"Lo serius, Ki?" Tanya Nadine pada Kiandra yang sedang menyantap roti abon dihadapannya. Kini, mereka sedang berada di kantin mengisi jam istirahat.
"Apaan?"
"Lo bakal ikut seleksi olimpiade?"
"Yakali gue bercanda, Dine." Kiandra jengah. Nadine seperti tidak percaya akan ucapannya perihal olimpiade.
Nadine bangkit dari duduknya, lalu berpindah posisi menjadi disebelah Kiandra. Secara tiba-tiba, ia mendekap sahabatnya itu dengan erat sambil berteriak girang.
"Waa, gue seneng banget dengernya sumpah! Sahabat gue ini akhirnya bisa ikut olimpiade!"
Kiandra yang sedang makan menjadi kesulitan untuk menelan rotinya karena perbuatan Nadine.
"Dine, gue gak bisa nelen nih!" Ucap Kiandra sembari berusaha melepaskan diri dari pelukan Nadine.
"Ih! Lo sombong banget sih, dipeluk sahabat sendiri aja gak mau." Nadine yang sudah melepaskan pelukannya menggerutu.
"Lo meluk terlalu erat! Ampe roti gue gak bisa lolos dari kerongkongan!"
"Hehe. Sorry deh," balas Nadine dengan cengiran.
Kiandra mendengus. "Lo gak makan?" Tanyanya, karena memang sedari tadi ia tidak melihat sahabatnya itu membawa kotak bekal atau memesan makanan.
"Gak. Gue lagi diet."
"Sok-sok an diet lo!" Kiandra terkekeh.
"Jujur, gue ngerasa iri sama lo, Ki." Ujar Nadine sambil menopang dagunya dengan kedua tangannya.
Kiandra yang mendengarnya lantas mengernyit, "kenapa?"
"Lo ikut lomba bareng sama Kak Brian, ya ampun nikmat mana lagi yang kau dustakan!"
Nadine ini, memang benar-benar. Untuk urusan cogan aja, rasa simpati nya langsung naik ke level paling tinggi.
"Kalo lo mau, lo aja yang ikut gantiin gue. Itung-itung lo bisa modus sama tuh cowok." Usul Kiandra secara enteng.
Nadine sontak membulatkan matanya ketika mendengar usulan Kiandra yang menurutnya tidaklah baik.
"Lo ngeledek gue? Itu olimpiade IPS, sedangkan nilai gue di mapel itu udah kayak panen cabe. Iya modus, bikin malu sekolah juga, iya." Nadine mendengus mengingat nilainya yang seringkali dibawah rata-rata jika menyangkut mapel tersebut. Remedial sudah menjadi teman akrab bagi dirinya.
"Sorry Dine, gak bermaksud." Jawab Kiandra sambil mengangkat dua jarinya menunjukkan simbol peace.
"Eh btw, gimana soal cowok yang ada di mimpi lo itu? Siapa sih," Nadine mengetuk-ngetuk telunjuk ke dahinya, "Aren?"
Kiandra menghela nafasnya. "Darren, bukan Aren. Lo kira gula."
"Nah, itu. Gimana?"
"Ya gitu, gue suka curhat sama dia kalo gue lagi ada masalah." Kiandra menatap roti abon di depannya yang sudah tinggal sekitar dua gigitan lagi.
Nadine tampak terdiam sejenak. "Maksud lo, curhat sama dia di mimpi?" Tanyanya berusaha memperjelas perkataan Kiandra dan dibalas oleh anggukan.
"Hmmm... gue ada saingan ternyata."
Kiandra hanya tertawa renyah sembari menggigit roti abonnya, lagi. Ketika makanannya telah habis, ia memutuskan untuk minum dan ia baru sadar, jika sedari tadi ia tidak ada membawa botol minum. Kalau harus beli, rasanya malas untuk mengeluarkan uang walau hanya tiga ribu rupiah saja. Mata Kiandra melirik botol minum tupperware warna hijau yang berada di atas meja, yang tidak lain dan tidak salah lagi milik sahabatnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/148532219-288-k423742.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FALSE
Teen FictionDi tengah kerumitan hidupnya, Kiandra Venice bermimpi bertemu dengan sosok lelaki yang selalu memberinya semangat serta motivasi yang entah bagaimana selalu berhasil mempengaruhinya. Bahkan ia berharap bahwa sosok itu nyata dalam realitanya Akankah...