Chapter 24 - Papah Eja?

5.8K 313 5
                                    

Setelah itu, Reza meninggalkan Mike dan Gilang di tempat yang cukup sempit itu. Dia melanjutkan perjalanannya mencari gudang dimana Fian berada. Dari kejauhan, dia bisa menduga bahwa Mike dan Gilang sudah memperlihatkan batang hidung mereka ke musuh karena dia bisa mendengar secara samar-samar suara dari kegiatan baku hantam mereka.

Dengan sigap dan tanpa menimbulkan suara, Reza terus mencari di mana gudang tersebut. Dia menyusuri pohon-pohon yang tinggi menjulang itu tanpa kenal takut, meski suasana begitu seram dan gelap tanpa ada penerangan sedikit pun kecuali dari bulan di atas sana. Dia tidak berani menyalakan senter karena bisa membuatnya tertangkap, jadi dia hanya bisa mengendap-ngendap di kegelapan malam. Sepuluh menit kemudian, dia bisa melihat pintu gudang yang sepertinya tidak dijaga oleh siapa pun.

Dengan hati-hati, Reza menghampiri gudang tersebut dan berniat untuk membukanya. Namun, tiba-tiba ada tiga orang muncul dan berusaha menggagalkan rencananya Reza.

“Siapa kamu?! Apa yang sedang kamu lakukan?!”

“Kamu mau mengambil sandera kami, ya?! Langkahi dulu mayat kami bertiga!”

Lalu, tiga orang itu berusaha menghajar Reza yang langsung ditangkis olehnya. Mereka pun terlibat dalam pergulatan yang cukup sengit selama beberapa saat. Lawan Reza cukup hebat, tapi sayangnya Reza masih lebih hebat daripada mereka bertiga sehingga membuat mereka pada akhirnya pun kalah, tergeletak tak berdaya.

Setelah berusaha mengatur napasnya yang sedikit tersengal-sengal, Reza membuka pintu gudang yang berwarna putih itu. Gudang itu sepertinya sudah cukup berumur, terlihat dari kondisinya yang sudah hampir mau ambruk.

“Fian?” panggilnya pelan, khawatir ada anggota Dragon-nail lain yang berada di dalam. Matanya terus menyapu sekeliling untuk memastikan bahwa gudang tersebut benar-benar tidak terjaga. Tak butuh selang waktu beberapa lama, dia pun menemukan seorang anak kecil yang sedang duduk tak berdaya di sudut gudang. Tangannya diikat dan bibirnya disumpal oleh lakban.

“Fian!” katanya setengah berteriak. Dia langsung berlari ke tempat Fian berada dan membuka ikatan yang mengunci tangannya. Setelah itu, dia membuka lakban di bibirnya dengan hati-hati karena tidak ingin melukainya.

Hatinya miris melihat seorang anak kecil yang masih berumur enam tahun harus berada di posisi seperti ini dan tersiksa seperti ini, dan hal ini bisa terjadi karena perbuatan ayahnya sendiri. Digendongnya anak itu oleh Reza dengan hati-hati dan mereka pun seegera pergi ke luar gudang, menuju ke tempat mobilnya berada. Ke tempat Ratna berada.

Karena anak buah Dragon-nail sepertinya sedang sibuk melawan pasukannya Mike yang menyerang mereka secara mendadak, sementara pemimpinnya juga sedang sibuk melawan Mike dan Gilang, maka tidak sulit bagi Reza untuk membawa Fian ke mobil. Tidak ada satu orang pun yang menghalangi jalan mereka.

“Fian!” teriak Ratna lega saat melihat Reza masuk ke dalam mobil sambil menggendong anak sematawayangnya.

“Dia tidak apa-apa. Hanya tidak sadarkan diri saj- oh! Dia terluka akibat pukulan di beberapa bagian tubuhnya. Harus segera diobati, nanti infeksi,” kata Rangga sambil mengeluarkan kotak P3K yang selalu tersedia di tasnya. Dia adalah seorang dokter.

“Mana Mike dan Gilang?” tanya Lingga ke Reza dengan cemas.

“Masih di dalam kayaknya, tadi kita berpisah jalan. Gua nyari Fian, mereka berurusan sama bos Dragon-nail dan Reynaldi.”

“Reynaldi ada di sana juga?” tanya Ratna kali ini setelah mendengar nama mantan suaminya itu dari mulut Reza. Dia menatap Reza dengan kaku.

Reza menatap balik Ratna dengan mulut terkatup, lalu tersenyum seolah berusaha menenangkan wanita itu. “Iya, tapi tenang aja, aku yakin Gilang sudah menghukumnya.”

Dia, Bu Ratna (NEW VERSION) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang