecut itu selalu iri ama yang diatasnya"

"Lu bela dia jen?"

"Gua nggak bela dia, cuman gua kagum ama shinta yang masih mau bersikap baik ama orang-orang kayak kalian"

Saat itu juga aku sadar, bahwa dialah jenny, satu-satunya teman wanita yang masih bersikap baik meskipun berada dibelakangku

Mulai saat itu aku berteman dengan jenny , dia bagaikan sosok sahabat sekaligus kakak yang selalu melindungiku dari orang-orang yang membuatku tidak nyaman.

Ketika laki-laki selalu melihatku hingga membuatku risih, dia akan membalaskan kerisihan tersebut dengan membuat semua laki-laki risih dipelototinnya.

Ketika para wanita bersikap dingin padaku, jenny akan selalu bersikap hangat padaku.

Aku tidak perlu seribu teman yang selalu terlihat baik didepanku tapi aku hanya perlu satu sahabat konyol, jujur dan tanpa kepura-puraan didepanku, dia adalah Jenny

Tapi hari ini dia tidak masuk sekolah, aku tidak bisa membayangkan wanita se enerjik dia tidak masuk tanpa alasan.

Tanpa dia aku merasa sendirian, aku khawatir kalau dia tidak masuk karena sedang berlari dengan riangnya seperti anak kecil lalu terjatuh dan tertabrak truk dihadapannya

Tidak!!!

"Ngapain lu shin? diem mulu kayak orang cipirit"

Saat aku memikirkan hal bodoh yang terjadi pada sahabatku, satu-satunya laki-laki yang melihatku dengan cara berbeda mengatakan hal yang akan membuat semua wanita memukulnya

"Aduh!"

Seperti semua yang akan dilakukan oleh wanita, aku menendang kakinya

"Lu ton, emang kalo ama gua ama jenny selalu ngomong seenak jidat hehehe"

"Wah lu dulu gua kira orang yang lembut, ternyata sedeng juga lu kayak jenny"

Seperti yang dia katakan, entah kenapa aku tidak bisa bersikap baik padanya. Mungkin dia satu-satunya laki-laki yang selalu mendapatkan sikap kasarku

Dia tidak melihatku seperti lelaki umumnya, dia tidak mendekatiku dengan maksud tertentu seperti lelaki umumnya dia juga tidak menjaga sikap maupun cara bicaranya didepanku seperti lelaki umumnya

"Jangan-jangan lu bukan cowok"

"Oy, lu ngapain tau-tau ngomong kayak gitu ke gua. Yang ada lu yang bukan cewek"

"Lu berani banget ngomong kayak gitu ama cewek hehehe"

Sekali lagi aku tersenyum dan menendangnya lagi karena kelakukannya. Mungkin karena sikapnya inilah yang membuatku sama jenny selalu mengganggunya

"Pasangan melukis ama siapa lu?"

Siperti yang dikatakan toni, sekarang adalah pelajaran melukis berpasangan. Karena jenny tidak masuk maka aku tidak memiliki siapapun untuk berpasangan denganku

Sepertinya kata sendiri sangat tepat ditunjukan padaku yang memang pada dasarnya tidak bisa melakukan apa-apa tanpa jenny disampingku

"Keluar lagi ya?"

Toni dengan perkataan bodohnya membuatku keluar dari pikiran sedihku

"Ngapain lu senyum-senyum sambil ngangguk-ngangguk? Lu beneran cepirit!?"

Dia itu laki-laki bodoh yang tidak peka terhadap orang disekitarnya

"Mau nggak lu melukis berpasangan ama gua?"

Tanyaku sambil tersenyum senang karena hanya hal itulah yang bisa aku rasakan sekarang


Aku duduk berhadapan dengan toni, dengan sebuah buku gambar A3 kami saling berhadapan untuk menggambar satu sama lain.

Entah kenapa aku tampak malu dilihatnya, biasanya aku akan takut jika dilihat oleh lelaki lain secara lama. Tapi tatapannya hanya mengundang rasa maluku tanpa rasa takut sedikitpun

Dia melihatku lalu melihat ke buku gambarnya terus menerus secara berulang-ulang. Dia tampak gelisah dengan sesuatu hal.

Apa ada sesuatu yang aneh diwajahku?

Hal itu adalah yang bisa kupikirkan ketika dia terlihat gelisah setelah menatapku dan buku gambarnya. Aku merasa dia ingin mengatakan sesuatu hal padaku tapi saat itu juga dia akan menutup mulutnya untuk tidak mengatakannya padaku.

"Kenapa lu ton?"

Tanyaku penasaran dengan sikapnya yang aneh

"anu..."

"Anu apa? ada yang salah ama wajah gua?"

"Enggak kok"

Toni tampak berbelit-belit dengan perkataannya, Lalu dia mau membuka mulutnya tetapi sekali lagi langsung diam dan menghela nafas panjang

"Gua terlalu cantik ya buat digambar?"

Aku mengatakannya dengan niat bercanda

"Ih lu, itu mah alasan yang kedua cuman sekarang gua nggak punya pensil buat nggambar."

Entah kenapa, pada perkataannya yang mengatakan alasan kedua itu sangat terlihat jelas ditelingaku

"Oy, ngapain bengong lu? lu punya pensil ngga?"

tanya dia menyadarkanku pada lamunanku

"Eh? Ada nih...cuman pensil aja lu kayak orang nahan sedekah bumi hehehe"

"Makasih...Lu cewek, omonganlu sedekah bumi mulu"

"Lu cowok, juga ngomongnya gitu amat ama cewek"

Pada akhirnya kami menggambar satu sama lain dengan diiringi adu mulut yang entah kenapa membuat diriku tenang

"Ngomong-ngomong, kenapa jenny nggak masuk?"

Perkataan toni itu membuatku teringat dengan jenny

"Ton"

"Apa?"

"Lu mau nggak nemenin gua njenguk jenny?"

"Enggak!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anak SMA?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang