Dostlari Saxla

82 3 0
                                    

Tepat di hari itu, hari yang kunanti dengan berjuta harap, aku melebarkan senyum dan berjalan menuju keramaian, dimana telah berdiri jiwa-jiwa yang sedang berbahagia. Langkahku tak terkendali aku menghampiri mereka orang yang ku sebut sebagai sahabat.

Euforia pun terlihat dari raut wajah mereka. Sambil menggenggam seikat bunga, mereka pun saling berpegangan dengan orang yang mereka sayang. Tangis yang merdeka pun turut menghiasi suasana hari itu karena telah usainya masa sekolah. Semua mengenakan pakaian terbaiknya di hari itu. Kostum jas yang tertata rapi dengan dasi dan gaun angggun dengan mahkota di kepala, lantas aku berbagi senyum dengan mereka.

Mataku tak lepas dari sebuah jam tangan yang kukenakan. Berbagai sudut telah aku telusuri dengan hati yang selalu bertanya-tanya. Akhirnya aku harus beradaptasi membiasakan diri dengan jiwa-jiwa  yang berbahagia itu. Ku tekukkan bibir ke atas dan berlapang dada untuk menerimanya.

Tapi tetap saja hati terisak tangis yang luar biasa dengan berpisahnya sahabat yang telah berdiri selama 3 tahun lamanya. Begitupun dengan kau seorang yang pernah terlibat sayang. Aku mengharapkan hadirmu, aku menunggumu di balik jarum jam, aku menanti kabarmu dibalik handphone yang aku genggam. Berharap engkau akan meluangkan waktumu untuk bertatap sapa dan mengucapkan selamat kepadaku.

Harap cemas dengan waktu, aku pun mencoba untuk melewatkannya. Lalu seorang paruh baya menghampiriku dan merangkulku dengan kata dan doa, mengantarku ke tempat dimana aku dikalungi mrdali sambil berjabat tangan. Tubuh yang bersandar dengan rangkul sambil berpose di depan kamera pun akhirnya menutup dihari itu.

NulisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang