Fourth

397 45 56
                                    

AKU berjalan menyusuri tepian jalan E Houston St, kemudian berbelok ke Avenue D menuju toko roti favoritku milik Mrs.Erin. Siang ini sepulang sekolah, aku memilih untuk pulang lebih dulu tanpa memikirkan penyelidikanku.

Lonceng itu berbunyi ketika aku membuka pintu toko roti Mrs.Erin, toko itu tak telalu ramai, padahal wangi roti yang baru keluar dari oven menyerbak sampai keluar.

"Hei, Ricky." Mrs.Erin menyapaku, ia telah sangat mengenalku, bagaimana tidak, biasanya hampir setiap hari aku mengunjungi toko ini. "Kemana saja kau?" Tanyanya, ya, akhir-akhir ini aku jarang mengunjungi tokonya, bukan karena rotinya jadi tak enak, ada kesibukan yang lain yang membuatku jarang membeli roti disini, dan aku yakin kau tahu kesibukan apa.

Aku membalas pertanyaannya dengan senyuman kecil, "as usual."

"Fischbrötchen with european mackarel?" Tanyanya memastikan, aku mengangguk, segera ia berlari ke jendela terbuka yang menghubungkan toko dengan dapur, setelah berbicara dengan seorang pegawainya ia kembali lagi. "Bagaimana sekolahmu?"

Aku mengangguk, "just fine, how are you, Mrs.Erin?"

"I'm fine, thanks." Jawab Mrs.Erin seraya berjalan meninggalkanku menuju jendela dapur karena mendengar suara bel, pesananku sudah siap. Ia memberikan bungkusan kertas coklat berlogo tokonya padaku. "US$5."

Aku menyerahkan selembar uang bergambar Presiden ke-16 Amerika Serikat, Abraham Lincoln. Mrs.Erin menyimpan uang US$5 itu pada laci penyimpanan uangnya.

"Ricky!" Mrs.Erin kembali memanggilku ketika aku akan membuka pintu, aku berbalik.

"Ya, Mrs?"

"Where's Sarra? Usually every afternoon she buys some bread here, but lately she's never been seen, why?"

"Uhm, Mrs, Sarra is gone, a few days ago, you don't know?"

"Oh, really?" Tanyanya tak percaya, aku mengangguk. "I'm sorry for her lost."

"Sarra sering kesini?" Tanyaku, Mrs.Erin mengangguk.

"Dia sering kesini, dia suka bercerita padaku."

"Bercerita tentang apa?" Tanyaku siaga, siapa tahu ini adalah clue yang lainnya.

"Dia sering bilang kalau dia takut pada seseorang di sekolahnya, tak jelas siapa." Mrs.Erin berhenti sebentar, ia melayani seorang pelanggan terlebih dulu, aku menunggunya dengan sabar, padahal aku benar-benar ingin mengetahui lanjutannya, beruntungnya tak lama ia kembali menujuku dan melanjutkan penjelasannya. "Dia suka menulis ini." Mrs.Erin menunjukan selembar kertas berisi coretan penuh dengan tulisan yang sama:
K × 01 = ag

Aku berpikir sejenak, tulisan Sarra, tulisan yang serupa dengan yang ada di buku Sarra yang diperlihatkan Irma padaku. Aku mulai berpikir kalau tulisan berupa rumus ini adalah sebuah nama. "Mrs.Erin, boleh kusimpan kertas ini?"

"Silakan."

Aku berjalan keluar toko, tak kuhiraukan lagi bungkusan berisi roti dengan isi ikan makarel eropa dan beberapa sayuran yang aku pegang sejak tadi, pikiranku hanya menuju satu hal: rumus yang diberikan Sarra, apa maksudnya?

***

"Hei, lihat-lihat kalau jalan!" Dia membentakku karena aku menabraknya, umurnya berada diatasku, mungkin seumuran Tyler, atau lebih tua lagi.

"Sorry,"

"Sorry, hah?" Ia mendorongku tersudut di sudut tembok, "what is this?" segera bungkusan coklat berisi roti isi yang ada ditanganku berpindah tangan.

TWENTY-ONE INSTRUCTION (sudah terbit dengan judul The Instruction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang