Choi : P3K

1.6K 202 20
                                    

Happy Reading!♡
.
.
.
.

●●

Siang ini, ntah jarum jam dindingnya berada di angka berapa, yang jelas sepasang mata dengan hiasan bulu mata panjang itu tidak berniat membuka barang sedetik pun.

Salahkan suhu tubuhnya yang berubah drastis sejak malam kemarin.

Hingga erangan terdengar sesaat setelah ponselnya bergetar di nakas samping kasurnya. Kepalanya berdenyut hebat kala tangannya bergerak hendak mengambil benda persegi itu.

Sebuah dehaman berat menjadi sapaan Seungcheol untuk penelpon yang tidak ia ketahui jati dirinya, matanya tidak berminat sedikitpun mengecek siapa yang mengusik dirinya yang serasa mati perlahan.

Berlebihan, tapi itulah yang Seungcheol rasakan sekarang. Setiap detiknya denyutan di kepalanya bertambah.

Salahkan dirinya yang tidak memasukkan apapun ke dalam tubuh lunglainya sejak semalam.

"Ya! Tuan Choi pemalas, sampai kapan kau akan mengurung diri di rumah?"

Suara nyaring Jihoon terdengar di seberang. Pemuda mungil itu berasumsi kalau Seungcheol masih bermalasan di atas kasurnya, bergelung di balik selimut tebalnya.

Memang benar sih dugaan Jihoon, tapi bukan sekadar bermalasan. Seungcheol kini menggigil dengan suhu badannya yang memanas.

"Jii~~" rengek Seungcheol.

Jihoon dapat mendengar hembusan napas berat Seungcheol. Tersengal.

"Kau kenapa, Hyung?!" Suara Jihoon berubah panik.

Seungcheol tidak menjawab karena sedetik setelah ia mengirimkan sinyal untuk Jihoon tadi; sebuah rengekan, ia jatuh tertidur dengan bibirnya yang setia bergetar.

"Hyung? Cheolie Hyung!!?"

Jihoon kelabakan sendiri. Ia menatap Seokmin yang sedang menyantap pasta buatan Jihoon.

"Ada apa, huh?" tanya Seokmin setelah menelan pasta dalam mulutnya.

Bingung mendengar Hyungnya meneriaki nama Seungcheol dengan raut wajah khawatir.

"Seungcheol Hyung tidak jadi ke sini? Kalau begitu ini buatku ya, Hyung!"

Jihoon menepis kasar tangan Seokmin yang hendak mengambil piring berisi pasta bagian Seungcheol.

Mereka memang sering makan bersama saat hari libur seperti ini. Tapi Seungcheol tidak pernah datang setelat ini, rumah mereka kan hanya berjarak satu blok.

"Antarkan aku ke rumahnya." pinta Jihoon yang sudah menarik paksa lengan Seokmin.

"Kenapa sih dengannya, Hyung?" Seokmin menggeliat, merajuk karena kegiatan makan pastanya terpaksa berhenti.

"Kau tidak mau?!" ancam Jihoon dengan tatapan 'cari masalah ya?'.

Ya, Seokmin bisa apa jika Jihoon sudah melempar tatapan yang membuat semua orang ciut itu.

●●

Jihoon berderap masuk ke dalam rumah minimalis Seungcheol yang tidak berbeda jauh dengan miliknya.

Seokmin menyusul Hyungnya setelah memastikan pagar rumah Seungcheol tertutup rapat.

Pemuda tampan itu tinggal sendirian karena memilih merantau bersama teman kecilnya, Jihoon. Tapi bedanya Jihoon beruntung punya saudara kandung yang membuatnya tidak harus tinggal sendirian. Sedangkan Seungcheol anak semata wayang.

jihoon ;soonhoon/jicheol/gyuhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang