"Oper sini, Yan" pinta Aini pada Bian yang berhasil merebut bola dari Vaden.Bian mengoper bola pada Aini. Aini mendribble dan menshoot ke ring. Tambahan satu poin untuk tim mereka.
"Keren, Ni" puji Bian.
Sore ini sedang terjadi pertandingan basket yang sangat sengit. Aini dan Bian satu tim sedangkan Vaden hanya seorang diri. Alasannya simple, Aini dan Bian satu sekolah. Selain itu, Vaden juga merupakan atlet senior yang telah mendapat juara satu di tingkat nasional sehingga, tak sulit bagi ia untuk melawan dua orang saja.
Vaden berhasil merebut bola yang tadinya dikendalikan oleh Bian. Kini saatnya ia membalas. Tak butuh waktu lama, ia sudah memasukkan bola ke dalam ring.
"Jago banget" kometar Aini
Mereka kembali melanjutkan permainan. Kali ini Bian menambah satu poin untuk tim nya.
"Aduh, keren banget kan, aku ? Gilak udah ngalahin Daniel Wenas aja" ujar Bian menepuk nepuk dadanya.
Aini yang mendengarnya sontak terkekeh geli. Ia menunjukkan ekspresi seolah olah ingin muntah membuat Bian tampak kesal, tetapi Vaden justru tertawa terbahak. Bukan karena ucapan Bian, tapi karena tingkah Aini yang menurutnya sangat menggemaskan.
"Daniel Wenas nangis dengernya, Yan" tambah Vaden
"Sirik aje kalian berdua. Bilang aja iri akan kehebatan seorang Sabian Malik. Ck." sahut Bian.
Saat mereka hendak melanjutkan permainan, tiba-tiba ponsel Bian berdering. Ia melihat nama Angga terpampang di layar ponselnya. Bian mengerutkan keningnya. "Ngapain nih si sarimin nelpon ?"
Begitu Bian menggeser tombol hijau keatas...
"WOE PAIJOOO. ANDA KEMANA ?"
"Yaelah gausah tereak tereak kek miper juga sarimin. Kek lagi ngomong sama orang budek aja. Mana gitu enggak salam lagi" Jawab Bian santai
"Eh iya, astaghfirullah. Assalamu'alaikum ukhti. Boleh kenalan ?" ralat Angga
"Wa'alaikumussalam buaya" jawab Bian. "Ngapain sih nelpon-nelpon ?" tanyanya polos tanpa dosa.
"Bian jan nguji kesabaran dah. Tadi yang ngajakin kita-kita maen ke rumah mu siapa ? NENEK GAYUNG ?" kali ini Altan yang bersuara. Heran, dia yang ngajak dia yang lupa.
"Main apaansi ? Suer kagak ngerti" sahut Bian menggaruk-garuk kepalanya. Laki-laki yang dipenuhi keringat itu mencoba mengingat kejadian sebelum ia main basket.
Bel berbunyi.
Lalu mereka berempat keluar dari kelas.
Kemudian Bian ke ruang guru dan bertemu Aini.
Ia mengajak Aini main basket.
Aini mengiyakannya, karena kebetulan ia tidak ada agenda lain hari ini.
Bian menelpon Vaden untuk ikut main bareng.
Mereka main basket dan Angga menelpon.Pikiran Bian terus berputar disana. Bagian mana Bian mengajak Altan, Farih, dan Angga main ke rumahnya ?
"Pas jam istirahat kan tadi kamu ngajak, Yan" begitu mendengar suara Farih dari speaker teleponnya, Bian buru-buru menepuk jidatnya. Oh iya, lupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bimbang
Teen FictionVaden terlalu yakin bahwa apa yang ia perjuangkan tidak akan berakhir sia-sia. Perasaannya membuncah setelah pertemuan pertamanya dengan Aini, perempuan berjilbab yang ia temui malam itu. Aini, perempuan manis yang ramah kepada siapa saja. Baginya...