part 8: Kencan pertama.

130 20 8
                                    

Pagi-pagi sekali Donghan sudah pergi dari rumah.

"Ibu aku berangkat! Sarapannya sangat lezat, bu. Terima kasih!", pamit Donghan.

Lelaki itu pun berangkat menuju toko sepatu di dekat perempatan sekolah. Ia dan Kenta pun berjanji untuk bertemu disini jam delapan pagi. Donghan pun berangkat jam tujuh, ia pun membeli beberapa bekal makanan dan minuman, karena hari ini adalah kencan pertamanya dengan Kenta. Rencananya mereka akan bermain ke tempat yang banyak pepohonan, sekalian untuk refreshing sebelum sekolah lagi.

Beruntung Donghan berangkat lebih pagi karena toko langganannya lebih ramai dari biasanya yang menyebabkan ia harus mengantri selama dua puluh menit. Sudah tepat jam delapan, Donghan pun menunggu di titik pertemuan mereka.

Lima menit.

Sepuluh menit.

Kenta belum datang juga. Donghan merasa kesal karena Kenta tak kunjung datang, apakah ia melupakan kencan pertama mereka? Namun di sisi lain, Donghan khawatir kalau saja ada sesuatu yang terjadi pada Kenta.

Dua puluh menit.

Seseorang berlari mendekati Donghan. Itu adalah Kenta. Lelaki itu memakai celana pendek selutut dan kemeja putih bercorak abstrak berwarna biru langit. Sesampainya di depan Donghan, Kenta langsung membungkuk dengan nafas yang tersengal.

"M- maafkan aku, aku kesiangan dan... Aku terlambat", kata Kenta yang masih membungkukkan badannya.

Donghan tak tega melihat kekasihnya seperti itu. Ia menaruh kantung belanjaan dan memegang bahu Kenta dan menegakkan badannya.

"Ma- marahin aku aja gapapa", kata Kenta dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.

Donghan tersenyum, ia pun mengelus rambut Kenta dengan lembut. "Tidak apa-apa, lain kali jangan telat lagi ya?", katanya lembut.

"Pasti kamu lama nungguin aku kan...? Pasti kamu kecewa sama aku kan... ?", tanya Kenta.

"Ssstㅡ kan aku bilang gapapa", Donghan mencubit gemas pipi Kenta. "Yuk ke halte, busnya masih ada kok"

Sebelum pergi Donghan memasukkan salah satu kantung belanja ke dalam tasnya. Tangan kirinya meraih pinggang Kenta dan ia pun memeluknya erat-erat.

"D- Donghan, aku malu", ucap Kenta samar-samar.

"Malu kenapa? Malu jalan sama aku?", tanya Donghan.

"Bukan, kita jalan kayak gini diliatin orang-orang", ucap Kenta sambil memerhatikan sekitar.

"Hm yaudah", ucap Donghan, ia pun melepas pelukan di pinggang dan mulai menyematkan jari-jarinya dengan jari-jari milik Kenta. "Gini aja ya, ga usah protes lagi"

Kenta tersenyum malu dan hanya mengangguk. Kenta pun membalas genggaman tangan Donghan dengan erat. Akhirnya pun mereka sampai di halte. Tak butuh waktu sepuluh menit, bus sudah sampai dan mereka pun menaiki bus itu.

Sebelum pergi ke tempat yang ingin mereka datangi, mereka harus transit dulu. Kenta terlihat sangat senang dengan perjalanan ini. Genggaman tangan mereka tak pernah lepas bagai direkatkan dengan lem yang paling kuat. Sesekali Kenta dan Donghan bercanda dan menikmati indahnya alam.

"Kamu bawa apa aja?", tanya Kenta.

"Banyak... Ada snack sama minuman. Makan siangnya aku ga bawa", ucap Donghan.

"Bagus kalau gitu, aku bawa onigiri spesial buat kamu", kata Kenta sambil tersipu.

Tangan Donghan merangkul bahu Kenta. "Kamu kebiasaan malu-malu gitu, padahal biasanya juga malu-maluin, ga usah malu-malu sama aku", ledek Donghan.

Hoduken's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang