Chapter 36 - Ada Apa dengan Pak Norman?

5.8K 272 7
                                    

"Ya, Tuhan! Akhirnya anakku sidang juga!" teriak ibunya Reza, Ibu Pratama, ketika mendengar kabar bahwa putra satu-satunya akan segera sidang dua minggu lagi.

"Baguslah, akhirnya kamu sidang juga. Sudah sangat puas Papah menanggung malu selama ini melihat kamu berkeliaran terus di kampus, tidak lulus-lulus," sahut ayahnya Reza, Pak Pratama, dengan dingin. "Ngomong-ngomong, Reza, setelah wisuda, apa rencanamu?" tanyanya kali ini, masih dengan nada dingin, sementara matanya sibuk membaca beberapa berita di koran.

Iya, sekarang Reza sedang berada di ruang keluarga bersama orang tuanya. Bukan, hubungan mereka masih belum baik. Dia hanya terpaksa berada di sana karena mereka memintanya untuk ngobrol bersama, khususnya mengenai kelanjutan kuliahnya Reza.

"Bukan urusan Papah," jawab Reza dingin.

"Jadi, Papah juga gak boleh tahu soal kelanjutan hidupmu?" Kali ini, Pak Pratama menatap anaknya dengan tajam.

Reza langsung mencibir. "Buat apa? Selama ini Papah tidak pernah peduli."

"Reza, Papah dan Mamah sadar kalau kami banyak salah ke kamu. Kami hanya ingin membayar kesalahan yang sudah terjadi di masa lalu," kata Ibu Pratama dengan lembut. Dia berusaha memegang tangan anaknya, meski langsung ditepis oleh Reza.

"Sudah terlambat sekarang, jadi berhentilah bersikap peduli. Setelah wisuda, saya akan segera kerja dan pergi dari rumah ini, dari kalian. Jadi, jangan pura-pura khawatir lagi," jawab Reza lagi masih dengan nada yang dingin.

Pak Pratama mengangkat sebelah alisnya penasaran. "Papah kira kamu mau melanjutkan usaha Papah? Papah tidak mungkin pegang perusahaan itu seutuhnya, kerjaan Papah sebagai rektor sangat banyak."

"Jangan harap, Pah. Saya gak mau jadi mengikuti jalur Papah. Saya bisa berdiri sendiri, jangan khawatir."

Pak Pratama menaruh koran di atas meja dan melipatkan tangannya di depan dada.

"Reza, Papah gak mau tahu. Kamu satu-satunya anak Papah, itu artinya kamu satu-satunya yang bisa meneruskan usaha Papah. Karena itu, kamu lah yang harus melanjutkan usaha Papah!" bentaknya dengan keras.

"Tidak mau! Berhentilah sok mengatur hidup saya! Kehidupan saya ini milik saya, Papah gak bisa mengaturnya seperti yang Papah selalu lakukan ke orang-orang yang Papah tidak suka!" balas Reza tak mau kalah.

"Pokoknya, setelah wisuda, Papah akan mengirimmu kuliah di luar negeri dan melanjutkan usaha Papah. Titik!"

"Saya ga mau kuliah lagi! Saya mau langsung kerja! Mau menikahi pacar saya!"

"Kamu punya pacar?" Kali ini, Ibu Pratama mengeluarkan suara setelah terdiam beberapa saat dan hanya mengamati percecokan antara bapak dan anak di depannya.

"Iya, lebih tepatnya calon istri saya."

"Anak mana dia? Perkenalkan ke Mamah, ya."

Reza menunjukkan sedikit senyumannya. "Nanti saya akan kenalkan kalau waktunya sudah tepat."

"Punya apa kamu sok-sokan mau menikah? Emang kamu sudah bisa menghasilkan apa? Hidup masih numpang dengan orang tuamu, wisuda saja belum. Anak mana yang kamu kasih janji palsu? Kamu pikir, pernikahan itu hal yang gampang?" Pak Pratama kembali mencibir. "Kalau kamu mau menikah dengan siapa pun itu, maka kamu harus kuliah lagi dan melanjutkan usaha Papah. Mau dikasih makan apa nanti anak-anakmu?"

Reza menyeringai. "Tidak masalah jika kami melarat, asalkan bahagia. Buat apa jadi orang kaya seperti Papah kalau pada akhirnya malah menelantarkan anak dan istrinya?" cibirnya tak mau kalah lalu pergi meninggalkan mereka berdua dan menuju ke kamarnya.

"Reza!" panggil Pak Pratama dengan wajah bersungut-sungut tanda tidak terima dengan kata-kata Reza.

***

Dia, Bu Ratna (NEW VERSION) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang