Hoffen 7 - Kedekatan Ayana & Athar

17.8K 1.6K 70
                                    

7. Kedekatan Ayana dan Athar

🍁🍁🍁
Karena aku mengerti apa arti kehilangan. Kehilangan itu menyakitkan tapi dengan kehilangan kita bisa belajar. Belajar untuk senantiasa berharap padaNya.
—Ayana Rivania Kamal.


Hari Senin adalah hari paling hectic bagi semua karyawan dimanapun dia bekerja. Tidak hanya karyawan sebenarnya, karena seluruh orang yang memiliki kesibukan pasti memulai harinya dengan hari ini. Tidah heran kebanyakan orang menamakan Monday sebagai monster day yang membuat Ayana terkekeh geli ketika Ita menyebutkan kata itu padanya ketika dia baru-baru mengenal Ita.

"Huffh.. heran gue. Ini kantor kenapa gede banget ya," keluhan itu keluar dari bibir Ita yang membuat Ayana menoleh pada wanita yang baru saja mendapatkan kabar bahagia itu.

"Gak boleh ngeluh!" Weni mengetuk dahi Ita pelan membuat Tari yang duduk di sebelahnya ikut tergelak. Dengan Ayana yang mengulum senyum menatap mereka bertiga.

"Weni tuh ngewakilin Ayana tahu, Mbak." ujar Tari.

"Kenapa Aya?" tanya Mbak Ita.

"Ayana udah noleh-noleh tuh tadi. Kalau bukan Weni duluan yang ngingetin pasti lo udah kena omelan Ayana tahu, Mbak." jawab Tari yang diangguki antusias oleh Weni sedangkan Ayana hanya menggeleng saja.

Saat ini setelah mereka setengah hari bergelung dengan berkas-berkas yang harus diselesaikan secepatnya. Ita yang harus semangat membersihkan tiap lantai sejak pagi dan membuatkan minuman bagi yang memintanya dan mengantarkan ke tiap-tiap karyawan yang memesan. Membuat mereka sedikit lega karena ke-hectic-an itu sedikit berkurang.

"Tapi Aya gak bakal ngetuk dahi gue juga kali, Wen!" Ita membalas Weni dengan menjitak kepala gadis berhijab marun itu.

"Mbak Ita.. ingat ada baby loh di perutnya. Masa masih bar-bar aja sih." ucapan Ayana membuat Ita menyengir. Weni mencebik kearah perempuan itu dengan Tari yang melanjutkan memakan baksonya.

Mereka tidak sempat mencari makan di luar jika hari Senin. Biasanya sebagian besar karyawan perusahaan Baskoro Group lebih memilih makan di kantin yang disediakan. Soalnya hari Senin ini jadwal mereka lebih padat dari biasanya. Dan hanya cukup untuk makan dan ibadah Zuhur sebelum kembali ke rutinitas masing-masing. Kecuali untuk beberapa petinggi perusahaan yang memang mendapatkan tugas ke luar kantor untuk meeting bersama beberapa client penting mereka.

"Ehh.. denger-denger bos besar udah balik ya dari Turki?" Tari bersuara lagi setelah menyelesaikan makannya.

Ita mengangguk antusias, "Tuh.. si eneng satu itu kan udah dapet oleh-oleh dari istri Pak Dirut tercinta." ujarnya membuat Ayana menggeleng pelan.

"Emangnya Mbak Ita engga?" balas Ayana.

Ita menyengir, "Ada sih." ujarnya yang dibalas Weni dan Tari dengan seruan.

"Waahh... apa Mbak oleh-olehnya? Secara kan ya, Mbak Ayra baru balik dari Dubai. Waah.. ngingetin gue sama Pangeran Dubai jadinya," Weni antusias dengan ucapannya.

"Bener lo Wen. Gue kapan ya bisa kesana? Dubai katanya keren gila begitu. Pasti mahal-mahal kan ya barang-barangnya." Tari ikut mengeluarkan pendapat.

"Cuma beberapa baju gamis aja kok. Sama khimar." jawab Ita santai yang diangguki kedua gadis didepannya.

"Lo, Ay?"

"Gue?"

"Iyalah. Lo dapet apa?"

"Sama kayak Mbak Ita kok. InsyaAllah bermanfaat."

Hoffen ✔️ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang