Kim : Kunjungan

1.7K 237 39
                                    

Budayakan mengantri; mengantri pencet gambar bintang:')

Bukan bintangnya Jihoon kok bukan:)))) -abis dipelototin

Happy reading~

●●

Seokmin menatap ngeri pemuda berkulit tan yang, tanpa permisi, duduk di sofa ruang tengahnya.

Ia tidak bisa membayangkan dengan kelanjutan hidupnya jika Hyungnya tahu ada temannya yang Jihoon benci; terhitung dari hari dimana Jihoon bertemu Mingyu dan pipi Jihoon yang dielus seenaknya oleh pemuda itu, berada di dalam rumahnya.

Tepatnya sedang duduk dengan setoples kacang koro milik Jihoon.

Sekadar info, Seokmin saja tidak diperbolehkan mencicipi saking sukanya Jihoon pada cemilan itu. Dan sekarang lihatlah mulut Mingyu yang tidak berhenti mengunyah.

Akhirnya Seokmin merebut paksa toples itu sebelum Jihoon sadar kalau setengah dari isinya sudah berpindah ke perut Mingyu.

Ucapan nyaring Hyungnya terus menggaung di kepalanya, seperti mantra yang membuat otot-otot di tubuhnya menegang kaku keseluruhan.

"Jangan pernah kau mengajak temanmu itu ke rumah. Kalau kau berani,—" Jihoon menggantungkan kalimatnya kemudian ia menggerakkan tangannya secara horizontal di depan lehernya dengan kekuatan penuh; gestur memotong leher ala Jihoon.

"Oh, astaga, astaga. Hidupmu, Seokmin." Seokmin tidak sadar mengelus lehernya sendiri berkali-kali.

Seokmin tidak akan pernah melupakan ekspresi Jihoon; dengan wajah merah padam meredam amarah, sepulang dari pertemuan dengan teman lamanya itu, si Kim Malika—Mingyu.

Segala umpatan, pukulan serta sumpah serapah Jihoon lontarkan dan Seokmin hanya bisa bersimpuh di depan Jihoon, memohon ampunan sebelum dirinya tinggal nama.

Dan sekarang.. Melihat Mingyu dihadapannya sekarang, apakah ini pertanda masa berlaku hidupnya hampir habis?

Berbanding terbalik dengan Seokmin yang tegang bukan main, Mingyu terlihat santai dengan muka temboknya.

"Kemana sih adikmu, Seok? Cepat telepon dia, bilang aku menunggunya."

Seokmin lupa sudah berapa kali kalimat itu keluar dari mulut Mingyu. Kepalanya sampai pening memikirkan banyak hal yang di bawa bersamaan dengan kunjungan mendadak Mingyu.

Pertama,

"Kenapa kau tiba-tiba mengunjungiku?"

Dan jawaban seperti,

"Ingin memastikan saja alamat yang kau berikan benar atau tidak."

Jangan lupakan cengiran bodoh Mingyu.

Setelahnya Mingyu terus membicarakan topik seputar 'adik manismu'. Menambah daftar pikiran Lee Seokmin.

Jika Seokmin tidak salah ingat, ia kan si bungsu keluarga Lee?

Lalu adik yang mana yang Mingyu maksud? Adik sepupunya, Lee Chan? Tahu darimana dia?

"Pulang lah, Kim. Kumohon." pinta Seokmin memelas.

"Tidak sebelum aku bertemu adikmu." ucap Mingyu dengan cengiran bodohnya, lagi.

Sekarang Seokmin paham kenapa ia sering mendapat pukulan menyakitkan dari Hyung tersayangnya. Ternyata ekspresi seperti itu membuat darah orang mendidih.

Oke, Seokmin akan mengubahnya mulai saat ini. Kalau tidak lupa.

Baru saja Seokmin berniat menyeret Mingyu ke salah satu café dekat komplek perumahannya—setidaknya ia harus mengeluarkan Mingyu terlebih dahulu dari rumahnya, ponselnya berdering.

jihoon ;soonhoon/jicheol/gyuhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang