Seminggu setelah Mark melamarnya, Jaemin harus berhadapan dengan kedua orang tuanya yang menatapnya dengan penuh ketidak percayaan. Bagaimana bisa, anak tunggal mereka yang nakal ini menjadi tunangan dari seorang CEO muda dan hebat?!
Bundanya tak berhenti menatap Jaemin dengan pandangan menyelidik. Sedangkan sang Ayah terus-terusan menghela nafas. Dan Jaemin, ia menyalahkan dalang dibalik semua ini. Tanpa perlu diberitahu, kalian juga pasti sudah mengetahui siapa..
Ya..
Park Jisung.
Dengan polos dan tidak tahu malunya, Jisung memberitahu perihal Mark yang telah melamarnya kepada sang Bunda. Sialnya, Mark kini tengah berada diluar kota dan pastilah dirinya tak bisa ditemani oleh sang tunangan.
Jaemin kesal, sungguh. Ia belum siap ditatap seperti itu oleh kedua orang tuanya. Jika memang harus sekarang, Jaemin ingin ditemani oleh Mark. Sungguh, perasaannya sangat-sangat tidak nyaman, dibanding ketahuan menyetubuhi seorang perawan oleh Ayahnya. Benar-benar sial.
"Ayah?" Jaemin akhirnya memberanikan diri. Ia benar-benar ingin menelfon Mark dan merengek agar Mark menemui kedua orang tuanya.
Sang kepala keluarga menghela nafas dengan berat sebelum akhirnya tersenyum dengan lembut. "Kamu dilamar sama Mark, terus ga bilang-bilang? Kenapa harus Jisung yang ngasih tau ke Ibu kamu?"
Jujur, Jaemin bukannya tidak ingin memberitahu kedua orang tuanya. Tapi..
Ia lupa, lupa kalau dirinya sudah mempunyai tunangan.
Terkutuklah kau, Na.
"Maaf, Yah. Nana lupa" katanya sih ga mau dipanggil Nana, tapi dia sering manggil diri sendiri Nana. Dasar pinplan kamu, Jaem.
"Yakin? Kamu lupa, atau kamu mau nutupin dari Ayah sama Bunda kalau kamu udah belok?" Tanya Bundanya dengan bibir yang dimajukan. Wajah Jaemin memang benar-benar titisan sang Ibu, sangat-sangat cantik dan lembut.
"Kalau, Nana ga lupa, pasti alasannya yang terakhir sih. Tapi, suer deh Bun, Nana lupa. Nana kan ga mau jadi anak durhaka. Salahin Ayah tuh yang ngasih kerjaan banyak sama Nana" ujarnya yang berusaha mencari perlindungan dan menyalahkan orang lain, lebih tepatnya sang Ayah.
Kini, giliran sang Ayah yang mendapatkan tatapan tajam dari sang istri tercinta. "Eh? Ya, kan Ayah ga tau Bun. Dia sendiri ga langsung bilang pas udah dilamar!"
"Ayah sama Bunda kan pas itu ga ada dirumah!" Balas Jaemin tak mau kalah.
"Ya, kenapa kamu ga bilang aja, lewat telfon kan bisa"
"Ya, Ayah pasti ga percaya sama Nana"
"Seenggaknya kamu kan bisa bilang" Jaemin mengembungkan kedua pipinya dengan sebal. Ayahnya ini selalu saja bisa membalas setiap perkataannya.
"Perasaan Haechan udah pernah bilang ke Bunda kalau Nana tunangan sama Ka Mark!" kesal Jaemin sambil melipat kedua tangannya didepan dada.
"Bun?" Tanya sang Ayah. Sang Bunda hanya bisa terkekeh dan menggaruk-garuk lehernya.
"Lupa, Yah"
"Tuhkan!! Ayah sih!" Kesal Jaemin.
TING TONG
"Yah, buka sana" suruh sang istri. Sang suami menunjuk dirinya sendiri.
"Kok aku? Jaem, kamu sana!" Perintah sang Ayah. Namun, Jaemin hanya menatap sang Ayah tajam dengan kedua pipi yang masih digembungkan. Seakan-akan tatapan Jaemin mengatakan, 'apa nyuruh-nyuruh aku!? Aku masih ngambek!'
#ututututu... yang kek gini pernah nunggangin cewe? Haduh#
Dengan malas sang kepala keluarga itu berdiri dari tempatnya menuju pintu utama.
"Siap--"
"Good evening, Mr. Na" ingin rasanya pria tua ini menghilang begitu saja atau memiliki kekuatan tak kasat mata. Ia benar-benar malu sekali, mengingat dirinya yang hanya mengenakan bokser dan baju putih tangan pendek. Dan dihadapannya ini adalah rekan kerja sekaligus calon mantunya.
"Hi, Mark. What are you doing in here, with that formal clothes, flowers and that paper bag?" Tanya yang lebih tua dengan wajah yang dibuat sebiasa mungkin. Semoga dirinya tak terlihat memalukan sebagai rekan kerja.
Tunggu, bukankah anak ini menginginkan putranya? Hm, kalau dipikir-pikir lagi, sepertinya tak masalah. Jika Mark berani macam-macam, maka dirinya bisa dengan mudah memanfaatkan Jaemin.
Astaga, biarkan saja lah, pria tua itu.
"Well, i want meet my boyfriend and his parents" tuan Na menatap pria dihadapannya ini dengan pandangan tajam.
"Just that?" Tanyanya dengan aura yang mulai terlihat mengerikan.
"I bring you some herbal medicine from China, Jeju and Japan." Mark mengangkat tangan kirinya yang tengah memegang paper bag.
"Ok, come in!"
_____
Tbc ^^
Pendek pendek
Pendek
Pendek
Muehehehehehehehehrhheheheheheheehehehehehheehehe