Nadine menatap Kiandra yang sedang duduk disampingnya dengan tatapan heran. Bagaimana tidak, pasalnya sahabatnya itu sedari tadi tidak berhenti tersenyum. Ekspresi yang berbanding terbalik dengan Kiandra yang asli. Sempat ia berasumsi, bahwa jangan-jangan yang disebelahnya sekarang itu bukanlah Kiandra melainkan jelmaan setan? Sedangkan untuk Kiandra sendiri kini berada disuatu dimensi lain, pertukaran jiwa? Oh my.. Nadine jadi merinding membayangkannya.
"Ki," Nadine mencoba memanggil sahabatnya itu untuk yang ketiga kalinya.
"Hm? Kenapa Dine?" Kiandra merespon tanpa melunturkan senyum di wajahnya. Ya, respon yang sama untuk panggilan Nadine sedari yang pertama.
Nadine menghela nafas kasar, "lo kenapa sih?"
Mendengar pertanyaan Nadine, kedua alis Kiandra bertaut tanda ia tidak memahami ucapan sahabat disampingnya itu.
"Kenapa apanya?"
Lagi, Nadine dibuat harus menghela nafasnya namun kali ini lebih kasar. "Gue serius Ki, dari tadi lo senyam-senyum gak jelas gitu. Bikin gue takut tau gak?!"
"Hah, masa sih lo takut? Senyuman gue ini senyuman termanis loh." Kiandra berujar dengan bangga sambil menunjuk mulutnya yang kini menampilkan deretan gigi putihnya, "lagian lo jarang-jarang kan liat gue senyum? Limited edition nih!"
Nadine mendelik tak percaya. Asumsinya jadi semakin kuat bahwa,
Kiandra sedang kesambet
Nadine memajukan tubuhnya kearah Kiandra, lalu menatap kedua manik matanya. Bersamaan dengan itu senyum yang tadi Kiandra buat luntur seketika. Merasa kaget dengan perlakuan Nadine yang tiba-tiba mencondongkan badan kearahnya.
Mata Nadine menyipit, mata Kiandra juga menyipit.
"Lo pasti bukan Kiandra kan? Hayo ngaku!" Nadine menaikkan volume suaranya membuat Kiandra refleks memejamkan matanya, namun tidak lama. Ia kembali menatap Nadine.
"Apaan sih, Dine? Gue Kian--"
Perkataan Kiandra terpotong karena Nadine yang tiba-tiba menaruh tangannya diatas kepala Kiandra. Nadine memejamkan matanya sehingga membuat kerutan di dahinya.
"Dengan bantuan Tuhan Yang Maha Esa, gue perintahkan lo keluar dari tubuh Kiandra sekarang! Gue gak takut sama lo!" Nadine berucap setengah berteriak dengan gaya yang mirip seperti di tayangan-tayangan supranatural ketika sang paranormal berusaha menyadarkan orang yang sedang kerasukan. Untung saja kelas sepi karena sedang jam istirahat.
"Nadine! Lo kira gue lagi kerasukan apa?!" Kiandra berucap sembari menurunkan tangan Nadine yang berada diatas kepalanya.
"Kenyataannya begitu!" Nadine hendak menaruh tangannya lagi diatas kepala sahabatnya itu namun Kiandra menahannya.
"Gue kaga kerasukan, astaga Nadine. Amit-amit woi!" Kiandra mengepalkan salah satu tangannya yang bebas lalu memukulkan ke dahinya, lalu berlanjut ke atas meja secara berulang selama tiga kali.
"Trus kenapa lo senyam-senyum gak jelas? Gak biasanya tau." Nadine teringat akan sikap Kiandra tadi yang seketika membuat ia bergidik. Bisa dibilang, Nadine memang paranoid jika menyangkut hal-hal berbau mistis.
"Ya itu tandanya gue lagi seneng!"
Nadine kembali memajukan tubuhnya kearah Kiandra sambil berkacak pinggang,
"Seneng? Seneng karena apa tuh? Kok lo gak cerita? Wah, lo udah mulai maen rahasia nih sama gue."
Kiandra memundurkan tubuhnya, kebiasaan kalau Nadine sedang ingin menginvestigasi seseorang maka ia akan memajukan tubuhnya dan menatap lekat orang itu hingga membuatnya merasa terpojok. Seperti sekarang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALSE
Teen FictionDi tengah kerumitan hidupnya, Kiandra Venice bermimpi bertemu dengan sosok lelaki yang selalu memberinya semangat serta motivasi yang entah bagaimana selalu berhasil mempengaruhinya. Bahkan ia berharap bahwa sosok itu nyata dalam realitanya Akankah...