5 (Five)

48 4 2
                                    

Salsa bingung harus menjawab apa. Dia belum siap jika Andrean tahu semuanya. Belum siap menerima resikonya nanti.

"Ya tuhan aku harus gimana sekarang?" Batin Salsa.

Melihat Salsa terdiam, Andrean sangat merasa frustasi dengan sikap Salsa seperti ini.

"Sal jujur sama aku kamu kenapa? Slama ini kalo ada apa-apa kamu nggak pernah cerita sama aku, kenapa sal? Kamu anggap aku apa slama ini? Aku pengen kamu jadiin aku tempat sandaran kamu disaat kamu terpuruk, disaat kamu sedih, saat kamu ada masalah. Kamu bisa cerita semuanya sama aku sal." Ucap Andrean sambil menggenggam kedua tangan Salsa.

Salsa masih terdiam memikirkan harus bagaimana sekarang.

"Apa ini saatnya aku ungkapin semuanya ke Andrean?" Tanya Salsa pada dirinya sendiri sambil menarik nafas dalam.

"Aku sayang sama kamu sal, please jujur sama aku ada apa?" Andrean terus menatap mata Salsa.

"Ndre, aku capek sama semua ini. Aku pengen hubungan kita berakhir" Salsa takut sebenarnya bilang ini semua ke Andrean. Entah keberanian dari mana dia sampai mengucapkan kalimat itu.

"Aku capek berjuang sendiri mempertahankan hubungan ini, sedangkan kamu? Aku nggak pernah liat kamu seakan akan lagi berjuang buat hubungan kita Ndre. Aku capek mendem semua ini dari dulu, aku pengen tenang Ndre. Aku capek ngadepin semua keegoisan kamu yang nggak pernah ilang. Padahal kamu udah janji bakal berubah buat aku, tapi apa Ndre? Semuanya masih sama aja." Salsa sudah tidak tahan lagi menahan air matanya. Akhirnya tetesan benih itu jatuh kepipi mungilnya.

"Sal please kasih aku kesempatan buat memperbaiki semua kesalahan aku sama kamu, aku nggak mau kehilangan kamu sal. Aku masih sayang banget sama kamu" Sebenarnya Andrean ingin sekali menangis, tapi ia tahan karna takut Salsa menganggapnya cowok lemah.

"Ndre, aku udah sabar banget slama ini ngadepin sifat kamu yang egois kya gini. Aku udah pikirin semuanya mateng-mateng ini udah jadi keputusan aku Ndre. Please, hargain keputusan aku ya" Salsa nggak sanggup dengan situasi seperti ini.

"Kamu pulang ya Ndre, aku lagi pengen sendiri" Ucap Salsa lagi.

"Tapi sal?" Cegah Andrean.

"Ndre please ya ngertiin aku, kamu boleh keluar dari kamar aku sekarang" sambil membalikan tubuhnya membelakangi Andrean.

Andrean hanya pasrah dengan keputusan Salsa saat ini. Tapi dia belum menyerah, Dia akan bikin Salsa balik lagi kepelukannya. Egois? Ya memang tapi rasa sayangnya yang membutakan Andrean. Yang terpenting Salsa bisa berada disampingnya lagi.

Setelah itu Andrean keluar dari kamar Salsa. Dengan langkah lemas Andrean menuruni anak tangga dan berpamitan dengan Tante Yanti.

"Tan saya pamit pulang dulu ya" sambil mencium punggung tangan Mama Yanti.

"Kok sebentar banget mainnya? Biasanya kalo kamu kesini mau ngajak Salsa jalan-jalan." Sebenarnya Mama Salsa tahu kalau hubungan mereka sedang tidak baik. Tapi ia cuma basa basi saja.

"Hmmm iyaa tan aku ada urusan penting diluar jadi ngajak jalannya besok besok aja hehe" Ucap Andrean berbohong.

"Ohgitu yasudah hati-hati ya nak"

"Iya Tante, Assalamualaikum" Ucap Andrean memberi salam.

"Waalaikumsalam"

Sakit Yang Berakhir BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang