SPT - Bagian 9

778 29 0
                                    

Bus dan Truck Kodim Demak merapat di Lapangan Bumi Perkemahan Bela Negara pada jam 12:00 WITA itu. Membuat mereka semua yang tertidur terhenyak dari tidurnya. Membuat mereka bergotong royong menurunkan barang-barang dari Truck dan Bus. Membuat mereka memulai pekerjaan, melatih kekompakan, dengan cara bekerja semuanya.

Hanya berselang waktu 3 jam, 6 tenda, yang terdiri dari 1 tenda pa untuk tidur 2 sangga, 1 tenda dapur pa, 1 tenda pi untuk tidur 2 sangga, 1 tenda dapur pi, serta tenda tamu per masing-masing kapling. Tak lupa pula, gapura dan pagar telah tertata rapi. Bendera pun telang terpasang rapi. Mereka adalah yang pertama sampai di Buper. Lebih baik datang lebih dulu daripada datang terlambat.

Rahma celingukan, mencari kontingen Cilacap yang belum juga datang, ia mengecek ponsel di sakunya yang sejak tadi tak ia buka. Terdapat spam chat dari Aldi yang seketika itu membuatnya tersenyum senang.

 Terdapat spam chat dari Aldi yang seketika itu membuatnya tersenyum senang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rahma duduk di sebarang tempat, menjawab spam chat dari Aldi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rahma duduk di sebarang tempat, menjawab spam chat dari Aldi. Dan percakapanpun terjadi.

 Dan percakapanpun terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dion mengahampiri Rahma, duduk disamping Rahma yang asik dengan dunia nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dion mengahampiri Rahma, duduk disamping Rahma yang asik dengan dunia nya. Dion menepuk bahu Rahma membuat Rahma terkejut.

“Eh kak Dion, ada apa kak?.” Tanya Rahma

“Enggak. Kamu asik sendiri dek, makanya kakak ganggu, hehhe... Eh, btw udah ada VC dari kak Fajar belum? Kok setahu aku Kak Fajar belum VC sama sekali?.” Tanya Dion.

Raut wajah Rahma berubah. Ada seberkas rasa sedih dari pelupuk matanya. Cairan bening terkumpul disana. Entah apa yang membuat Rahma menangis kala itu. Dion menempelkan kepala adiknya itu ke bahunya, berharap adiknya tenang, sambil ia tanya.

“Kak Fajar kenapa dek?.” Tanya Dion

“Kak Fajar nggak bisa dihubungi kak, aku nggak tahu kenapa, pas tanya mama katanya Kak Fajar pas habis nganterin kita Cuma balikin mobil terus pergi nggak tahu kemana. Mama Cuma lihat mobilnya datang, tapi Kak Fajar nya terus ilang.” Cerita adiknya

“Lhah kamu kok ya nggak cerita sama kakak tho dek?.” Ucap Dion
“Aku nggak mau ngasih beban ke kakak.” Ujar nya

***

Kontingen Cilacap merapat ke Buper saat jam telah menunjukkan pukul 18:00 WITA. Rahma tak mengetahui kedatangan mereka, hanya saja Rahma saat itu sedang sholat berjamaah di Lapangan.

Rahma berjalan dari lapangan bersama Ami dan Fatma. Bercanda setelah lelah seharian. Mereka berhenti, ada seseorang yang sedang menunggu di tenda tamu mereka. Sosok yang familiar di mata Rahma itu langsung berdiri dan berjalan menuju Rahma, membuat semuanya iri.

“Hey...” Ucap Rahma saat Aldi mendekat
“Hey juga Rahma.” Jawab Aldi penuh senyum
“Udah sampai?.” Tanya Rahma
“Iya, baru aja kok.” Jawabnya simple
“Lha kok nggak bantuin temen kamu mendirikan tenda?.” Tanya Rahma lagi
“Itu, di belakang kamu kontingen kami. Ciee yang saling berhadapan nih.” Canda Aldi sambil menunjuk kaplingnya.
“Ya udah, aku tinggal dulu yak... Byee Rah.” Aldi meninggalkan Rahma

Ami menyenggol bahu Rahma, “Ciee yang di datengin doi sampe aku sama fatma di cuekin. Iya nggak fat?.”
“Iya nih, dasar. Yang lagi jatuh cinta. Sampe-sampe nggak sadar, udah diliatin banyak orang.” Goda Fatma

Rahma melihat ke sekeliling nya. Kontingennya pun ricuh menggoda, tak berbeda dengan kontingen cilacap yang juga ricuh. Kontingen lain hanya melihat sambil tertawa dan berbisik-bisik. Rahma yang malu berlari ke tenda dapur yang sepi berusaha menyibukkan diri memasak untuk makan nanti malam.

Habib mendekat diam-diam ke tenda dapur pi, entahlah apa tujuannya, yang pasti tenda dapur pa ada bukan untuk memasak, hanya untuk tempat menaruh barang-barang. Memasak? Urusan putri. Habib menepuk bahu Rahma, seketika Rahma berbalik. Dihadapannya berdiri sosok yang pernah ia suka, sosok yang pernah membuat ia begitu senang hingga sosok itu menjatuhkannya ke hal yang paling menyakitkan.

“Rah, gue mau ngomong sama lu.” Ucap Habib langsung
“Ngomong aja lah bib.” Ujar Rahma sambil terfokuskan pada Habib

“Gue yakin, lu anggep gue brengsek setelah gue mempermainin lu waktu itu. Tapi gue nggak mau lu tersakiti lagi gara-gara cowok. Dengerin dulu omongan gue ini. Gue yakin, Aldi tak sebaik yang lu kira, rah. Percaya deh sama gue.” Jelas Rahma

“Kamu kenapa sebegitu yakin kek gini sih Bib. Kamu itu baru kenal dia, aku juga. Jadi jangan asal nyimpulin suatu hal kek gitu. Enggak guna banget buat aku, Bib. Cukup lah kamu nyakitin aku sekali aja, jangan bikin perasaan itu hadir lagi dengan cara kamu perhatian kek gini sebab aku deket sama cowok lain.” Jawab Rahma sambil berlalu meninggalkan Habib.

“Eh, Rahma! Woy! Ini yang masak siapa!” teriak Habib bingung

Sebatas Patok Tenda [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang