3. Mas Aldo dan Keluarga

605 25 4
                                    

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang ." (QS. Maryam (19): 96)  

Annisa sudah melihat begitu banyak keindahan yang Allah ciptakan. Mulai dari matahari pagi yang menyinari bumi tanpa lelah, sampai sinar rembulan yang memberikan keterangan pada malam yang gelap. Namun keindahan kali ini lain. Keindahan ini seakan hanya Annisa yang dapat menikmatinya. Karena keindahan itu ada pada suaminya yang kini tengah tidur lelap di sampingnya.

Jarum jam baru menunjukkan pukul 2 pagi, namun mata Annisa sudah terbuka dan enggan menutup kembali. Matanya malah menangkap objek indah disampingnya yang jarang sekali diperhatikannya. Dia masih melihat dengan seksama wajah tenang suaminya yang tengah berkutat di alam mimpi.

Mata indah Aldo tertutup. Baru disadari oleh Annisa kalau bulu mata suaminya begitu lentik. Annisa membandingkan bulu mata itu dengan miliknya, ternyata hampir menyamai panjang dan ketebalannya. Lalu ia beralih pada pipi tirus suaminya dengan rahang yang tercetak jelas membuat Annisa semakin mengagumi ketampanan suaminya. Hidung Aldo pun mancung. Wajahnya seperti keturunan arab. Annisa sempat bertanya apakah suaminya keturunan arab, dan suaminya menjawab tidak. Aldo 100% keturunan Indonesia.

Sesungguhnya kegiatan mengagumi ini sering dilakukan Annisa. Dia selalu melakukannya jika suaminya sedang terlelap. Karena jika suaminya membuka mata, Annisa tidak berani melakukannya karena malu. Pipinya akan langsung memerah dan terkadang membuatnya salah tingkah. Annisa begitu mencintai Aldo, sampai apa yang dilakukan Aldo berhasil membuatnya terkagum-kagum.

"Mama kamu makan apa sih waktu hamilin kamu, Mas?" Annisa bergumam sendiri saat masih mengagumi suaminya. Tangan kanannya menyanggah kepalanya yang pada posisi miring dan tangan kirinya mengelus rahang mulus Aldo. Ini adalah posisi paling nyaman untuk Annisa memperhatikan wajah Aldo.

"Makan orang." Tiba-tiba suara berat itu memecah keheningan. Annisa begitu terkejut saat mengetahui suaminya menangkap basah dirinya. Dengan segera Annisa berbalik dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Pipinya sudah memanas dan matanya terpejam sambil merutuki dirinya dalam hati.

Annisa merasakan gerakan Aldo disampingnya. Dapat dirasakan tangan Aldo mulai menyentuh kepalanya. Annisa semakin mengeratkan genggaman pada selimutnya dan berharap selimut itu tidak ditarik oleh Aldo. Udara panas di dalam selimut semakin membuat pipinya memerah.

"Pantes tadi aku mimpi indah, ternyata ada bidadari yang liatin aku lagi tidur." Aldo berujar lembut. Annisa menahan tawa malunya. Jika dia punya sayap, maka Annisa akan langsung terbang ke langit karena perkataan suaminya.

"Coba aku mau liat wajah merah istriku." Aldo menarik lembut selimut dari kepala Annisa, dengan segera Annisa menahannya dan menggenggamnya lebih erat. Dia tidak ingin terlihat seperti udang rebus didepan Aldo.

"Nis. Coba mana tunjukkin wajah merah kamu." Aldo meminta kembali. Kini dia tidak menarik selimut itu. Annisa menggeleng dari dalam selimut.

Aldo tertawa melihat respon dari istrinya, kepalanya tertunduk dan mendekat pada telinga Annisa. "Mulai sekarang aku panggil kamu Khumairah, Yang Kemerah-merahan." Aldo memeluk Annisa dari samping dan memejamkan matanya kembali. Bibirnya terukir senyuman.

Annisa yang masih berada didalam selimut perlahan membuka selimutnya dan melihat wajah Aldo sudah berada tepat disampingnya. Matanya terpejam, Annisa yakin suaminya tidak tidur. Maka dari itu dia berusaha untuk tetap tenang dan menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Pipinya masih memerah dan peluh masih menghiasi keningnya.

"Kenapa kamu gak berani natap aku kalo aku melek?" Aldo bertanya lembut. Annisa kembali menoleh ke samping dan melihat Aldo masih memejamkan matanya. Annisa pun tersenyum dan kembali menatap lurus.

ANNISAWhere stories live. Discover now