Hoffen 4 - Kabar Dari Ayra

16.3K 1.5K 45
                                    

4. Kabar Dari Ayra

🍁🍁🍁

Ayana mengantarkan Athar dan Bu Ratih menuju parkiran yang dimana katanya Daddynya Athar menunggu mereka. Athar bahkan sejak tadi bercerita dan bertanya apa-apa saja yang dilihatnya pada Ayana dan Bu Ratih membuat keduanya tersenyum maklum. Athar itu masih dalam tahap ingin tahu sekitar dan mulai mencernanya dengan baik. Apalagi ketika Ayana tahu bahwa Athar sudah bersekolah dan sekarang duduk dikelas satu sekolah dasar. Anak kecil itu cerdas sekali karena langsung mengerti apa saja yang Ayana jelaskan dalam sekali waktu.

"Mommy, kata Atha kita gak boleh dekat-dekat sama perempuan. Atha bilang itu bukan..." ucapan Athar berhenti karena terlihat dahi bocah itu mengerut. Ayana terkekeh pelan melihat garis wajah bocah gembil itu sedang berpikir.

"Mahram," ujar Ayana membuat mata bulat Athar berbinar melihatnya.

"Mommy kok tahu? Hehe iya Mommy Aya, kata Atha kita sama teman-teman perempuan itu bukan mahram. Lalu.." Athar menatap Ayana  yang berjalan disampingnya dan menoleh pada Bu Ratih yang juga menunggu kelanjutan ucapan sang cucu saat ini.

"Mommy sama Oma, itu bukan mahram Athar ya?" tanyanya lucu.

Ayana mengusap pucuk kepala bocah itu gemas, "Athar sama Oma itu mahram karena Athar adalah cucunya Oma. Kalau sama Mommy," ucapan Ayana terhenti saat ponsel Bu Ratih berdering.

"Iya, Assalamu'alaikum Raff," Bu Ratih menepi sebentar membuat Ayana dan Athar mengiringinya.

"..."

"Alhamdulillah sudah ketemu. Murid teman Bunda yang menemukan anakmu nih. Dia nyusulin Bunda ke toilet, Raff."

"..."

"Loh? Harus banget sekarang?"

"..."

"Yasudah, kamu hati-hati. Nanti Bunda biar pulang sama Athar naik taksi saja."

"..."

"Iya, Wa'alaikumussalam warohmatullah."

Setelahnya Bu Ratih menatap Ayana dan Athar bergantian. Beliau tersenyum melihat dua orang itu memasang ekspresi wajah yang sama. Sepintas Ratih berpikir bahwa Athar memang benar-benar terlihat seperti putra Ayana.

"Daddy-nya Athar harus ke rumah sakit sekarang. Beliau mendapat tugas untuk menggantikan temannya yang tidak bisa datang operasi hari ini. Jadi, kita naik taksi saja gak apa-apa ya?" ujarnya yang diangguki kedua orang itu bersamaan.

"Gak apa-apa kok Bu." jawab Ayana.

Athar ikut mengangguk antusias, "Iya Oma. Gak apa-apa kok. Athar masih mau cerita sama Mommy." lanjut Athar.

Lalu mereka keluar dari gerbang Istiqlal setelah memesan taksi seperti yang dikatakan oleh Bu Ratih sebelumnya. Ayana dan Athar masih tetap asik bercerita membuat Bu Ratih tersenyum menatap keduanya. Athar bahkan tidak pernah bisa sedekat ini dengan orang baru seingatnya. Benar kata Umi Fatimah padanya bahwa Ayana memiliki pesona tersendiri.

"Terus Mommy, tadi Oma dan Athar itu kan mahram. Kalau sama Mommy, bukan ya?" Athar masih mengingat pertanyaannya rupanya.

Ayana mengangguk, "Mommy bukan mahramnya Athar kalau Athar sudah baligh nanti. Kalau sekarang, Mommy masih boleh kok memeluk Athar." ujarnya membuat Athar tersenyum lebar.

"Yeayy.. Athar masih boleh bertemu Mommy kan setelah ini?" pintanya.

"Boleh boleh boleh." jawab Ayana seperti sebelumnya menghadirkan tawa Athar kembali.

Hoffen ✔️ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang