"Lo tuh bener – bener ya. Gue kan udah kasih tau lo berulang kali, ngapain sih sendirian di tempat kayak gini?"
Hana yang sedang asik mengaduk minumannya sambil menunggu performance dari Daydream di sebuah kafe di daerah Jakarta Selatan menoleh ke arah sumber suara yang selalu terdengar sinis dan sudah ia hafal.
"Kak... Hendra?"
"Biasanya lo sama temen lo yang satu lagi tuh. Siapa namanya?"
"Lo sendiri ngapain disini, Kak?"
"Ini kafe bukan punya bokap lo, ngga usah ngatur."
"Dih, maksud gue... lo ngapain ke meja gue? Masih banyak meja kosong."
Hendra hanya bisa mendecih pelan dan memajukan badannya ke arah Hana,
"Gue cuma mau ngasih tau. Ini bukan tempat buat anak kecil kayak lo. Apalagi lo sendirian disini."
"Daydream ada di––
"Gue tau. Tapi gue saranin, lo mending cabut aja."
Dan dengan lalu, Hendra pergi meninggalkan meja Hana, yang kini kembali menunggu sendiri.
"Okay, okay! This is our last song for tonight, thank you again for having us and for staying with us. Will be back on 3 weeks, because, dude, we're still a students and a busy one, so~ School comes first. Am I right, ladies?" tidak lupa melemparkan sebuah kedipan, suara bule khas Jaffan tergantikan oleh sorak sorai dari para penonton wanita di kafe malam itu yang sebagian besar adalah fans dari Daydream.
"So, Brian, what's our last song?"
"To end this beautiful Saturday night, please enjoy the beautiful masterpiece from Ed Sheeran; Thinking Out Loud. Daydream ---signing out."
And I'm thinking 'bout how people fall in love in mysterious ways
Maybe just the touch of a hand
Hana yang secara tidak langsung menjadi seksi dokumentasi Daydream tidak pernah melewatkan setiap encore stage Daydream. Menurutnya, selalu ada sesuatu yang magis di setiap lagu terakhir yang dibawakan oleh setiap penampil – well, tidak hanya Daydream, beberapa artis lainnya yang pernah ia tonton pun; entah itu dari aura atau penampilan masing – masing personilnya, keintiman interaksi antara personil dan fansnya, dan momen – momen berharga lainnya yang hanya bisa dinikmati dari balik lensa.
Sesosok perempuan yang tampak familiar, berdiri di barisan paling belakang di antara kerumunan fans Daydream lainnya. Manik matanya yang fokus di satu titik di atas panggung. Senyumnya tidak pernah hilang di setiap bait yang dilantunkan oleh si penyanyi saat ini.
Well, me—I fall in love with you every single day
And I just wanna tell you I am
Brian.
Setelah beberapa saat, Hana yang berhasil menarik satu titik ke panggung yang terus menjadi tatapan dari perempuan yang masih belum sadar bahwa dirinya telah menjadi salah satu objek fotonya, dia menyadari bahwa perempuan ini terus menatap kearah Brian tanpa bergeming sedikitpun.
Sedikit merasa sesak, entah karena kafe yang malam itu cukup ramai pengunjungnya atau karena kehadiran perempuan lain yang menatap Brian dengan tatapan yg tidak biasa membuat sedikit hatinya merasa terusik, Hana memutuskan untuk keluar dari kafe sebelum Daydream benar – benar menyelesaikan lagu terakhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABC's of Why I Love You [ON HOLD]
ספרות חובביםjust your typical (high school) love story of Brian & Hana from A to Z. ---- [Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.]