"Dan mereka (para wanita) memiliki hak seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang pantas. Tetapi para suami mempunyai kelebihan di atas mereka. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana." (Q.S. Al-Baqarah (2) : 228)
∞
Annisa baru selesai memasukkan seluruh pakaiannya ke dalam lemari. Ini hari pertama Annisa pindah ke rumah Aldo. Setelah menikah 3 hari lalu, Aldo memboyong Annisa ke rumah yang sudah ditempatinya selama 6 bulan belakangan ini. Rumah ini sudah lengkap dan siap huni untuk mereka berdua. Dia membeli rumah ini karena ingin hidup mandiri. Rumah yang tidak lebih besar dari rumah orangtuanya ini adalah hasil tabungannya sendiri. Aldo membawa Annisa kesini dengan harapan rumah ini bisa menjadi surga bagi pernikahan mereka.
Aldo sendiri baru saja selesai menurunkan satu kardus terakhir dari mobil pick up. Kardus ini sangat berat, Aldo menebak kalau kardus ini berisi buku-buku Annisa. Dengan segera Aldo membawa kardus itu ke samping rak buku yang berada di ruang tengah. Aldo memiliki dua rak buku berukuran sedang, satu rak sudah terisi penuh oleh buku-buku S1&S2 nya, kitab-kitab, Al-Qur'an dan bacaan buku islami lainnya. Satu raknya lagi baru terisi satu baris dan masih kosong 3 baris. Disinilah tempat buku-buku Annisa akan diletakkan.
Annisa keluar dari kamarnya dan melihat Aldo tengah membuka kardus miliknya. Dengan segera Annisa membantu Aldo untuk mengeluarkan buku-bukunya yang cukup banyak.
"Kamu bisa taruh buku kamu disitu. Sepertinya masih cukup." Aldo berseru lembut. Annisa tersenyum dan mengangguk. Mulailah dia menyusun buku-bukunya. Aldo meninggalkannya dan mengambil air putih dingin di kulkas. Harinya sungguh melelahkan.
Setelah mengucapkan ijab qabul dan resepsi 3 hari lalu, Aldo dan Annisa menginap di rumah keluarga Annisa. Semua itu karena Annisa belum bisa berpisah dari kedua orangtuanya. Jadilah mereka tetap tinggal selama 3 hari disana. Hari ini adalah waktunya Annisa untuk pisah rumah dengan kedua orang tuanya dan memulai kehidupan barunya bersama Aldo. Meskipun masih belum ikhlas sepenuhnya, tetapi Annisa mencoba menerima semuanya. Bukankah seorang ma'mum harus melakukan apa yang diminta imamnya?
Pada malam pertama, mereka sudah menunaikan ibadah mereka sebagai suami istri yang sah dan diridhai Allah. Cinta dalam diam yang berbuah pernikahan adalah yang terbaik. Annisa dan Aldo mengutarakan perasaan mereka satu sama lain selama 5 tahun pada malam itu.
Siapa yang menyangka lelaki itu akan mengalami cinta pertamanya di hari pertama OSPEK dengan gadis berkerudung merah muda yang begitu cantik? Siapa yang menyangka kalau jantungnya akan berdegup kencang untuk seorang hafidzah yang berhasil mencuri perhatiannya karena lantunan ayat Al-Qur'an yang dibacanya begitu merdu? Aldo pun tak menyangka wajah polos Annisa dapat membuatnya mengenal cinta yang selama ini asing baginya.
Setelah selesai menata buku bersama suaminya, Annisa bangkit dan berdiri menghadap suaminya. "Mas Aldo lapar? Mau Nisa buatin cemilan gak?" Annisa bertanya lembut kepada suaminya. Kini dia menatap tepat ke arah mata suaminya. Mata indah yang selama 5 tahun ini dihindarinya ternyata begitu nyaman dipandang. Dia tidak menyesal menghindari mata itu selama bertahun-tahun, karena kini bukan hanya mata Aldo yang menjadi miliknya, tetapi seluruh aspek kehidupan Aldo adalah miliknya.
"Nanti aja. Annisa istirahat dulu aja kalau capek. Aku mau sholat dhuha dulu." Aldo menggulung tangan kemejanya sampai siku dan bersiap untuk menuju kamar mandi.
"Ikuutt.." Annisa hampir berteriak menanggapi pernyataan Aldo. Akhirnya ia tersenyum malu karena sikap ekspresifnya dan wajahnya memerah. Aldo hanya tertawa dan mencubit pipi Annisa. Pipi Annisa semakin panas dibuatnya. Mereka pun sholat dhuha berjamaah.
YOU ARE READING
ANNISA
SpiritualSetiap pertemuan memiliki maksud dan tujuan yang hanya di ketahui oleh Allah. Dia-lah Sang Maha Sutradara yang mempertemukan kita dengan seseorang, entah akhirnya akan berpisah atau malah dibiarkan bersama selamanya. Kita sebagai manusia hanya bisa...