Prolog

1.4K 124 21
                                    

SARRA duduk lesu dengan badan, tangan, dan kaki di ikat ke kursi ditengah ruangan putih dan dingin, ia menitikkan air mata orang yang begitu ia percayai akhirnya menyekapnya.

"Kenapa kau lakukan itu?" tanya si penyekap. Sarra tak menjawabnya, ia hanya menundukkan kepalanya.

"Jawab!" bentak yang satunya lagi.

Sarra mengangkat kepalanya, memerhatikan para penyekapnya. "Maaf," ucapnya lirih. "Aku tak bermaksud seperti itu."

"Tak bermaksud, hah?" kata salah satu penyekap sinis.

"Aku berjanji, aku takkan melakukannya lagi." Ucap Sarra lagi dengan mata yang berkaca-kaca.

"Aku tak percaya denganmu Sarra, aku telah memberimu kesempatan saat itu, namun kau menyia-nyiakannya." Seorang penyekap mendekatinya sambil membawa sebuah pisau mengkilat, "Maaf Sarra."

"Tidak, kumohon, beri aku kesempatan lagi!" Sarra merajuk pada sang penyekap, namun ia tak mendapat balasan. Sebagai gantinya, kini pergelangan tangannya perih, sakit, seorang penyekap telah menggoreskan pisau itu pada urat nadinya, membiarkannya agar kehabisan darah.

Sarra menangis menahan sakit, sakit di tangannya dan sakit di hatinya, ia tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Tak lama kemudian ia tak ingat apa-apa lagi. Hitam. Kehampaan yang tenang.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya seorang penyekap.

"Simpan dia di lorong sekolah dengan pisaunya, pasti banyak yang mengira kalau dia bunuh diri." Satu penyekap lagi meninggalkan ruangan itu dengan senyum puas.

"Kupikir tak semudah itu, mereka pasti akan menelusurinya." Sanggah seorang penyekap yang lainnya.

"Kau tak percaya aku? Ikuti perintahku!" penyekap itu bersikeras, ia membuka ikatan Sarra yang telah tak bernyawa dan menggusurnya keluar ruangan itu menuju lorong sekolah.

"Whatever," dia mengikuti si penyekap, "jadi, siapa lagi yang kau buru?"

***

Gimana first impression kalian buat prolognya? Comment Bellow!

TWENTY-ONE INSTRUCTION (sudah terbit dengan judul The Instruction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang