"Oppa, cobalah masakan buatanku."
"Kau baru belajar masak?"
"Ne."
"Wah ini enak sekali. Pas."
"Jinjja?"
"Ne."
"Baiklah aku akan membuat bekal untukmu setiap hari ne."
"Gomawo chagiya."
"Oppa tidak perlu pergi ke cafe atau ke restoran untuk makan. Datangalah ke rumahku dan minta apa saja, aku akan memasaknya."
"Ne chagiya."
Kenangan itu masih melekat di pikiran ku oppa. Apa kau mengingat saat itu? Saat aku belajar masak demi dirimu. Aku sangat senang saat kau memuji masakanku.
Aku yang awalnya benci memasak namun sekarang memasak adalah hobiku.
Semua karenamu."Oppa, apa kau sedang sibuk?"
"Tidak chagiya, ada apa?"
"Ayo jalan jalan ke sungai Han."
"Kau mau ke sungai Han?"
"Ne."
"Baiklah."
"Horee."
Kau selalu menuruti semua permintaanku.
Kau selalu meluangkan waktu untukku, tidak peduli pekerjaan mu yang menumpuk sangat banyak. Kau selalu ada untukku.Kita bahkan merencanakan masa depan kita bersama sama. Tentang pernikahan, anak, dan lain lain. Apa kau ingat chagi?
"Chagiya."
"Wae oppa?"
"Jika suatu saat nanti kita menikah, kau mau kita menikah dimana?"
"Di rumah nenek."
"Rumah nenekmu?"
"Iyap."
"Wae?"
"Rumah nenek berada di desa. Rumahnya juga dekat dengan gunung, udaranya sejuk dan pemandangannya sangat indah. Aku sangat menyukainya."
"Jadi kau ingin menikah outdoor?"
"Nice."
"Kalau bulan madu?"
"Kalau itu terserah kau saja."
"Hem... Kalau di rumah saja bagaimana? Kan bulan madu maupun di rumah kita tetap membuat anak, cuma beda tempat saja."
"Ya! Kim Byuntae Mingyu!"
"Chagiya, appo."
"Makanya jangan mesum."