Chapter 41 - England (part 2)

4.9K 279 20
                                    

Sama seperti kemarin, udara di London tidak bisa dibilang bersahabat, dan tidak bisa juga dibilang tidak bersahabat hari ini. Matahari masih tetap segan menunjukkan dirinya sepenuhnya dan lebih memilih sembunyi-bunyi, entah malu dengan siapa. Cukup dingin kalau untuk ukuran orang Indonesia, tapi bagi warga London, suhu kali ini bisa dikatakan mendingan ketimbang saat musim salju berlangsung.

Kali ini, Reza dan Ratna berencana untuk pergi ziarah ke makam kakeknya di Pemakaman Highgate yang terletak di luar kota London, tepatnya di Highgate, London Utara, Inggris. Pemakaman ini merupakan pemakaman tua dan dikabarkan sangat seram karena banyak hantu. Di pemakaman ini juga beredar legenda Vampir, si penghisap darah manusia. Pemakaman ini juga menjadi tempat istirahat terakhir Karl Marx, seorang ilmuwan yang terkenal dengan teori Marxisme-nya.

Tampilan makam itu memang lumayan menyeramkan sampai membuat Ratna mau tak mau berjalan agak sedikit lebih mendekat dengan Reza karena takut. Sementara Reza? Dia sudah beberapa kali ke sini sendirian, jadi wajar saja kalau dia merasa biasa saja saat masuk ke area makam ini.

“Ini kakekmu dikubur di sini?” tanya Ratna berusaha untuk mengalihkan ketakutannya ke hal lain.

“Iya. Bagus, ya, makamnya?” balas Reza santai. Dia sepertinya paham kalau Ratna sedang ketakutan meski tidak mau mengakuinya, karena itulah dia merangkul pinggang kekasihnya agar wanita itu merasa terlindungi olehnya.

“Gak ada pemakaman lain apa selain di sini?” gerutu Ratna. Tentu saja dia jengkel, apakah London tidak punya pemakaman lain sampai membuat Reza dan keluarganya memilih tempat ini untuk menjadi tempat peristirahatan terakhir kakeknya?

“Ada sebenarnya di kota, tapi pasti nanti bising. Aku ingin kakek pergi ke dunia selanjutnya benar-benar dalam keadaan damai karena beliau menyukai ketenangan. Makam ini berada di luar kota dan jauh dari hiruk pikuk jalan raya. Pasti kakek senang,” jawab Reza lalu tersenyum manis. “Kamu pasti takut ya?” tanyanya menggoda.

“Siapa bilang aku takut? Oh, jangan bercanda,” elak Ratna tidak suka lalu sedikit menambahkan jarak di antara mereka agar dia tidak disangka takut lagi.

“Aku tahu kamu bohong. Gak nyangka dosen galak sepertimu ini bisa takut sama makam tua.”

“Jangan tertawa di makam, bodoh!” gerutu wanita itu lalu berjalan menjauhi Reza yang masih tertawa.

Setelah mengendalikan dirinya agar tidak tertawa lagi, Reza pun langsung menghampiri Ratna dan kembali merangkulnya. “Maaf maaf, habis wajah kamu lucu begitu. Untung Fian tidak ikut, mungkin kita tidak akan pernah bisa datang ke sini kalau dia ikut.”

“Iya, mungkin dia akan menangis histeris,” jawab Ratna menyetujui.

Tak lama kemudian, mereka pun sampai di makam kakeknya Reza. Mungkin makam kakeknya itu satu-satunya makam orang Muslim di sana karena selama mereka jalan tadi, mereka hanya menemui makam yang ada tanda salibnya, kecuali makam kakek Reza.

Reza mendekati makam itu perlahan lalu jongkok di sampingnya. Ratna mengikutinya. Meski dia tidak mengenal sosok kakeknya Reza, tapi dia sadar kalau kakeknya Reza ini merupakan orang yang sangat berharga dalam kehidupan kekasihnya. Matanya menatap nama yang terukir di batu nisan yang kelihatannya sudah cukup lama.

Muchtar Prawira Pratama
Birth: September 9th, 1930
Death: September 9th, 1998

Akhirnya Ratna mengerti alasan mengapa Reza begitu antusias pergi ke London dan menyiapkan semuanya dengan cepat. Pasti dia tidak ingin melewatkan hari ulang tahun dan hari kematian kakeknya. Sudah 20 tahun berlalu.

Dia juga melihat ke sebelah makam kakeknya Reza, yaitu makam neneknya. Nenek Reza telah lebih dahulu meninggalkan dunia dan suaminya karena penyakit tumor otak. Kakek Reza harus menunggu 20 tahun lamanya untuk bisa bertemu kembali dengan istri tercintanya. Sungguh kisah cinta yang indah.

Dia, Bu Ratna (NEW VERSION) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang