"Bismilah, aku menerima lamaran mas Izzan. Tapi dengan satu syarat mas, aku hanya ingin menjadi satu-satunya istrimu. Aku ingin seperti Fatimah yang menjadi satu-satunya istri Ali. Itu syaratnya, jika mas Izzan tidak bersedia atau keberatan dengan syarat yang aku ajukan, mas Izzan bisa mencari lagi calon istri yang tidak mengajukan syarat seperti yang aku ajukan tadi" dengan suara lembut tapi tegas Aiza menjawab lamaran Izzan
--oo--
Aku sedang duduk diteras dengan tangan yang mengelus lembut perut buncitku, aku sedang melamun memikirkan rumah tanggaku yang sedang diuji oleh Allah. Aku tau Allah tidak akan memberikan coba'an untuk hambanya diluar kemampuan hambanya, tapi kadang aku berfikir, apakah aku terus menerus tersakiti seperti ini atau aku memilih menyerah. Apa lagi dengan keada'anku yang seperti ini, yang tidak memungkinkanku untuk terus bertahan. tapi aku tidak ingin patah semangat, masih ada anak-anak yang harus aku perjuangkan kebahagiaannya.
"Ekhm" suara deheman seseorang membuat lamunanku buyar, aku menengok kearah deheman tersebuat untuk mencari tahu siapa yang berdehem tersebut.
"Eh, Mas, udah pulang" ucapku dengan senyum dan suara lembut. Sebenarnya aku sedikit bingung dengan kepulangan mas Izz, suamiku, biasanya dia akan pulang malam semenjak kesalah pahaman itu terjadi, entahlah aku juga tidak tahu kenapa mas Izz pulang malam bahkan hari liburpun dia habiskan untuk bekerja, mungkin dia ingin menghabiskan waktunya untuk terus-terus bekerja untuk menghindariku, astagfirullah kenapa aku jadi suudhon kepada suamiku.
Aku dengan susah payah karena perut buncitku berdiri dan berjalan menuju mas Izz.
"Assalamualaikum mas" tanganku terulur untuk meminta tangannya untukku cium, tapi dia hanya menatapku datar dan insten. Sebenarnya ada apa mas Izz ini, apa dia menyadari wajahku yang semakin hari semakin pucat ini, tapi aku sudah menutupi wajah pucatku dengan sedikit bedak.
Bukannya mengulurkan tangannya agar aku bisa menyaliminya tapi mas Izz berlalu pergi begitu saja, dengan wajah datarnya. Aku yang melihat itu hanya mampu tersenyum lirih dan menatap punggung mas Izz yang semakin menjauh.
"Mas Izzan!" panggilan seseorang mampu menghentikan langkah mas Izz dan membuatku mencari sumber suara tersebut.
Disana berdiri seorang perempuan dengan baju gamis berwarna navy dan kerudung berwarna sedana dengan bajunya.
Saat melihat mas Izz berhenti, perempuan yang tadi memanggil mas Izz dengan langkah lebar menghampiri mas Izz dengan tangan yang membawa paperbag yang akupun tidak tau apa isinya.
"Mas, liat mas. Kebaya aku yang buat pernikahan kita sobek mas." Dengan air mata yang terus mengalir dari kedua matanya, perempuan itu mengadu dan memperlihatkan kebaya yang memang sudah sobek dan tak layak pakai.
"lo, kenapa bisa sobek gini Marzia?"
Marzia? Ya perempuan yang tadi memanggil suamiku dan yang memperlihatkan kebaya sobeknya adalah marzia dia sahabatku, sahabat karibku yang saat ini menjadi calon istri suamiku, yang berarti dia yang akan menjadi maduku. Miris memang.
"Aiza mas, Aiza yang udah buat kebaya aku sobek kaya gini. Dia itu iri mas sama aku, dan tadi siang dia itu kebutik tante Caca sama laki-laki lain mas" aku yang dituduh membuat kebaya Zia sobek, hanya berdiri mematung tanpa berbicara apapun.
"Zia, apa maksud kamu? Sumpah demi Allah Zi, bukan aku yang buat kebaya kamu sobek. Dan bukannya tadi siang kamu sendiri yang minta tolong keaku buat kebutiknya tante Caca buat liat kebaya kamu, lagian waktu aku kebutik tante Caca kebaya kamu masih utuh zi, belum sobek kaya gitu." Aku berusaha membela diriku karena memang bukan aku yang membuat kebaya Zia sobek seperti itu.
"tapi kata pegawai disana kamu yang buat kebaya aku kaya gini ZA! Dan kamu juga harus tau mas, Iza ini pergi kebutik tante Caca sama laki-laki lain."
"Ya'allah Zi, sumpa-"
"CUKUP!" belum sempat aku menjawab suara bentakan mas Izz membuatku diam.
"Mas, kamu percayakan mas sama aku? Mas, sumpah demi Allah bukan aku mas, yang buat kebaya zia sobek." Dengan nada lembut dan muka memelas aku meminta bela'an mas Izz. Semogah dia percaya kepadaku.
"Bohong mas, Aiza bohong. Liat ini mas aku punya fotonya kalo memang dia yang buat kebaya aku sobek. Difoto ini terlihat Aiza sedang menggunting kebayaku mas." Ziapun menyodorkan ponselnya ke Mas Izz. Dengan ragu mas Izz pun menerima ponsel yang disodorkan oleh Zia. aku yang penarasan mendekat kearah mas Izz dan melihat foto yang dimaksud Zia tadi.
"ngga ini salah paham. Zi, demi'allah Zi, bukan aku yang gunting kebaya kamu." Setelah aku lihat, memang difoto itu aku sedang memegang gunting dan berada didekat kebaya Zia.
"tapi itu sudah jelas kalo kamu yang buat kebaya aku sobek!"
"kamu salah paham Zi."
"salah paham gimana? Bukti itu udah jelas Za."
"Zi, kamu sahabat aku kan Zi, kamu percaya dong Zi sama aku."
"ngga! Aku ngga percaya kamu, aku lebih percaya bukti itu."
"ya'allah Zi, aku bisa jelasin."
"jelasin apa Za? Itu udah jelas. Lagi'an kenapa kamu pergi kebutik tante Caca sama laki-laki lain? Kenapa ngga sama supir atau naik taksi aja, kamu selingkuhkan Za?"
"Astagfirullah Zi, aku ngga selingkuh,laki-laki it-"
"AIZA" lagi-lagi suara bentakan mas Izz membuatku terdiam, kenapa mas Izz selalu membentakku setiap Zia mengungkit aku pergi dengan laki-laki lain, apa mas Izz cemburu. Dan aku juga merasa bahwa Zia dari tadi sengaja memanas-manasi mas Izz dengan mengungkit laki-laki lain yang dicurigai Zia itu.
"sekarang kamu kemasi barang-barang kamu, dan kamu keluar dari rumah ini!"
Apa aku salah dengar. mas Izz, mengusirku dari rumah ini.
"mas, kamu ngusir aku? Kamu... kamu mau aku pergi dari rumah ini?" tumpah sudah air mata yang dari tadi aku bendung.
"kamu dengerkan perintah aku tadi?" dengan nada dingin dan wajah datar mas Izz menjawab pertanya'anku tadi.
"baiklah aku pergi mas, aku pergi bukan karena keinginanku untuk pergi. Tapi aku pergi karena ini perintahmu. Kamu masih ingat mas, aku pernah bilang sama kamu kalo aku tidak ada akan pergi tanpa seijinmu dan perintahmu. Dan perintahmu tadi menyuruhku untuk pergi, aku akan pergi mas. Semogah kalian bahagia dan kelak ketika kalian sudah menikah rumah tangga kalian selalu dalam lindungan Allah." Ku coba tersenyum setiap aku mengatakan kata-kata tadi. Aku juga mencoba tegar dan ikhlas dengan apa yang telah terjadi pada hari ini, mungkin ini pilihan yang terbaik yang Allah berikan kepadaku.
***
BismillahAssalamualaikum semua, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca ceritaku ini. Kalo ada salah kata atau typo mohon dimaafkan. Jangan lupa saran,kritik,vote dan komennya....
Oh ya selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya, jangan lupa zikir dan baca al-qur'annya.
Salam rara
18/05/2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Mas Izz
Tâm linh"Dear Mas Izz, Imamku, Ayah anak-anakku, penuntunku menuju syurga Allah swt, sesungguhnya setiap langkahku hanya ingin mendapatkan Ridhomu, setiap do'a dan sujudku hanya kau satu-satunya laki-laki selain ayah dan anak kita yang ku sebut disetiap aku...