Chapter 44 - Reza Pamit

4.8K 305 27
                                    

“Selamat, Reza! Akhirnya lo wisuda juga!” seru Gilang dengan antusias setelah melihat kawannya keluar dari gedung tempat upacara wisuda berlangsung.
Kawannya itu sekarang terlihat sangat tampan dan menawan dengan toga di kepalanya. Karena perasaan yang luar biasa bahagia itulah, ia pun memeluk sahabat karibnya dengan sayang.

“Bangga gue sama lo, Za. Setelah penantian lama lo, akhirnya bisa jadi sarjana juga,” ucapnya lagi, kali ini lebih pelan.

Reza hanya tersenyum dan menepok punggung temannya dengan sayang, sebelum kemudian melepaskan pelukan tersebut.

“Jangan peluk-peluk, gua bukan maho,” balasnya dengan nada bercanda. Dia langsung tertawa renyah ketika melihat Gilang memutar bola matanya dengan malas.

“Gue juga bukan maho kali!”

Masih tertawa, Reza mengajak Gilang untuk mengambil beberapa foto bersama sambil menunggu yang lain datang. Gaya-gaya aneh mereka keluarkan ketika berpose di kamera canggih milik adik tingkat Reza yang kebetulan menjadi fotografer di acara wisuda.

Tak lama kemudian, Mike, Lingga, dan Rangga datang menghampiri mereka berdua.

“Parah lu, Za. Foto gak ajak-ajak kita!” seru Mike tak terima.

Sementara, Rangga, tanpa banyak bicara, langsung memasang aksi absurd-nya di samping Gilang, sambil meminta si fotografer untuk mengambil beberapa foto mereka. Di sisi lain, Lingga mengambil pose paling depan dan membuat keempat temannya yang lain tidak terlihat di kamera.

“Jangan ngalangin kita, woy!” seru teman-temannya kompak.

Akhirnya, lima sahabat itu kembali berkumpul setelah kejadian Reynaldi waktu itu. Mereka tertawa bersama sambil sesekali menjadikan Reza sebagai bahan ledekan karena dia adalah peran utamanya hari ini. Sesekali, mereka bisa merasakan orang-orang di sekitar melihat mereka dengan pandangan bermacam-macam. Kaum perempuan melihat mereka dengan pandangan terpesona, sementara kaum lelaki melihat mereka dengan pandangan kesal dan iri.

“Kang Reza!” teriak seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah adik tingkatnya Reza yang juga sedang wisuda seperti Reza. Adik tingkat itu sudah berusaha mendekatinya semenjak masuk kuliah.

“Ya, ada apa, Karen?” sahut Reza sambil tersenyum. Dia memang selalu ramah dengan semua perempuan, tipikal playboy.

“Selamat ya, Kang, akhirnya wisuda juga!”

“Selamat juga, Karen, akhirnya kamu wisuda tepat waktu. Gak kayak saya, telat dua tahun.”

Sontak kawan-kawannya langsung tertawa terbahak-bahak saat mendengar perkataannya. Reza hanya bisa melihat mereka dengan tampang pura-pura sebal.

“Iya, Kang. Saya gak nyangka bisa lulus barengan sama Kang Reza. Kayaknya, kita jodoh deh, Kang.”

Tawa kawan-kawannya Reza semakin kencang setelah mendengar perkataan Karen. Mereka tidak menyangka kalau gadis yang kelihatannya lugu dan lucu seperti Karen bisa menggoda juga.

Mereka memang sudah tahu soal Karen, karena Reza beberapa kali mengungkapkan kerisihannya yang terus-terusan dikejar oleh adik-adik tingkatnya, terutama Karen. Mereka mengakui kalau perempuan ini cukup cantik, meski masih kalah dari Bu Ratna. Sebenarnya, mereka ingin Reza menjalin hubungan dengan Karen, tapi sayangnya, temannya itu malah kepincut dengan dosen pembimbingnya sendiri.

“Ah, haha, iya, terima kasih, Karen, tapi kalau menikah kayaknya gak mungkin, ya? Saya mau langsung ke luar negeri setelah wisuda,” jawab Reza canggung sambil sesekali menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Setelah berpacaran dengan Ratna, dia memang sudah tidak tahu lagi bagaimana cara membalas godaan para wanita yang menggodanya. Sepertinya, kemampuannya sebagai seorang Cassanova sudah hilang.

Dia, Bu Ratna (NEW VERSION) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang