Part 3

24 7 11
                                    

Kiandra tidak bisa fokus terhadap pelajarannya. Matanya memang memandang kearah papan tulis, namun pikirannya kemana-mana. Berkali-kali ia bergerak gelisah dan gerakan itu dapat ditangkap oleh Nadine yang duduk disebelahnya.

"Ki, lo kenapa sih? Dari tadi kayaknya gelisah banget." Nadine mengucapkannya berbisik agar tidak ketahuan oleh Bu Tantri yang sedang menjelaskan di depan.

Kiandra menatap Nadine sejenak, lalu ia mengambil pena nya dan mulai mencatat materi yang tertunda tadi. Ia masih enggan untuk menceritakan perihal mimpinya semalam yang begitu aneh baginya.

Nadine berdecih, "ditanya malah pura-pura sibuk nyatet sekarang." Ia mencoba untuk mengabaikan sahabatnya itu, namun lagi ia menoleh kepada Kiandra. "Lo gak mau cerita Ki?"

Kiandra menggeleng. Bukannya ia berniat untuk main rahasia-rahasiaan dengan Nadine, tapi belum saatnya ia bercerita. Lagipula Kiandra masih menganggap itu hanyalah bunga tidur nya.

"Eh itu tulisannya apa Dine? Gua gak keliatan." tanya Kiandra sembari menunjuk kearah papan tulis. Kiandra memang mempunyai masalah dengan penglihatannya dan sialnya ia lupa membawa kacamata.

Nadine melihat kearah yang ditunjuk oleh Kiandra lalu menyebutkan tulisan yang menurut Kiandra kurang jelas itu. Sesungguhnya, Nadine masih penasaran akan penyebab sahabatnya itu yang tadi terlihat tidak fokus. Karena biasanya, seorang Kiandra Venice itu selalu memperhatikan pelajaran dengan baik. Tak heran nilainya pun patut diacungi jempol.

Namun Nadine tidak mau memaksa sahabatnya itu. Kalau memang ia tidak mau cerita tidak masalah, karena Nadine yakin, Kiandra hanya belum siap. Toh, nanti kalau sudah saatnya Kiandra akan menceritakannya.

Suatu hal yang dipaksakan maka tidak akan berakhir baik nantinya,prinsip Nadine.

Bel pertanda berakhirnya jam pelajaran terakhir pun berbunyi. Seluruh siswa segera memasukkan alat-alat tulisnya kedalam tas. Setelah berdoa, mereka langsung berhamburan keluar kelas setelah sebelumnya guru mata pelajaran keluar terlebih dulu.

Kiandra dan Nadine berjalan menuju parkiran. Nadine kebetulan dijemput oleh ayahnya sehingga Kiandra pulang sendiri dengan naik angkot. Baginya itu sudah menjadi hal yang biasa. Dijemput naik motor, pulang naik angkot.

Setelah mobil Nadine melesat pergi, Kiandra berjalan ke depan sekolah untuk menunggu angkot. Namun sebelum ia sampai, tiba-tiba lengannya ditarik ke belakang. Untung saja Kiandra mampu menyeimbangkan tubuhnya kalau tidak, tubuhnya pasti sudah bersentuhan dengan aspal.

Kiandra mendongakkan kepalanya untuk mengetahui siapa yang telah mengusik dirinya. Didepannya sudah ada 3 orang siswi yang menatapnya penuh amarah.

"Jadi elo yang namanya Kiandra?"  tanya seorang siswi yang berada disebelah kanan.

Kiandra menautkan alisnya, "kalian siapa?"

Siswi yang berada ditengah maju dan mendorong bahu Kiandra sehingga ia terjatuh. "Gak usah banyak bacot!"

Kiandra meringis. Bokongnya terasa sakit karena terjatuh cukup keras. Untungnya, keadaan parkiran saat itu sudah sepi. Jadi, Kiandra tidak merasa malu karena hal tersebut. Namun ada ruginya juga, tidak ada yang bisa menolongnya dari sergapan 3 siswi itu.

Kiandra bangkit. Matanya memperhatikan 3 sosok di hadapannya. Seragam putih yang dikeluarkan tanpa dasi, rok abu-abu diatas lutut, kaos kaki yang hampir tidak kelihatan. Sangat tidak sesuai dengan tata tertib berseragam. Tipe-tipe.. bad girl?

"Heh! Ngapain lo ngeliatin kita kayak gitu?!" kini siswi yang berada disebelah kiri yang bersuara.

"Maksud kalian itu apa?" Kiandra memberanikan diri untuk bertanya. Ia heran, gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba lengannya ditarik oleh mereka. Padahal Kiandra merasa tidak berbuat suatu kesalahan terhadap mereka. Kenal aja enggak.

FALSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang