"Kenta...", kata Sanggyun sambil pelan-pelan membangunkan Kenta yang masih tertidur pulas.
Sanggyun merasa heran karena baru kali ini Kenta yang bangun kesiangan, padahal biasanya Kenta yang bangun pagi dan membangunkan Sanggyun.
Matahari sudah naik semakin tinggi, ibu dan ayah Sanggyun serta adiknya pergi ke rumah nenek, tinggalah Kenta dan Sanggyun dirumah dan tak ada yang membangunkan mereka. Artinya mereka berdua kesiangan.
Kenta bergumam pelan. Dan tak lama dirinya bangun dan melihat Sanggyun yang berbaring di sampingnya. Kenta beranjak dari tidurnya. "Auh", kepalanya terasa berdenyut dan terasa sakit. Sanggyun yang hampir tertidur lagi segera terbangun mendengar temannya meringis kesakitan.
"Kamu gapapa?", tanya Sanggyun dan langsung bangun, duduk di hadapan Kenta.
"Kepalaku sakit... ", keluh Kenta. Kedua tangan Kenta memegang kepalanya sendiri.
Sanggyun pun langsung memegang tangan Kenta, sepertinya Kenta terkena demam. "Kenta, kamu... Kok matanya sembab?", kekhawatiran Sanggyun makin menjadi.
Kenta hanya terkekeh pelan. "Semalaman aku menangis, sampai ketiduran. Akuㅡ"
Jari telunjuk Sanggyun menutup bibir Kenta, isyarat agar Kenta berhenti bicara. "Aku ambilkan obat ya, badanmu panas, sama sarapan juga, roti gapapa kan?"
Kenta mengangguk lemah, Sanggyun hanya menghela nafas berat. Di tatapnya lekat wajah Kenta yang sendu. Biasanya Sanggyun selalu melihat wajah riang Kenta sambil menyengir dan menampilkan gingsulnya yang lucu. Tapi pagi ini, senyum itu tak muncul untuk menyemangatinya.
Sanggyun pun keluar dari kamar, ia meraih kaus oblong untuk menutup tubuh atasnya karena tadi tidak memakai kaus dan berjalan menuju dapur. Semalam ibunya berpesan kalau sarapan sudah disiapkan bahannya. Sanggyun pun mulai menyiapkan sarapan untuknya dan Kenta.
Lelaki itu membuat sarapan sesederhana mungkin karena hanya mampu membuat yang seperti itu. Setelah sarapan selesai, terdengar bunyi sesuatu yang terjatuh, sangat kencang. Sanggyun terkejut dan langsung berlari menuju kamar, dilihatnya Kenta yang terbaring di lantai. Sanggyun pun menghampirinya.
"Ken, kamu ngapain sih? Udah kubilang tunggu aja di kasur", kata Sanggyun sambil membantu Kenta untuk bangun.
"Gyun, kita telat loh!", kata Kenta panik.
"Ya terus mau gimana?", tanya Sanggyun.
"Aku mau siap-siap sekolah... Aduh", Kenta meringis sekali lagi dan memegang kepalanya yang sakit.
"Kamu lagi sakit, masih nekat mau sekolah? Gak aku izinin", kata Sanggyun defensif.
"Tapi..."
"Ga usah tapi-tapian, sarapan udah jadi, ayo makan aja. Hari ini kita bolos bareng, ga usah takut. Ada babang Sanggyun disini", kata Sanggyun sambil menuntun Kenta menuju ruang makan.
ㅡㅡㅡ
Di sekolah, Donghan terus menatap bangkunya Kenta yang masih kosong. Sudah hampir jam istirahat dan orang itu belum datang juga. Donghan menyandarkan punggungnya di kursi, matanya memejam sebentar.
"Maaf, aku... Aku ga bisa jawab sekarang, ibu sudah menelpon... Jadi, jadi aku... Aku pulang duluan ya, dah!"
Kenta masih menggangtung jawabannya. Donghan sedikit terkekeh, karena ia tahu, Kenta saja tidak memiliki ponsel tapi darimana ia bisa tahu kalau ibunya menelpon? Alasan yang bodoh. Memang kadang Kenta terlihat bodoh, apalagi kalau sudah di kerjai tapi masih saja percaya.
Donghan membuka matanya ketika ada seseorang yang memanggilnya, terlihat Kim Nari menghampiri Donghan.
"Donghan, Kenta sakit demam", kata Nari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hoduken's Diary
Fanfiction⚠ bxb pairing ⚠ Takada Kenta, murid baru pindahan dari Jepang mengira waktu enam bulannya ketika belajar di Korea akan menjadi moment paling menyenangkan baginya. Namun ternyata, semuanya tak sesuai dengan apa yang ia bayangkan. Semenjak salah satu...