Bibirnya yang merah dan kecil itu, sungguh membuat laki-laki manapun ingin menciumnya.
Wajah kedua sejoli itu sudah semerah tomat, keduanya sangat dekat, hanya terpaut beberapa senti, bahkan mereka bisa merasakan hangatnya nafas satu sama lain. Tentang degup jantung, kini sudah seperti sehabis lari maraton, begitu cepat tanpa bisa mereka kendalikan.
"C-chan Yeol-ssi..." ucap Ye Na saat bibirnya hampir menyentuh bibir Chan Yeol.
Chan Yeol tetap melanjutkan aktifitasnya itu. Namun, siapa sangka? Niatnya bukanlah untuk mencium Ye Na, akan tetapi ia hanya ingin mengambil daun yang menyangkut di rambut Ye Na. Setelah itu, Chan Yeol mundur dan semuanya menjadi canggung.
"Apa-apaan itu? Dia hanya menggodaku? Tidak akan kudiamkan" Ye Na menggigit bibir bawahnya, merasa dipermalukan oleh Chan Yeol.
"Cih! Kamu berharap aku akan menciummu lagi, lucu sekali" kata Chan Yeol sambil tertawa pelan, namun wajahnya masih merah padam, pertanda ia juga berdebar.
"Ti-tidak mungkin! Aku tidak berpikir seperti itu. Dasar kamu cowo mesum!" Ye Na gelagapan, lalu pergi kearah yang berlawanan dengan Chan Yeol.
"Dia lucu"
🌻
Setelah berjalan cukup lama, akhirnya Ye Na sampai di sebuah gang kecil. Jika dilihat, gang itu penuh dengan lampu warna warni, Ye Na sendiri yang memasang lampu-lampu itu. Ia sangat takut pada kegelapan, terlalu banyak alasan perihal ketakutannya dengan kegelapan.
Flashback on.
"Dasar istri tidak berguna!" laki-laki itu membentak wanita di depannya, lalu memukul kepala wanita itu dengan tongkat. Wanita itu terjatuh dan menunduk.
Laki-laki itu adalah Ayahku.
Dan wanita itu adalah ibuku."Kenapa kamu selalu saja mabuk-mabukan? Apa kamu tidak pernah memikirkan anak-anakmu? Dan siapa wanita ini?!" ibuku bertanya sambil menahan isak tangisnya, ia menunjuk wanita yang berada di samping ayahku, wanita asing itu menggenggam tangan ayahku.
Kini, aku dan kakakku tengah bersembunyi di balik pintu. Melihat pertengkaran hebat itu, tanpa bisa melakukan apa-apa. Aku hanya menangis melihat ibu diperlakukan kasar oleh ayah, belum pernah ayahku memukul ibuku sampai seperti ini.
"Dia adalah wanita yang lebih cantik dan berguna. Tidak sepertimu, yang hanya bisa meminta uang saja. DASAR BABI!" Ayahku mengangkat kakinya, seperti hendak menendang.
Aku tahu apa yang akan dilakukannya, ia akan kembali menyakiti ibu. Diumurku yang masih 6 tahun ini, aku memang tidak bisa melakukan apa-apa. Tapi, aku tidak akan diam saja melihat ibuku disakiti.
Aku pun berlari dari balik pintu,
"JANGANN AYAHHH!!!!" aku berteriak, namun ibu selamat dari tendangan ayah. Sayangnya, akulah yang terluka akibat tendangan itu."YE NAAAA!!!" Ibu dan kakakku berteriak.
Ibuku langsung memelukku, sementara darah sudah bercucuran di kepalaku.
"Kamu dan anak-anakmu itu memang sama saja, menyusahkan" ucap ayahku, lalu ia pergi seraya merangkul wanita asing itu.
Aku tak tahan lagi dengan semua ini,
"Ayah macam apa ayah ini?! Bisa-bisanya memukul ibu. AKU BENCI AYAH!!!"Ayahku berbalik, aku melihat hewan buas di matanya. Seperti hendak membunuh mangsanya. Benar saja, ia kembali dan menyeretku ke ruang bawah tanah yang gelap dan berdebu. Kemudian, ayah mengunciku disana.
Aku hanya bisa menangis sambil memanggil ibu. Kulihat sebuah lobang kecil di bawah pintu, aku bisa melihat cahaya dari sana.
Selama seminggu, aku terkurung di gudang gelap itu dan aku tidak bisa berbicara atau melihat ibuku. Aku hanya menerima makanan lewat lobang kecil itu untuk bertahan hidup, hingga saat ayahku kembali memberikan kunci gudang, aku bisa terbebas dari kegelapan itu. Sejak itulah, aku sangat trauma dengan kegelapan. Karna kegelapan, mengingatkanku akan sosok ayah.
Flashback off.
Setelah melewati gang kecil penuh lampu itu, Ye Na menemukan sebuah rumah kecil, tempat ia, nenek, dan kakaknya tinggal.
Rumah itu tidak terlalu luas, namun cukup untuk dihuni orang bertiga. Sama seperti gang tadi, rumah itu juga penuh lampu dan lentera warna-warni.
Ketika Ye Na membuka pintu, seorang wanita paruh baya duduk di kursi roda, menoleh kearahnya dan tersenyum hangat. Rasanya, senyuman itu dapat menghilangkan semua beban hidup Ye Na, walaupun hanya sebentar.
Tak lama kemudian, kakaknya, Shin Tae Min datang. Mereka bertiga duduk di ruang tamu, menonton TV sambil menikmati coklat hangat buatan nenek. Larut dalam canda tawa dan melupakan sejenak hirup pikuk dunia.
Merekalah keluarga kecilku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shiny Boy
RomansaDia adalah shiny boy. Kenapa aku bilang begitu? Yah, karna aku melihatnya begitu terang dan bersinar, membuat hatiku hangat melihatnya. Namun, sifatnya sangat berbeda dengan apa yang kulihat. Ia lebih dingin dari yang kukira, lebih cuek, sombong, po...