4. Malam Perkenalan (1/2)

9K 386 2
                                    

[Part 4 : Malam Perkenalan ]

Song :
🎶Nervous - Shawn Mendes🎶
(idupin lagunya biar lebi mantaps)

"kembaliannya lima ribu, terima kasih" ucapan mbak kasir minimarket dibalas anggukan oleh Megan.

satu kebiasaan seorang Megan Alessandra Chairadie, suka mendadak pengen ngemil kapanpun dan dimanapun, kebetulan ada minimarket yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah Megan dan dia langsung berjalan kaki untuk memenuhi kebutuhan pencernaannya.

orang tuanya pasti marah kalau tahu dia tidak diantar supir pribadi, apalagi ini sudah larut malam. tapi baginya buat apa? Megan bukan orang khusus yang kemanapun bahkan ke tempat yang jaraknya tidak lebih dari 200 meter harus diantar dan diawasi, itu sangat menganggu baginya.

lagian tadi Pak Kardi, sopir pribadi Megan sedang tertidur pulas di pos satpam, jadi kasian kalau dia harus mengganggu mimpi indah seorang Pak Kardi seperti Spongebob di episode 15a : waktunya tidur.

Megan menyebrang menuju sebuah jalan di samping gedung apartemen yang membelakangi rumahnya. 1 langkah, 2 langkah, 3 langkah, selanjutnya tetesan hujan menyentuh aspal.

Ia mengumpat dan segera berteduh ke atap gedung apartemen seperti pejalan kaki yang lain. "Why I'm so unlucky?? how can I go home??"

dirogohnya saku celana tempat Ia menyimpan ponsel berwarna merah miliknya. Megan mencoba menghidupkan ponselnya namun benda tersebut kehabisan baterai.

"for god sake! Megan! u used to bring that goddamn powerbank! Argh!" Ia mengacak-acak rambutnya dan menggerutu sendiri tanpa sadar diperhatikan orang-orang disekitarnya.

"Sampeyan iki wong edan toh? nganggo basa asing, rambut pake disebar" suara pria tua disampingnya akhirnya membuat Megan sadar kalau Ia diperhatikan banyak orang dari tadi.

pipinya bersemu merah, 'oh no! I need to go! I need to go!' dengan masih menahan malu Ia berlari secepat mungkin dan berhenti didepan lobby apartemen.

para pejalan kaki yang tadi membuat mukanya memerah sudah tidak terlihat, Megan bernafas lega.

Megan menatap sekeliling dan menerima kenyataan kalau dia harus menunggu disini sampai hujan berhenti.

"now what?"

*****

Alaska baru selesai memarkirkan mobilnya dan berjalan menuju lobby. namun,

ada perempuan yang lekuk tubuhnya tidak asing dimata Alaska sedang mondar-mandir didepan gedung apartemen Monica.

Alaska menyipitkan matanya berusaha memastikan kalau dugaannya benar.

senyum Alaska merekah ketika manik coklat si perempuan bertemu dengan manik biru Alaska. ya, Alaska benar.

"Hei! Megan, kan?"

yang ditanya salting. "eh- i-i-iya a-ak-ku Me-me-me-ga-ga-gan"

Alaska tertawa lepas, "Lo kenapa? kok salting gitu?"

"sa-salting? a-apa itu salting?"

"oh iya gua lupa, lo pindahan singapur, kan?" Megan mengangguk.

"ngapain disini? Lo tinggal di apartemen?" tanya Alaska lagi.

"nggak, rumah aku di belakang gedung ini, tadi ke minimarket karena membeli ini" Megan mengangkat kantong belanjaan yang berisi banyak cemilan.

sekarang Alaska yang mengangguk, Ia dapat menyimpulkan kalau rumah Megan sangat besar, karena di belakang gedung ini adalah kawasan rumah-rumah bak Istana.

"Kalo kamu, nga-ngapain, Alaska?"

Alaska hendak menjawab yang sebenarnya, tapi malam ini adalah kesempatannya untuk lebih dekat dengan Megan.

"nggak ada, mau nongkrong aja disitu" Alaska menunjuk salah satu coffee shop ternama didalam apartemen.

"ASTAGA! DISINI ADA STARBUCKS??" mata Megan berbinar melihat tempat tongkrongan faforit yang ternyata kepleset nyampe dari rumahnya.

"Lo suka, ya? yuklah ikut gue, gue sendiri kok, nanti kalo hujannya udah reda gue anterin lo pulang" tawar Alaska.

"ayuk!"

*****

"suka banget disini?" tanya Alaska sambil menyeruput Cappucinno hangatnya.

"dari dulu aku suka nongkrong disini. Frappucinno, Croissant, and Netflix really made my day. kalau bosan aku langsung kesini, waktu di singapur lokasinya lumayan jauh dari rumah, but I don't care" Alaska mengangguk mendengar jawaban Megan.

"Lo, kenapa pindah ke jakarta?"

"orang tua aku disuruh balik bertugas disini. sebenarnya mereka udah 2 tahun lebih dulu disini, tapi..." Megan teringat alasan asli mengapa Ia kesini dan memilih untuk tidak memberi tahu orang yang baru Ia kenal didepannya ini.

"tapi karena mereka khawatir jadinya aku disuruh nyusul" bohong Megan.

sekian kalinya Alaska mengangguk.
"gue boleh nanya lagi?"

"apa? tanya aja"

"lo selama ini tinggal dimana? berapa tahun lo tinggal di luar?"

"aku lahir di London, tepatnya di Islington, terus umur dua sampai tujuh tahun aku pindah ke Jakarta, umur tujuh sampai tiga belas pindah lagi ke Perth di Australia, dan akhirnya ke Singapur sampe beberapa minggu yang lalu aku balik ke Jakarta"

"oohh, pantes"

"pantes kenapa?"

"cara lo bicara baku banget, Meg. sini gue ajarin gimana cara bahasa anak Jakarta"

"gimana?? aku mau!"

"pertama, aku, kamu, itu diganti jadi gue dan lo, kedua-" dan Alaska menjelaskan semua cara menjadi anak jakarta.

"eh, udah reda tuh hujannya, pulang yuk" ajak Megan.

Alaska mengangguk walau sebenarnya berat, Ia masih ingin berlama-lama dengan Megan.

"mobil gua di parkiran basement. kuy kebawah"

ini baru setengah dari part malam perkenalan. sampai berjumpa di part setengahnya lagi! *apasii thor

No siders, please? kindly put ur critics or anything in comment.

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang