AING CUKUP TERHIBUR DENGAN KALIAN YANG KENA TRAP!!!!!
1 KATA AJA LAH YA
TUMAN
HUAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHHAAHAHHAHAHAHAHAHAHAH
Mau tak balesin satu-satu comentnya..
Tapi takut makin diserbu. Acu kan atut qq
#masangmukapolostakbersalah.
.
.
.
.
.Pria tampan dengan jas abu-abu gelapnya yang terlihat sangat pas di tubuhnya. Parasnya yang rupawan dan auranya yang terasa berwibawa itu sungguh dapat membuat para wanita meliriknya secara terang-terangan, dan memujanya secara langsung.
Ia melangkahkan kakinya melewati orang-orang dengan senyuman tipis yang ia tampilkan. Matanya yang tajam menangkap sesosok yang sedari tadi dicari-cari. Maka dari itu, ia melangkahkan kakinya lebih cepat.
"Akhirnya dateng juga lo" sapa sesosok manusia dengan senyuman anehnya itu. Sapaan itu hanya ia dibalas anggukan.
"Kelewatan apa nih gua?" Tanyanya sembil mengambil segelas wine yang dibawa oleh waiters. Sedangkan yang ditanya hanya mengangkat kedua bahunya acuh.
"Ya gitu-gitu aja. Pestanya gak ada bedanya sama pesta-pesta kebanyakan. Lo tau sendiri kakunya mereka tuh gimana" ucapnya dengan kejujuran yang tak tersaring.
"Lo harus bisa biasain" nasihatnya. Yang dinasihati hanya memutarkan bola matanya malas.
"Oh iya, Jeno ngasih tau ke gue.." pemuda tampan itu mengalihkan perhatiannya dari lantai dansa, menatap sang sahabat dengan sebelah alis yang terangkat.
"Katanya lo lagi stress. Ada yang bisa gua bantu gak?" Lanjutnya dengan tulus.
"Well, gua butuh liburan. Masalah bisnis itu gak ada kelar-kelarnya, ya gak Cas?" Lucas mengangguk setuju dan tersenyum tampan.
"Gak perlu diingetin juga gua udah hatam. Tujuan?"
"Terserah" Lucas menaikan sebelah alisnya.
"Yakin?"
"Kenapa nggak? Lo gak bisa bikin gua ngerasa puas, semua kerja sama kita gua batalin. Gampang kan"
Lucas menatap pria yang berstatus sahabat dan dimata semua orang ialah pria berwibawa itu dengan malas.
"Manusia kepala batu gini dibilang berwibawa. Apa kata anak gua yang lahir ntar?". Mari kita abaikan pikiran Lucas itu.
Lucas merasakan getaran pada saku celananya. Saat ia melihat, kekasihnya tengah menelfonnya.
"Sob, gua pergi duluan. Ibu negara manggil, gua tinggal gapapa?" Tanyanya dengan nada terburu-buru.
"Cih, dasar bucin," gumannya. Tanpa ia sadari kelak dirinya akan seperti itu juga.
"Yaudah, pergi lo sono! Cepet nikahin atau gua panggil Chani biar ngegantiin lo. Mumpung dia masih naksir sama Haechan. Oh ya, salamin ke Haechan ama calon anak lo" setelah mendapatkan pesertujuan, Lucas segera melesat pergi.
.
.
.
.
.Matanya yang tajam menglihat ke segala penjuru kota. Ia tengah berada di balkon. Menurutnya berada di pesta bisnis seperti ini sangat membosankan.
"Ah, sial!" Ia menolehkan kepalanya ke suara dibelakangnya.
Nampaklah seorang pria cantik yang dibalut oleh jas putih. Nampaknya pria cantik itu tengah kesal akan sesuatu dan Mark sangat tertarik untuk memperhatikannya.
"Gua sumpahin Lucas kerepotan ama anaknya ntar! Seenaknnya jalan gak pake mata" Omelnya dengan wajah yang begitu menggemaskan.
"Udah kelar ngomelnya?" Pria cantik itu menengokan pandangannya. Ia tak begitu bisa melihat dengan jelas siapa pria yang bertanya padanya itu. Dibalkon lampu tak sedang dinyalakan, lantas pria itu tak akan terlihat dikegelapan malam yang menenangkan.
"Maaf mengganggu, Mr." ujarnya meminta maaf dan bersiap melangkah pergi dari tempat itu.
"Tunggu!" Ia mengurungkan niatnya itu dan kembali melihat kearah pria yang berada di balkon itu.
"Ya?"
"Gua denger lo ngomongin Lucas. Wong Yukhei Lucas kan?" Pria cantik itu mengangguk.
Tbc
Sabar... menggantung akan menjadi style dari cerita ini.
#modeevilactive