Part 2

25 6 9
                                    

Pagi ini, Kiandra diantar ke sekolah oleh ayahnya, Frans. Mereka menggunakan sepeda motor agar lebih cepat sampai. Ya bukan cuma itu, memang mereka tidak memiliki kendaraan roda empat.

"Ntar pulang jam berapa, Ki?" tanya ayahnya sambil mengaitkan tali helm di pengait motor.

"Jam 4an, Pah" jawab Kiandra

Ayahnya mengangguk, lalu melajukan motornya berlalu dari hadapan Kiandra. Setelah itu, Kiandra melangkah masuk ke dalam sekolah. Masih belum banyak yang datang saat itu, karena memang masih pukul 6:15.

Kiandra berjalan sambil berkutat dengan ponselnya. Ia sedang membalas pesan Nadine. Rupanya, sahabatnya itu baru saja terbangun dari tidurnya. Kiandra hanya tersenyum ringan melihat tingkah sahabatnya.

Ketika sedang berjalan, tak sengaja ia berpapasan dengan Brian. Mereka saling melihat, lalu Brian tersenyum sehingga membuat Kiandra pun ikut membalas senyumnya.

Namun, Brian tidak berbicara. Ia langsung melewati Kiandra. Biasanya Brian selalu saja menyapa Kiandra, tanpa absen. Namun, Kiandra tidak mau ambil pusing. Toh, dia juga tadi sudah senyum kan?

Melihatnya membuat Kiandra teringat akan hari kemarin, ketika ia berbicara dengan Brian.

"Gimana Ki? Lo udah dapetin jawabannya?" tanya Brian dengan senyum merekah

Kiandra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, pertanda ia sedang menyusun kata-kata. "Ehm.. Sorry kak, aku.. gak bisa terima kakak. Aku gak ada perasaan apapun sama kakak"

Mendengar itu, senyum yang tadinya merekah perlahan luntur dari wajah Brian, namun tak lama ia tersenyum tipis, "Iya Ki, gue ngerti kok."

--

"Ki! Lo balik naik angkot kan?" tanya Nadine sambil sedikit berlari menghampiri Kiandra yang sedang berdiri menunggu angkot.

Tadi ketika pelajaran Bahasa Inggris, guru mereka, Mrs. Della memberi titah kepada murid-muridnya untuk mengerjakan soal sebanyak 30 butir dan karena pelajaran terakhir, jadi yang sudah selesai boleh meninggalkan kelas alias pulang. Kiandra pun selesai lebih awal tetapi tidak untuk Nadine. Malah hampir jam pelajaran habis ia belum juga selesai.

"Iya. Lu les?" tanya Kiandra.

Nadine mengangguk "Kewajiban setelah sekolah."

Kiandra terkekeh "Les apa hari ini Dine?"

"Matematika ih!" Nadine menghentakkan kakinya. Kiandra yang melihat tingkah sahabatnya itu sudah tahu karena matematika merupakan salah satu pelajaran paling dibenci oleh Nadine.

Ketika di beri penjelasan didepan, Nadine lebih memilih menyibukkan dirinya. Alih-alih mencatat materi, ia malah menggambar. Tenang, bukan menggambar yang seram-seram seperti di film-film itu kok. Dan ketika diberi soal, Nadine pun memilih untuk mencontek kerjaan Kiandra.

"Lu harus semangat Dine. Jangan cuma karena lu gak bisa lu malah putus asa, nyerah gitu aja. Lu harus berusaha biar lu bisa ngertiin materinya." Sudah berulang kali Kiandra menasehati sahabatnya itu, namun Nadine masih enggan untuk mendengarkan.

"Ya gimana atuh Ki, gue tuh emang udah ditakdirin bego dalam matematika sih kayaknya." ujar Nadine menghela nafas. Benar-benar putus asa. Sejujurnya ia sudah mencoba untuk belajar, tapi hasilnya pun tetap sama. Ia tidak mengerti.

"Lu bukan bego tapi lu males"

Nadine mengalihkan pandangannya kearah Kiandra. Lalu ia mencoba mencerna kalimat yang dilontarkan Kiandra barusan. Ia malas? Dirumah ia selalu mencuci piring, cuci baju, merapikan tempat tidur sendiri, dan lain sebagainya. Apa itu malas?

FALSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang