Chapter 12 - Masa Lalu Bu Ratna (Bagian Satu)

8.5K 332 6
                                    

Jakarta, 23 Desember 2011

Bandara Soekarno Hatta

Seperti biasa, bandara selalu sibuk dan dipenuhi oleh orang-orang yang tak henti-hentinya keluar masuk. Mereka pergi ke tempat tujuannya masing-masing. Terutama di saat-saat liburan akhir tahun seperti ini, pengguna pesawat pasti lebih banyak dari biasanya. Dari sekian banyak orang-orang yang sedari tadi hilir mudik di sana, terlihat seorang wanita yang usianya mungkin mendekati 30-an keluar dari Terminal 3 sambil membawa koper kecilnya dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya menenteng sebuah tas laptop dan dompet. Pakaiannya simple tapi terlihat berkelas dan mahal, yaitu kaos polos warna putih dan blazer warna merah serta celana bahan warna hitam. Kakinya dihiasi oleh heels merah yang tidak terlalu tinggi. Rambutnya yang panjang berwarna coklat dan bergelombang digerai begitu saja. Dia memakai kacamata minus dengan frame kotak berwarna coklat.

"Ratna!"

Sebuah panggilan berhasil membuat wanita itu menghentikan langkahnya dan melihat ke arah sumber suara. Terlihat di sana, seorang pria yang sudah kelihatannya jauh lebih tua dari dirinya sedang berdiri sambil melambaikan tangannya. Wanita itu terlihat terkejut lalu tersenyum lebar, setelah itu dia menghampiri pria itu dengan langkah yang lumayan cepat.

"Ayah!" serunya membalas panggilan pria itu yang ternyata adalah ayahnya.

"Ratna, Ayah rindu sekali padamu. Bagaimana Swiss?" tanya pria itu setelah merangkul tubuh mungil anak sulungnya.

"Ratna juga, Ayah. Perjalanan yang menyenangkan ke sana, Ayah juga harus ke sana kapan-kapan. Ngomong-ngomong, Ayah sedang apa di sini? Mau pergi ke mana?"

"Mau jemput kamu lah. Sini, Ayah bawakan kopernya."

Ratna langsung tertawa saat mendengarnya, lalu menggelengkan kepalanya seolah-olah tak percaya. "Ayah jauh-jauh dari Bandung ke Tangerang hanya untuk jemput Ratna? Gak perlu repot-repot padahal, Ratna bisa naik taksi. Memangnya, Ayah menginap di mana? Rumah Ratna kan kosong."

"Ayah tidak mau anak perempuan Ayah naik taksi sendirian dan Ayah kebetulan memang ada urusan di Jakarta. Jadi, Ayah pikir, kenapa tidak sekalian menjemputmu?"

"Ey, Ratna sudah bukan anak-anak lagi. Sudah mau kepala tiga!"

"Tetap saja bagi Ayah, kamu itu masih anak-anak."

"Jadi, maksud Ayah ini, Ratna masih kekanak-kanakan?"

"Bisa jadi! Hahaha..." Mereka pun tertawa bersama sambil berjalan menuju parkiran.

Ratna memang selama empat tahun ini meninggalkan Indonesia karena harus menempuh S3-nya di negara lain, yaitu Swiss. Dia memang ingin kuliah sampai S3 agar bisa mendapat gelar profesor. Dia bahkan sampai rela melepaskan pekerjaannya sebagai dosen di salah satu universitas swasta di Jakarta yang sudah ia geluti selama dua tahun demi melanjutkan kembali studinya. Karena otak cerdasnya, dia bisa pergi ke Swiss dan belajar di sana secara gratis dengan beasiswa dari pemerintah yang telah ia dapatkan.

Kembali ke Ratna dan ayahnya, selama di perjalanan, bapak dan anak itu tak henti-hentinya berbincang-bincang. Mereka membicarakan politik, olahraga, pekerjaan, bahkan sampai ranah pribadi.

"Setelah ini kamu akan tetap tinggal di Jakarta atau kembali ke Bandung dan tinggal bersama kami lagi, Ratna?" tanya ayahnya Ratna dengan mata masih fokus menatap jalanan di depannya. Mereka baru saja menbicarakan isu-isu yang sedang hangat.

"Ratna akan tetap tinggal di Jakarta, Yah. Ratna sudah mendapatkan tawaran pekerjaan di salah satu universitas swasta yang cukup bagus di sana," jawab Ratna sopan sambil melihat ke arah ayahnya.

"Kamu mau sampai kapan tinggal sendirian di Jakarta, Ratna? Rumahmu terlalu besar untuk ditempati sendirian." Kali ini, mata ayahnya Ratna sesekali melirik ke arah anaknya.

Dia, Bu Ratna (NEW VERSION) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang