"Tungguin dong" Ami berlari mengejar Rahma yang sedang berjalan menuju area rapat ambalan Ki dan Nyi Ageng Serang 13.143-13.144 pada siang ini. Rahma menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya menghadap Ami yang tengah berlari menghampirinya. Senyum simpul terukir di sudut bibir manisnya.
"Bukannya dari tadi aku sudah mengumumkan untuk segera berkumpul ya? Aku sendiri kan telat gara-gara ada tugas Fisika tadi." Tanya Rahma saat Ami sudah sampai di depannya.
"Hehe, baru dari kamar mandi, kebelet banget tadi, sekalian tadi antre nya lama, nggak tau pada kebelet berjamaah" Ami berujar sambil mengingat cerita konyolnya barusan,
"Haha lucu, yaudah yuk ah jalan, udah telat ini" ajak Rahma untuk segera merapat.
Mereka berjalan menuju ruang rapat khusus Pramuka, ruang rapat yang mereka usulkan kepada pihak Madrasah agar di adakan supaya mereka tidak selalu meminjam ruang kelas untuk rapat. Ruang itu pun hanya ruang sederhana berukuran 3 x 3 meter tanpa lantai dan hanya beralaskan tikar. Terdapat satu meja lipat untuk pembina dan rak buku sederhana hasil kekreativitas mereka di pojok ruang untuk atribut ambalan.
"Assalamualaikum, pak. Maaf telat" ucap Rahma dan Ami hampir bersamaan kepada pembina mereka
"Waalaikumussalam, ayo duduk. Ya udah langsung kita mulai ya" ucap Pak Zazid saat melihat Rahma dan Ami duduk. "Yang akan kita bahas kali ini adalah pengiriman anggota kita, berjumlah 2 putra dan 2 putri untuk mengikuti Perkemahan Bela Negara mewakili Kontingen Cabang Demak" sambung pak Zazid
"Horeeee....." sorak terdengar ricuh, pak Zazid menghentakkan tangannya di atas meja, "kalian diamlah! Jangan berisik! Emang mau ruangan ini di tarik oleh madrasah lagi?" tanya beliau. Seketika suasana kembali hening. Hanya suara cicak yang menjadi radio mereka.
"Siapa saja pak yang akan di kirim madrasah?" Tanya Habib
"Mengingat uang yang akan madrasah keluarkan untuk ini tidaklah sedikit, kami akan mengirim siswa-siswi yang sudah berkompeten untuk ikut" Jawab pak Zazid
"Siapa mereka pak?" Tanya Yanto
"Biaya nya berapa memang pak?" Tanya Susi
"Untuk biaya, 700.000 per anak. Berarti kita akan membayar 2.800.000. Itu sudah mendapat setelan Pramuka lengkap beserta topi dan setangan leher, tas, jaket, dan kaostim kontingen cabang dan kontingen daerah" Jelas pak Zazid
"Untuk peserta?" Dion menimpali
"Peserta? Menurut catatan kami, yang akan kami kirim adalah Rahma, Ami, Habib sama Rendra" jelas Pak Zazid
"saya pak?" Ami bertanya
"Iya? Kenapa? Nggak mau?" tanya Pak Zazid
"Mau kok pak" jawabnya semangat dengan senyum merekah di bibirnya
"Gimana yang lain? Setuju?" tanya Pak Zazid
"Setujuuu pakk" jawab mereka
Mereka sudah berulang kali di ajarkan bagaimana cara menghargai teman mereka yang di pilih sekalipun mereka tidak terpilih dan ingin sekali mengikuti. Makanya, saat ini tak ada yang namanya saling iri."Tapi, Pak?" tanya Rahma
"Apa, Rahma?" Pak Zazid bertanya balik
"Itu kapan pak?" Rahma bertanya
"Haha, saya kira karena kalian terlalu senang jadi lupa tanggal nya, dengan itu saya bisa menggagalkan kalian, tapi karena sudah bertanya ya apa boleh buat" pak Zazid berkelekar, semua nya tertawa. "Rencananya tanggal 17 September" jawab pak Zazid
"Wah sebulan lagi ya?" Habib menimpali
"Oh iya, nanti setorkan ke saya ukuran baju kalian untuk kaos tim ya" Pak Zazid memerintah
"Siap Pak" ucap mereka menimpali
"Besok, kalian berempat berangkat ke Kabupaten ya tanpa saya, boncengan cowok cewek juga nggak papa, soalnya kan udah ke daerah kota, rawan kalau yang bawa motor itu cewek" sambung Pak Zazid
"Siap pak, tapi tempatnya dimana?" tanya Dion
"Sanggar Pramuka Demak" jawab Pak Zazid
"Sudah?" sambung beliau lagi, "kalau sudah, bereskan ruangan lalu kita pulang" Ucap beliau sambil meninggalkan ruangan
***
Rahma dan Ami berjalan menyusuri koridor menuju kelas mereka yang masih satu jalur. Hanya saja kelas Rahma lebih jauh, kelas Rahma berada di lantai 2 sedangkan Ami di lantai 1 dimana tangga nya berada di sebelah kelas Ami.
"Mi?" ucap Rahma saat setelah lama terdiam dari lamunan masing-masing
"Hmm?" jawab Ami tanpa sekalipun mengalihkan pandangan dari ponselnya
"Ini kita udah sendirian lho di Madrasah" Rahma berujar
"Terus?" tanya Ami
"Kok aura nya nggak enak ya, aku takut ke lantai atas, temenin yukk." Rahma memaksa Ami
"Nggak ah, sana naik, aku tungguin disini" jawab Ami namun tak lepas dari ponselnya
"Dihh, jahat. Yodah aku sendirian" Rahma menaiki tangga sendirian, langkahnya tetap santai walau sebenarnya hatinya takut. Bukan takut karena sendirian, namun takut bagaimana caranya ia harus meminta izin kepada kedua orang tuanya.
Raham keluar dari kelasnya, hampir saja ia menabrak Ami yang berlari tunggang langgang ke arahnya
"Kenapa?" Tanya Rahma sinis
"Anu... Anuu... Itu, tadi tempat sampahnya jatuh, aku yang kaget langsung lari kesini. Ehh kok pertanyaan kamu sinis sih?" Tanya Ami
"Lha abisnya tadi sok berani sih. Lhah sekarang lari-larian kesini ngapain?" Rahma menimpali sambil berjalan melewati Ami
"Rah, maaf deh soal tadi. Aku sekarang bener-bener takut nih" kata Ami sambil menggelayut di tangan Rahma
"Apaan coba?" Tanya Rahma
"Rahmaaa...!! Please,, aku takut" Ami berujar
"Haha apaan sih Am, ayuk ah pulang" ucap Rahma sambil menarik tangan Ami
***
Baru awal cerita nih, mohon dukungan vote ya biar lebih semangat lanjutin ceritanya.
Jangan lupa juga follow @lebahcantik28 supaya tidak ketinggalan sama ceritanya😉😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebatas Patok Tenda [Sudah Terbit]
Teen FictionJodoh, rezeki, dan kematian, semua itu sudah diatur oleh Sang Pencipta. Begitupun dengan Rahma, seseorang pada masa lalunya, yang telah menyakiti di masa sekarang, menjadi teman hidup di masa depan. Rahma, gadis usia 17 tahun, yang meniatkan mengiku...